Menurut Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, terdapat koordinasi yang matang antara rezim Zionis bahkan pemerintah AS dengan kelompok teroris Takfiri di Suriah.
Kelompok teroris, dengan dukungan beberapa negara dan ketambahan pasukan asing baru, melancarkan serangan besar-besaran terhadap posisi tentara Suriah di wilayah utara dan barat negara itu, setelah gencatan senjata antara Lebanon dan Israel.
Percakapan telepon antara Presiden Iran Masoud Pezeshkian dan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang situasi di Suriah, pergerakan teroris di Suriah sesuai dengan rencana luar negeri, kehadiran tentara bayaran Ukraina di antara teroris di Suriah, pembebasan beberapa wilayah di provinsi Aleppo dan Hama di Suriah dan Pembunuhan 100 teroris di Suriah adalah beberapa perkembangan terkini di Suriah.
Dalam laporan ini, Pars Today telah merangkumnya untuk Anda.
Konsultasi antara Putin dan Pezeshkian tentang Suriah
Dalam percakapan telepon pada Senin (2/12) malam, Presiden Iran dan Rusia menganggap pergerakan teroris baru-baru ini di Suriah utara sebagai ancaman serius terhadap stabilitas dan keamanan negara dan kawasan. Dalam panggilan telepon tersebut, kedua pihak menekankan kerja sama bersama untuk membantu pemerintah Suriah dalam menangani kelompok teroris di negaranya.
Araghchi: Ada Koordinasi Penuh antara Israel-AS untuk Aksi Teroris di Suriah
Sayid Abbas Araghchi, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, pada Senin (2/12) malam, mengacu pada perkembangan di Suriah mengatakan, Ada koordinasi penuh antara rezim Zionis, Amerika Serikat, dan kelompok teroris, dan jalannya peristiwa menunjukkan koordinasi dan mobilisasi para teroris.
Menurutnya, Sebagaimana pemerintah Suriah berada bersama Iran di masa serangan rezim Baath Irak ke Iran, Tehran juga akan berada di pihak Damaskus.
Hossein Akbari, Duta Besar Iran di Damaskus, menekankan pada Senin (2/12) malam, Hubungan Iran-Suriah berada pada tingkat yang sangat tinggi dan menyatakan bahwa kedua negara saling melindungi dan melindungi dalam situasi sulit.
Atwan: Rencana segitiga Amerika-Zionis-Turki untuk Suriah pasti akan gagal
Sehubungan dengan hal tersebut, Abdel Bari Atwan, seorang analis terkenal dunia Arab, dalam sebuah artikel di Rai Al-Youm, mengacu pada perkembangan di Suriah dan jejak segitiga Amerika, rezim Zionis dan Turki dalam perkembangan tersebut, menulis, Apa yang terjadi di Suriah saat ini adalah pengulangan skenario yang dilakukan Amerika sejak awal tahun 1991, yaitu pengepungan dan kelaparan parah sebelum menyerang dan pendudukan militer di Irak setelah 12 tahun untuk menggulingkan rezim sebelumnya. Namun skenario ini tidak sejalan dan pasti akan gagal karena Suriah memiliki tentara yang kuat, basis massa, dan sekutu strategis Rusia dan Presiden Putin serta poros perlawanan yang dipimpin Iran, yang kuat secara militer.
Mohananad Al-Aqabi, Direktur Media Organisasi Al-Hashd Al-Shaabi Irak mengatakan pada Selasa (3/12) pagi, Teroris di Suriah beroperasi sesuai dengan rencana asing, dan tujuan mereka adalah mengganggu stabilitas kawasan.
Dalam pernyataannya, Partai Popular Front Tunisia menilai aksi teroris di Suriah sebagai langkah menuju implementasi rencana rezim Zionis yang dikenal sebagai Timur Tengah Baru dengan dukungan Amerika Serikat.
Dalam pernyataannya tersebut, Partai Popular Front Tunisia menegaskan, Kelompok teroris hanyalah kelompok fungsional dan alat musuh Zionis dan pemerintah Amerika.
Menurut laporan Al-Alam, Tehran, ibu kota Iran menyaksikan unjuk rasa protes di depan kedutaan Turki pada hari Senin (2/12), yang mengutuk dukungan rezim Zionis, Amerika dan Turki terhadap Takfiri dan kelompok teroris di Suriah.
Salah satu warga Suriah yang tinggal di Tehran mengatakan kepada wartawan Al-Alam dalam demonstrasi ini, Turki baru-baru ini memainkan peran yang meragukan di kawasan dan telah membuktikan punya beberapa wajah dan salah satunya mendukung kelompok bersenjata yang melakukan kejahatan di Suriah saat ini dan mendapat berbagai dukungan.
Sementara itu, televisi Al-Mayadeen melaporkan pada Selasa (3/12) pagi, mengutip sumber-sumber Suriah bahwa tentara Ukraina hadir di Suriah bekerja sama dengan kelompok teroris Front Tahrir Al-Sham.
Situs Kyiv Post mengumumkan beberapa waktu lalu, Para anggota kelompok teroris Tahrir al-Sham, yang aktif di Suriah utara, telah menerima pelatihan khusus dari kelompok Khimik, pasukan yang terkait dengan dinas intelijen Ukraina. Para teroris ini telah mengalami periode khusus penggunaan drone di Ukraina.
Menurut laporan Al-Alam pada hari Senin (2/12) malam, Bersamaan dengan meningkatnya aktivitas teroris di Suriah, tim penasihat militer Iran tiba di Damaskus, ibu kota Suriah, sebagai bagian dari perjanjian kerja sama keamanan dan politik militer Iran-Suriah, untuk membantu negara ini menangani serangan teroris.
Sebuah sumber yang berafiliasi dengan kelompok perlawanan juga mengkonfirmasi dalam percakapan dengan Al-Mayadeen bahwa peralatan militer dan bantuan telah dikirim ke garis depan di utara dan timur Hama dan selatan Aleppo.
Dalam perbincangannya dengan Al-Mayadeen, sumber tersebut mengatakan bahwa bantuan itu meliputi kekuatan dan perlengkapan militer yang dikirimkan dengan tujuan untuk memperkuat tentara Suriah dalam melawan serangan kelompok teroris.
100 teroris tewas di Suriah
Sementara itu, Pusat Rekonsiliasi Rusia di Suriah mengumumkan pada Senin (2/12) malam bahwa setidaknya 100 teroris tewas di Suriah dalam 24 jam terakhir.
Menurut laporan wartawan Al-Alam pada hari Senin (2/12), setelah beberapa hari serangan yang dilakukan oleh kelompok teroris, jumlah korban tewas kelompok tersebut telah mencapai 1.400 orang di berbagai wilayah di Suriah.
Sumber berita juga melaporkan bahwa tentara Suriah telah merebut kembali desa Al-Rahjan dan Al-San di pinggiran timur laut Hama (Suriah barat) setelah bentrokan sengit dengan kelompok teroris dan Takfiri.
Menurut sumber tersebut, tentara Suriah membebaskan daerah Umm Amud di pinggiran kota Al-Safira di timur Aleppo (Suriah utara) dari pendudukan teroris.
Televisi Al-Mayadeen juga mengumumkan kemajuan tentara Suriah menuju Al-Safira pada Selasa (3/12) pagi dan mencatat bahwa kemajuan ini berarti kembalinya pasukan Suriah dengan cepat ke desa-desa di provinsi Aleppo.