Sanksi dan Perlawanan Iran, Episode Tak Berkesudahan

Rate this item
(0 votes)

Republik Islam Iran telah menempuh berbagai cara untuk menyiasati sanksi yang diberlakukan Barat khususnya Amerika Serikat terhadap Iran. Namun para anggota Kongres dan Senat Amerika Serikat meratifikasi draf sanksi baru untuk menutup celah yang dimanfaatkan oleh Republik Islam dalam melawan sanksi.

Kongres Amerika Serikat Rabu malam (1/8) menetapkan draf sanksi baru sanksi anti-ekspor minyak Iran yang diserahkan oleh Presiden Barack Obama kepada Kongres. Ileana Ros-Lehtinen, Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri Kongres mengatakan bahwa sanksi baru ini akan menciptakan kondisi yang lebih sulit di Iran. Menurutnya sanksi kali ini akan memutus hubungan Iran dengan sektor finansial dunia.

Obama ketika menyerahkan draf sanksi itu mengatakan akan ditetapkan sanksi lebih banyak di bidang energi dalam rangka mengantisipasi upaya Iran menyiasati sanksi. Pernyataan itu mengindikasikan bahwa Obama sendiri tahu Iran tidak akan diam dan pasti akan melawan sanksi. Oleh karena itu, Obama langsung mengkonfirmasikan sanksi yang lebih banyak.

Dalam perkembangan terbaru, Washington menghukum dua bank asing yang oleh Gedung Putih dinilai lancang karena melanggar sanksi unilateral Amerika Serikat. Bank Kunlun Cina dan Bank Islam Elaf Irak karena keduanya telah berpartisipasi dalam transaksi senilai jutaan dolar dengan bank-bank Iran. Dengan demikian, akses kedua bank itu ke jaringan finansial Amerika Serikat diblokir.

Sebelumnya, Wall Street Journal Wall Street Journal menyatakan bahwa Iran dengan sangat mudah membentuk perusahaan-perusahaan baru menggantikan perusahaan yang telah disanksi. Selain itu Iran juga terbukti lihai dalam membuka kanal-kanal finansial untuk mengakali sanksi.

Menurut pengamat, mengembargo satu item paling vital yang menggerakkan perekonomian dunia itu adalah politik konyol dan tidak mungkin terealisasi. Para penguasa Amerika Serikat menyadari hal ini karena ekspor minyak Iran tidak mungkin dibendung. Karena jika seandainya Barat tidak membeli, maka akan ada pihak lain yang membelinya. Sejatinya ada target lain yang diacu oleh Amerika Serikat.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran Ramin Mehmanparast mengatakan bahwa salah satu tujuan Barat di balik sanksi terhadap Iran adalah untuk menghambat pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia, sehingga mereka gagal menyediakan sumber energinya untuk jangka panjang yang aman termasuk dari ekspor minyak Iran,"

Amerika Serikat khawatir Cina dan sejumlah negara Asia Tengah membuat kemajuan dan Washington mengetahuijika proses ini terus berlanjut, negara-negara seperti Cina, India dan negara Asia lainnya akan mengambil kendali ekonomi global.

Selain untuk memaksa Republik Islam Iran menghentikan program nuklirnya, politik sanksi itu juga diharapkan dapat efektif mencegah laju perkembangan negara-negara di Asia sementara Amerika Serikat sedang berusaha menyelesaikan krisisnya di dalam negeri. (IRIB Indonesia/MZ)

Read 1910 times