Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei pada November 2015, dalam surat keduanya kepada pemuda Barat, mencela dukungan penuh pemerintah Barat kepada Israel sebagai manifestasi terorisme negara yang paling kejam dan menindas.
Teror dan kekerasan telah bertahun-tahun menjadi tantangan penting bagi masyarakat dunia yang mengancam keamanan dan ketenangan mereka. Kejahatan keji Israel di Jalur Gaza selama beberapa pekan lalu menunjukkan betapa destruktif dan berbahayanya fenomena tidak manusiawi ini. Ayatullah Khamenei pada 29 November 2015, setelah insiden teror di Paris dalam suratnya kepada pemuda barat menjelaskan akar dan faktor penyebaran kekerasan dan terorisme di dunia.
Dalam penjelasannya Rahbar menyebut terorisme sebagai penderitaan bersama dunia saat ini, dan menekankan bahwa pendukung dan penyebar utama fenomena ini dalah pemerintah Barat yang melakukan tindakan apa pun untuk meraih ambisinya. Faktanya adalah bahwa badan intelijen dan spionase dari pemerintah-pemerintah ini telah lama menggunakan teror dan kekerasan untuk merealisasikan kebijakan mereka di negara lain. Misalnya, Dinas Intelijen Amerika (CIA) sejauh ini telah melenyapkan puluhan tokoh yang menentang pemerintah Amerika secara langsung atau melalui agennya. Selain itu, pemerintah Eropa dan Amerika pada masa kolonial, setelah menduduki negara-negara lain, menindas rakyat dan menjarah sumber daya mereka dengan kejam dan kekerasan.
Image Caption
Setelah Perang Dunia Kedua, Amerika, sebagai kekuatan dunia, melakukan banyak perang terhadap negara-negara lain dan membunuh banyak orang yang tidak bersalah. Ayatullah Khamenei dalam pesannya kepada pemuda Barat pada bulan November 2015 terkait serangan seperti ini terhadap negara-negara Islam termasuk Irak dan Afghanistan, yang saat itu berada pada puncak kejayaannya, mengatakan: “Kampanye-kampanye yang terjadi beberapa tahun terakhir terhadap dunia Islam, yang memakan banyak korban, adalah contoh lain dari logika Barat yang kontradiktif. Selain korban jiwa, negara-negara yang dijajah telah kehilangan infrastruktur ekonomi dan industrinya, pergerakan mereka menuju pertumbuhan dan pembangunan telah terhenti atau melambat, dan dalam beberapa kasus mereka telah mundur beberapa dekade..."
Bagian lain dari surat Pemimpin Tertinggi kepada para muda di negara-negara Barat pada bulan November 2015, membahas mengenai stamdar ganda pemerintah Barat mengenai terorisme dan upaya propaganda untuk menyalahkan umat Islam. Dalam hal ini, beliau menegaskan: “Bagaimana mungkin sampah seperti Daesh (ISIS) bisa muncul dari salah satu agama paling bermoral dan manusiawi di dunia, yang dalam teks fundamentalnya menganggap penghilangan nyawa satu manusia sebagai pembunuhan terhadap seluruh umat manusia?"
Islam adalah agama yang penuh belas kasihan, perdamaian dan persaudaraan, dan kekerasan serta pembunuhan terhadap orang-orang tak bersalah tidak mendapat tempat di dalamnya. Namun pemerintah Barat berusaha memberikan landasan bagi terbentuknya sekte-sekte sesat dan militan seperti Daesh dan Al-Qaeda, yang hanya berpenampilan Islami, agar agama surgawi ini tampak penuh kekerasan dan ekstrem.
Pemimpin Revolusi Islam menunjuk pada Wahhabisme sebagai contoh lain dari sekte sesat dan ekstrim ini, dan dalam surat yang ditujukan kepada pemuda Barat, ia menulis: “Dokumen sejarah Muslim dengan jelas menunjukkan bagaimana persinggungan antara kolonialisme dan pemikiran ekstrim dan tertolak, itu pun di hati suku primitif (Badui), menanam benih ekstremisme di wilayah ini." Di sisi lain, pemerintah Barat menganggap gerakan-gerakan pembebasan dan anti-tirani seperti Hamas, Hizbullah Lebanon, Ansarullah Yaman, dan kelompok militan Irak sebagai teroris dan termasuk dalam jajaran Daesh dan Al-Qaeda, untuk mencoreng citra mereka di mata opini publik dunia, dan mempersiapkan dasar untuk mengambil tindakan terhadap kelompok-kelompok rakyat dan Islam ini.
Saat menyimpulkan bagian dari pesannya kepada pemuda Barat, Ayatullah Khamenei berkata, “Selama standar ganda mendominasi politik Barat, dan selama terorisme terbagi menjadi tipe baik dan buruk di mata para pendukungnya yang kuat, dan selama kepentingan pemerintah lebih diutamakan daripada nilai-nilai kemanusiaan dan moral, maka akar kekerasan tidak boleh dicari di tempat lain.”
Namun bagian penting dari surat berharga Ayatullah Khamenei kepada pemuda Barat ini didedikasikan untuk dukungan penuh pemerintah Barat terhadap rezim pendudukan Zionis sebagai manifestasi terorisme negara yang paling kejam dan menindas. Rezim kriminal ini diciptakan dengan bantuan Inggris dan melanjutkan kehidupannya yang tercela dengan dukungan penuh dari Amerika dan pemerintah barat lainnya. Pada dasarnya, terorisme adalah salah satu fondasi utama rezim Zionis, dan rezim berdarah ini tidak akan mampu berdiri dan bertahan tanpa terorisme.
Setelah berakhirnya Perang Dunia Pertama pada tahun 1918, ketika orang-orang Yahudi mulai berimigrasi ke Palestina untuk membentuk negara Yahudi berdasarkan janji "Arthur Balfour", menteri luar negeri Inggris pada saat itu, dan dengan dukungan dari negara ini (Inggris ), segera kelompok teroris mereka terbentuk. Diketahui bahwa kelompok teroris Hagana, Stern, Irgun dan Betar dapat disebutkan di antara mereka. Kelompok teroris yang kejam ini membunuh warga Palestina dan menyerang rumah serta tempat-tempat penting mereka. Dengan terbentuknya pemerintahan Israel pada tahun 1948 dan pembentukan tentara serta sejumlah organisasi mata-mata dan teroris, khususnya Mossad, pembunuhan menjadi lebih luas dan kejam.
Hanya pada tahun ini (1948), Zionis menghancurkan 531 desa Palestina dan menduduki 700 kota dan desa, dan kelompok teroris mereka membunuh 15 ribu diantaranya dengan 70 serangan brutal terhadap rakyat Palestina. Akibat kejahatan tersebut, lebih dari separuh warga Palestina menjadi pengungsi, dan kini jumlah mereka mencapai 7 juta jiwa. Selain itu, sejauh ini sepuluh ribu orang yang tertindas telah syahid dan ribuan dari mereka menghabiskan masa-masa sulit di penjara rezim Zionis.
Gaza
Oleh karena itu, Pemimpin Revolusi Islam bertanya kepada mereka dalam suratnya kepada pemuda Barat tentang tindakan Israel: "Apakah Anda mengetahui adanya kekejaman lain sebesar dan berdimensi seperti ini dan dengan kontinuitas waktu di dunia saat ini?" Dengan gambaran ini, kejahatan Israel baru-baru ini di Jalur Gaza harus dilihat sebagai kelanjutan dari kebijakan terorisme negara rezim pendudukan ini, namun dengan intensitas yang lebih besar, yang masih disetujui oleh pemerintah Barat yang menganggap diri mereka sebagai pembela hak asasi manusia.
Namun apa yang menyebabkan rezim Zionis terus terang-terangan melanjutkan teror dan kejahatan adalah pembenaran atas tindakan tak tahu malu yang dilakukan oleh media massa Barat, yang sebagian besar berada di tangan atau di bawah pengaruh Zionis. Media-media ini, dengan segala macam trik propagandanya, tidak hanya menyebut pembunuhan dan penggusuran warga Palestina sebagai hak sah kaum Zionis, namun juga menyebut pembelaan dan perlawanan rakyat serta kelompok perlawanan terhadap rezim Zionis sebagai terorisme.
Selama serangan brutal tentara rezim ini terhadap rakyat tertindas di Gaza, media barat juga mengadopsi pendekatan propaganda seperti itu, namun kedalaman dan cakupan kejahatan mereka, terutama pembantaian ribuan anak-anak Palestina yang tidak bersalah, sangatlah dahsyat sehingga mustahil untuk membelanya. Di sisi lain, meluasnya publikasi berita, foto, dan video mengejutkan atas pembantaian brutal ini menyadarkan dunia akan realitas yang terjadi di Palestina dan Gaza, serta siasat media rezim Zionis dalam membela kejahatannya kehilangan warnanya.
Hasil dari kesadaran dan kebangkitan masyarakat dunia ini adalah demonstrasi besar-besaran mereka di berbagai negara, termasuk negara-negara Barat, untuk mendukung rakyat Palestina yang tertindas dan menentang serta mengutuk rezim Zionis. Kesadaran masyarakat dunia mengenai sifat teroris dan kekerasan yang dimiliki rezim ini dapat dianggap sebagai kegagalan besar lainnya dalam bidang media. Dengan cara ini, meskipun rezim Zionis dibela oleh pemerintah Barat, tampaknya seperti yang telah diprediksi oleh Ayatullah Khamenei, tidak ada banyak waktu tersisa untuk berakhirnya kehidupan rezim teroris ini yang singkat namun penuh bencana.