«Back Adab Menyelenggarakan Acara Ratapan Duka

Rate this item
(0 votes)

Menurut al-Quran, ratapan duka memiliki akar dalam Islam. Bahkan yang melakukan ratapan duka pertama kalinya adalah Allah Swt. Dalam al-Quran surat al-Buruj ayat 4-8 Allah Swt berfirman, "Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman."

Ayat selanjutnya menyebutkan alasan mengapa mereka disiksa seperti itu. Allah Swt berfirman, "Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji."

Peristiwa Asyura dan Karbala harus senantiasa dihidupkan. Allah Swt dalam surat Maryam ayat 41 berfirman, "Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam al-Kitab (al-Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi." Dalam ayat ini disebutkan bahwa Nabi Ibrahim as telah melakukan pengorbanan dan engkau wahai Nabi Saw harus terus menghidupkan pengorbanan yang telah dilakukan itu.

Begitu juga dalam ayat 16 disebutkan, "Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam al-Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur." Nabi Muhammad Saw diperintahkan menyebut nama Maryam dan menjelaskan kesulitan yang dialaminya dan semua ini harus dipertahankan serta disampaikan kepada generasi yang akan datang.

Dengan demikian, ratapan duka banyak ditemukan dalam al-Quran dan menjadi satu hal prinsip dalam Islam untuk tetap mempertahankan pengorbanan dan perjuangan mereka. Ini menjadi pelajaran berharga bagi generasi yang akan datang.

Penyelenggara acara ratapan duka Imam Husein as yang baik dan benar adalah setiap kali masuk waktu shalat, maka shalat yang harus didahulukan. Sebagaimana diketahui bahwa bila shalat seseorang diterima oleh Allah Swt, maka seluruh amalnya akan diterima. Sebaliknya, bila shalatnya tidak diterima, maka seluruh amalnya tidak diterima.

Imam Shadiq as berkata, "Termasuk ucapan Luqman kepada anaknya adalah ‘Anakku! Jangan sampai ayam jantan lebih cerdas darimu. Apakah engkau tidak melihat bagaimana ia mengeluarkan suaranya ketika suara azan terdengar?"

Dalam riwayat yang lain Imam Shadiq as mengatakan, "Ada tiga amal yang paling baik dan yang terbaik dari ketiganya adalah shalat."

Panitia penyelenggara acara ratapan duka Imam Husein as juga harus berasal dari orang yang takut kepada Allah. Karena mereka juga menjadi penyelenggara shalat di awal waktu. Itulah yang dikerjakan Imam Husein as di hari Asyura

Bila penyelenggaraan acara ratapan duka di rumah, maka rumah itu semestinya menjadi tempat pelaksanaan shalat di awal waktu. Tapi jangan sampai melupakan shalat awal waktu di masjid. Karena bila terjadi shalat awal waktu di masjid menjadi lemah, maka para penyelenggara acara ratapan duka Imam Husein as harus semakin takut kepada Allah. Masjid adalah pusat aktivitas keagamaan dan begitulah seterusnya hingga Huseiniyah dan gedung atau rumah.

 

Berpakaian Hitam

Menurut ilmu fiqih, makruh hukumnya memakai pakaian berwarna hitam, tapi memakainya dalam memperingati syahadah Imam Husein as dan para Imam Maksum as yang lain telah dikecualikan. Itulah mengapa mereka yang menghadiri acara ratapan duka Imam Husein as berpakaian hitam-hitam. Pakaian hitam sendiri menunjukkan kesedihan, semangat perjuangan dan simbol agama bila dipakai pada waktu-waktu tertentu, seperti di hari-hari bulan Muharram.

 

Ucapan Belasungkawa

Disunnahkan dalam Islam mengucapkan belasungkawa kepada orang yang terkena musibah kehilangan orang yang dicintai atau keluarganya.

 

Cara Mengucapkan Belasungkawa

Imam Baqir as berkata:

 

أَعْظَمَ اللهُ اُجُورَنَا بِمُصَابِنَا بِالْحُسَیْنِ(عَلَیْهِ السلَامِ)، وَ جَعَلَنَا و اِیّاکُمْ مِنَ الطّالِبِیْنَ بِثَارِهِ مَعَ وَلِیّهِ الْاِمَامِ الْمَهْدِیِّ مِنَ آلِ مُحَمَّدٍ عَلَیْهِمِ السلَام

 

A'zhamallahu Ujurana Bimushabina bi al-Husein alaihi as-Salam, wa Ja'alana wa Iyyakum Mina at-Thalibina bi Tsarihi ma'a Waliyyihi al-Imam al-Mahdi min Ali Muhammad alaihim as-Salam

Semoga Allah Swt menambahkan pahala kita dengan ratapan duka akan musibah yang menimpa Imam Husein as dan menjadikan kita dan kalian sebagai penuntut darahnya bersama walinya al-Imam Mahdi af dari keluarga Muhammad as.

Pertalian kejiwaan dengan kebangkitan Imam Husein as membuat manusia hidup dengan perasaan. Nikmat besar ini bila dirangkaikan dengan akal memberi kesempatan manusia meraih kesempurnaan dan mengaktualisasikan segala potensinya. Pada waktu itu manusia akan terbebaskan dari segala batasan duniawi.

Kehidupan manusia yang semata-mata rasional akan terasa kering. Orang yang hidup dengan cara ini, maka kehidupannya tidak sehat. Hal yang sama juga dengan manusia yang hidup hanya mengandalkan perasaan. Ia tidak dapat melakoni kehidupannya dengan benar.

Dengan demikian, hanya manusia yang mampu mengkombinasikan antara akal dan afeksi yang dapat hidup sehat. Manusia hanya dapat terbang dengan dua sayap; akal dan emosi baru dapat mengarungi kehidupan yang tak bertepi. Di sini, revolusi Asyura memperkaya kehidupan manusia dari sisi rasionalitas dan afeksi secara bersamaan.

Read 2014 times