Sekjen Gerakan Perlawanan Islam Lebanon (Hizbullah), Sayid Hasan Nasrullah kemarin malam di pidatonya membahas hasil pemilu parlemen di negara ini.
Mengingat hanya empat hari dari pemilu parlemen Lebanon berlalu, banyak analisa bermunculan mengenai hasil pemilu kali ini. Sebagian memprediksikan Hizbullah dan sekutunya bakal kalah, dan sebagian lain meyakini pemilu akan menstabilkan posisi muqawama di Lebanon.
Mereka yang meyakini kekalahan Hizbullah di pemilu mengisyaratkan kubu muqawama bakal kehilangan suara mayoritas mutlak dan berkuarangnya perolehan suara dari 71 menjadi 62 kursi. Tapi mereka tidak menyinggung tiga masalah. Pertama, perolehan suara Hizbullah dan sekutunya di pemilu terbaru malah meningkat. Kedua, Hizbullah dan sekutunya meraih kursi terbanyak di parlemen. Ketiga, jumlah kursi Hizbullah dan Gerakan Amal di parlemen baru meningkat dari 28 menjadi 31 kursi.
Sepertinya analisa ini sekedar kelanjutan dari tekanan dan serangan psikologis yang sejak lama dilancarkan terhadap Hizbullah. Sekaitan dengan ini, Sayid Hasan Nasrullah di pidatonya kemarin malam (Rabu, 18/5/2022) menyebutkan, "Meski kampanye anti-muqawama yang dipimpin Amerika dilancarkan selama bertahun-tahun, dan Mantan asisten menlu AS untuk kawasan Timur Dekat, David Schenker telah mengakuinya, jumlah perolehan suara kita dan anggota kami di parlemen meningkat."
Poin lain adalah biasanya mayoritas dan minoritas di parlemen Lebanon adalah relatif. Pada dasarnya struktur kekuasaan di Lebanon sebuah konsensus dan kesepakatan, dan pemilihan pejabat negara ini tidak mungkin dilakukan tanpa meminta pendapat dan pandangan faksi rival. Sayid Hasan Nasrullah seraya menyadari fakta di Lebanon ini, seraya menepis kekalahan muqawama di pemilu, juga mendorong faksi lain untuk bersatu dan mengedepankan kepentingan nasional, dari kepentingan pribadi maupun golongan.
Dengan demikian, sekjen Hizbullah di pidaton kemarin malam menekankan, "Tidak ada faksi politik di Lebanon yang dapat mengklaim meraih suara mayoritas di parlemen. Sampai saat ini, tokoh yang terhormat dan rasional tidak mengklaim seperti ini. Hari ini, kita dihadapkan dengan serangkaian faksi parlementer dan partai politik dan perwakilan baru dan independen, yang mungkin menjadi kepentingan Lebanon dan rakyat negara itu dalam apa yang terjadi dan di mana baik kelompok ini maupun kelompok itu tidak memenangkan mayoritas."
Sejatinya Sayid Hasan Nasrullah melalui pandangannya ini kembali menekankan karakteristik pluralisme politik dan masyarakat Lebanon.
Poin ketiga adalah hasil pemilu parlemen Lebanon merupakan kekalahan telak bagi kubu anti-muqawama, khususnya Arab Saudi dan Amerika Serikat yang telah mengeluarkan biaya besar untuk meraih suara mayoritas parlemen melalui faksi-faksi anti-perlawanan. Masalah ini juga disinggung di pidato Sayid Hasan Nasrullah Rabu malam.
Di bagian lain dari pidatonya, Sekjen Hizbullah Lebanon membantah tuduhan tak berdasar tentang campur tangan Iran dalam pemilu Lebanon dengan menekankan, "Apakah Anda pernah melihat seorang duta besar atau karyawan kedutaan Iran ikut campur dalam pemilu. Sementara kita menyaksikan intervensi kedutaan AS selama pemilu dan duta besar Saudi sangat aktif dalam proses pemilu,".
Poin terakhir, perhatian terus-menerus dari sekjen Hizbullah di Lebanon adalah untuk mengatasi masalah-masalah sulit yang dihadapi negara tersebut. Dengan diumumkannya hasil akhir pemilu parlemen, kini Sayid Hasan Nasrullah kembali menekaknan untuk mengabaikan friksi, mengakhiri persaingan pemilu dan fokus pada tantangan untuk memulihkan kondisi kehidupan masyarakat.
Sayid Hasan Nasrullah mengatakan, "Krisis hanya dapat diselesaikan melalui partisipasi dan kerja sama serta mengakhiri permusuhan. Oleh karena itu, mari kita fokus pada hal-hal yang kita sepakati bersama."