Tanggal 20 Farvardin 1385 HS yang bertepatan dengan 9 April 2006, Republik Islam Iran mengumumkan keberhasilannya menguasai teknologi pengayaan uranium untuk kepentingan damai. Keberhasilan itu didapat berkat kerja keras para ilmuan Iran.
Meski menghadapi keterbatasan sarana dan pra sarana akibat embargo negara-negara adi daya, mereka berhasil menyempurnakan proses pengayaan uranium dan membuat sendiri bahan bakar yang diperlukan instalasi-instalasi nuklir. Dengan demikian, Iran telah memastikan diri sebagai bagian dari negara-negara pemilik teknologi nuklir.
Tepat setahun kemudian, Iran mengumumkan berhasil memproduksi bahan bakar nuklir dalam skala industri. Keberhasilan ini dicapai di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional dan sesuai dengan aturan IAEA. Akan tetapi, negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat dengan standar gandanya menuntut Iran untuk menghentikan aktivitas nuklir ini. Di saat yang sama, negara-negara tersebut tidak pernah mempersoalkan rezim zionis Israel yang tidak tunduk kepada aturan IAEA dan menyimpan ratusan bom nuklir di gudang-gudang senjatanya.
Pada tanggal 20 Farvardin 1386, Iran menetapkan sebuah hari bersejarah baru dalam kalender nasional Republik Islam. Setiap tahunnya, hari itu diperingati sebagai simbol tekad bangsa Iran untuk kemajuan di bidang teknologi nuklir damai.
Pada hari itu, para ilmuwan nuklir Iran mencapai sebuah prestasi besar di bidang teknologi nuklir yang mencakup sentrifugal generasi terbaru. Alat ini kemudian dipasang di reaktor pengayaan uranium Natanz di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Dengan suksesnya pelaksanaan proyek ilmiah tersebut, teknologi nuklir Iran memasuki fase industrialisasi pengayaan uranium untuk kepentingan damai dan nama Iran secara resmi masuk dalam daftar negara-negara pemilik teknologi siklus nuklir.
Menyusul pematenan prestasi besar itu, Dewan Tinggi Revolusi Budaya Iran menetapkan momen bersejarah tersebut sebagai Hari Nasional Teknologi Nuklir Iran. Dalam langkah-langkah berikutnya kesuksesan itu, Iran mulai memasang sentrifugal generasi baru di situs nuklir Natanz dan Fordow. Penguasaan teknologi nuklir oleh Iran meskipun adanya konspirasi dan bahkan teror terhadap ilmuwan nuklir menjadi sebuah prestasi gemilang menuju kemajuan sains dengan tekad dan perjuangan.
Proposal Presiden Hassan Rohani di bidang perlucutan senjata nuklir di Majelis Umum PBB dan langkah-langkah yang diambil Iran selama proses perundingan dengan Barat, adalah bukti bahwa Republik Islam menyerukan penghancuran senjata nuklir, dan pemanfaatan teknologi nuklir untuk tujuan damai. Usulan Rohani tentang perlucutan senjata nuklir pada September 2013 mendapat pengesahan dalam sidang Majelis Umum PBB.
Usulan itu mencakup pelaksanaan segera pembicaraan untuk menyusun sebuah konvensi internasional komprehensif guna mencegah perolehan, produksi, proliferasi, penyimpanan, dan penggunaan senjata nuklir, mempersiapkan kondisi untuk penghancuran penuh senjata pemusnah massal, dan menyelenggarakan sebuah konferensi internasional pada tahun 2018 untuk membahas perlucutan senjata serta menetapkan setiap tanggal 26 September sebagai hari internasional pemusnahan senjata nuklir.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei juga berkali-kali menegaskan bahwa produksi dan penggunaan senjata nuklir haram hukumnya menurut syariat. Dalam sebuah pesan untuk konferensi internasional perlucutan senjata yang digelar di Tehran pada April 2010, Ayatullah Khamenei menegaskan larangan produksi dan penggunaan senjata kimia dalam sistem Republik Islam Iran.
Ayatullah Khamenei mengatakan, "Republik Islam Iran menganggap penggunaan senjata nuklir dan kimia serta senjata sejenisnya adalah sebuah dosa besar yang tidak termaafkan. Kami telah mencetuskan ide 'Timur Tengah sebagai zona bebas senjata nuklir' dan kami berkomitmen dengan itu." Sikap ini sudah ditetapkan sebagai dokumen resmi Badan Energi Atom Iran.
Iran bergabung dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada tahun 1958 dan pada tahun 1968, negara ini menandatangani Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Berdasarkan pasal satu NPT, semua negara anggota dilarang memproduksi dan mengembangkan senjata nuklir serta menyimpannya.
Menurut pasal enam, NPT juga menuntut komitmen negara-negara nuklir untuk melanjutkan perundingan dengan itikad baik guna mencapai perlucutan senjata global. Namun negara-negara pemilik senjata nuklir bersikeras untuk mempertahankan arsenal nuklir mereka dan setiap tahunnya, mereka menghabiskan dana besar untuk produksi generasi baru senjata nuklir dan pemeliharaannya.
Meski demikian, Barat dengan mengadopsi standar ganda menekan Iran dengan berbagai sanksi yang disahkan melalui Dewan Keamanan PBB dan juga sanksi-sanksi sepihak. Sepanjang satu dekade lalu, rezim Zionis Israel melalui Komite Urusan Publik Israel-Amerika (AIPAC) juga berupaya untuk menghalangi pengakuan hak-hak nuklir Iran oleh dunia.
Iran dan kelompok 5+1 selama dua tahun berunding dan mencapai kesepakatan pada 15 Juni 2015 yang membuka jalan bagi tercapainya Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) di Wina. Berdasarkan Deklarasi Wina tersebut, tidak ada satu instalasi nuklir Iran yang dihentikan atau dibekukan aktivitasnya. Seluruh aktivitas instalasi nuklir Iran, termasuk Natanz dan Fordow tetap berlanjut.
Kerangka Aksi Bersama Komprehensif yang disepakati di Wina menjamin berlanjutnya program pengayaan uranium Iran di dalam negeri. Oleh karena itu, Republik Islam secara resmi diizinkan untuk memproduksi bahan bakar nuklir demi memenuhi kebutuhan reaktor nuklirnya.
Selain itu, instalasi nuklir Fordow akan menjadi pusat riset nuklir, dan seluruh infrastrukturnya tetap terjaga. Sebagian dari instalasi nuklir Fordow yang dikelola dengan menggandeng sejumlah negara anggota kelompok 5+1 akan menjadi pusat riset nuklir, yang memproduksi isotop permanen untuk memenuhi kebutuhan khusus di bidang industri, pertanian dan medis. Implementasi JCPOA dimulai pada pertengahan Januari 2016.
Bangsa Iran telah membuktikan kepada dunia bahwa sanksi dan tekanan tidak akan menghalangi mereka untuk mengukir prestasi besar di semua bidang. Bangsa ini telah membulatkan tekad untuk melawan ketidakadilan di dunia dan arogansi kubu Barat. Penetapan Hari Nasional Teknologi Nuklir juga prestasi lain bangsa Iran dalam melawan tekanan Barat. Semua prestasi ilmiah bangsa Iran membuktikan bahwa mereka tidak mengenal kata menyerah untuk menduduki puncak kemajuan sains dan teknologi.
Meskipun menghadapi konspirasi masif Barat, tapi teknologi nuklir di Iran telah menjadi salah satu kebanggaan ilmiah bangsa ini. Pada masa sekarang, Iran berhasil memproduksi berbagai jenis radio medicine di pusat-pusat riset medis dan nuklir berhasil memenuhi sekitar 90 hingga 95 persen dari kebutuhannya untuk para pasien berkebutuhan khusus.