Umat Islam, khususnya orang-orang yang bertakwa senantiasa ingin mengingat Allah Swt dan mengawali setiap paginya dengan memuji dan mengagungkan Sang Pencipta. Dan ketika malam tiba, mereka juga ingin larut dalam zikir dan istighfar memohon ampun atas setiap kesalahan selama menjalani aktivitas. Orang-orang yang bertakwa selalu mendapati diri mereka berada di bawah pengawasan dan perlindungan Tuhan. Oleh karena itu, Rasul Saw dan Ahlul Baitnya mengajarkan umat Islam dengan berbagai amalan dan doa untuk waktu malam, siang, dan hari-hari dalam sepekan.
Jelas bahwa kadar amal perbuatan setiap individu berbeda-beda dan setiap orang akan memanfaatkan detik-detik dari kehidupan ini sesuai dengan kapasitas, waktu luang, dan tekadnya. Dalam al-Quran, Allah Swt berkali-kali bersumpah dengan fajar seperi dalam surat al-Fajr, ÔÇ£Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil, dan malam bila berlalu.ÔÇØ Pada permulaan ayat itu, Allah Swt bersumpah atas nama waktu fajar dan pada ayat-ayat berikutnya, bersumpah atas detik-detik di penghujung malam (waktu sahar).
Semua sumpah itu mengindikasikan keagungan saat-saat penghujung malam dan waktu fajar, yaitu persis pada detik-detik di mana kegelapan mulai sirna dan cahaya mulai tampak dari kelamnya malam. Oleh karena itu, Allah Swt pada permulaan surat al-Fajr bersumpah atas waktu fajar sebagai momen-momen agung dan besar. Dan pada ayat-ayat berikutnya, sumpah yang seperti itu dinilai sebagai sesuatu yang dapat diterima oleh orang-orang yang berakal.
Dalam ayat-ayat tersebut, Allah Swt ingin mengajak manusia untuk memikirkan dan merenungi masalah fajar sebagai tanda-tanda kekuasaan dan keagungan-Nya. Sementara untuk orang-orang yang berakal, wajib bagi mereka untuk merenungi masalah tersebut. Mereka akan menyingkap hakikat yang lebih besar dengan berpikir dan merenung pada waktu fajar.
Dengan merenungkan ayat-ayat al-Quran, manusia akan mengerti bahwa waktu fajar memiliki keistimewaan tersendiri dan dengan memanfaatkan waktu khusus tersebut, manusia dapat meniti dengan lebih cepat jalan menuju kesempurnaan insani. Detik-detik itu bagi orang-orang mukmin akan menjadi momen perkembangan diri dan kearifan.
Ayat-ayat pertama pada surat al-Fajr menyampaikan pesan bahwa orang-orang yang berakal mampu memahami keagungan Ilahi dan hakikat alam semesta pada detik-detik istimewa itu. Mereka adalah orang-orang yang telah menanggalkan tirai kegelapan dan rintangan. Waktu fajar adalah saat terbaik untuk melihat matahari, ia juga saat terbaik untuk memahami dan menemukan hakikat. Oleh sebab itu, Allah Swt menyeru orang-orang yang berakal untuk menemukan hakikat dengan memanfaatkan detik-detik di waktu fajar. Karena, waktu fajar adalah momen yang penuh berkah dan suci, yang bersumber dari alam Malakut.
Doa juga sangat berpengaruh pada waktu sahar (akhir waktu malam menjelang terbit fajar) yang penuh berkah. Salah satu kriteria muttaqin adalah memohon ampunan di waktu sahar. Allah Swt dalam surat adh-Dhariyat ayat 18 berfirman, ÔÇ£Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar.ÔÇØ Pada ayat 17 surat Ali Imran disebutkan bahwa salah satu ciri-ciri orang yang bertakwa adalah mereka memohon ampunan di waktu fajar. Demikian juga ketika anak-anak Nabi YaÔÇÖqub as menyesal karena telah membuang Yusuf ke sumur dan meminta orang tua mereka agar memohon ampunan kepada Tuhan, Nabi YaÔÇÖqub berkata kepada mereka, ÔÇ£Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Namun, Nabi YaÔÇÖqub as tidak segera memohon ampun untuk anak-anaknya, tapi ia menanti datangnya momen istimewa. Dalam berbagai riwayat dikisahkan bahwa Nabi YaÔÇÖqub as ingin memohon ampun untuk anak-anaknya pada waktu sahar (akhir waktu malam menjelang terbit fajar). Oleh karena itu, semua ayat tersebut mengajak manusia untuk memperhatikan kedudukan istimewa dan keutamaan luar biasa waktu sahar.
Rasul Saw juga menilai waktu sahar sebagai saat-saat istimewa untuk memohon ampunan kepada Allah Swt. Dalam sebuah riwayat, Rasul Saw bersabda, ÔÇ£Di detik-detik penghujung malam yang tersisa, yaitu mendekati terbitnya fajar atau waktu sahar, Allah memerintahkan seorang malaikat untuk berseru, di mana suaranya bisa terdengar di seluruh wilayah timur dan barat. (Malaikat) dalam seruannya berkata, ÔÇÿAdakah yang memohon ampun dan tidak memperoleh ampunan? Adakah yang bertaubat dan taubatnya ditolak? Adakah yang meminta kebaikan dan tidak mendapatkan jawaban? Adakah yang memohon sesuatu dan permohonannya tidak diterima dan Tuhan tidak mengabulkannya?ÔÇØ
Riwayat tersebut semakin memperjelas bahwa waktu sahar sebagai saat-saat terbaik untuk bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah Swt.
Waktu di antara terbit fajar hingga terbit matahari juga -- sama seperti waktu sahar -- memiliki kedudukan istimewa dalam kamus agama. Ada banyak riwayat dari Ahlul Bait Nabi as yang berbicara tentang keutamaan terjaga di antara terbit fajar hingga terbit matahari. Menurut berbagai riwayat, rezeki material dan spiritual seseorang ditentukan dan dibagi pada masa istimewa itu. Oleh sebab itu, Islam sangat menekankan untuk terjaga di antara terbit fajar hingga terbit matahari dan aktivitas tidur pada waktu itu dianggap sebagai perkara makruh.
Seorang guru besar akhlak dan ketua Hauzah Ilmiah Isfahan, Ayatullah Hossein Mazaheri menyebut salah satu alasan makruhnya tidur di antara terbit fajar hingga terbit matahari adalah bahwa manusia akan dikuasai oleh hawa nafsu. Dalam salah satu tausiah kepada murid-muridnya, Ayatullah Mazaheri mengatakan, ÔÇ£Jika seseorang ingin memiliki tekad dan keinginan yang kuat, maka ia harus menentang hawa nafsunya dan salah satu bentuk melawan hawa nafsu adalah terjaga di antara terbit fajar hingga terbit matahari, di mana tekad akan menjadi kuat.ÔÇØ
Imam Muhammad al-Baqir as berkata, ÔÇ£Beruntunglah kalian yang berdoa di waktu sahar. Sebab pada waktu itu, pintu-pintu langit dibuka, rezeki disebarkan, dan permintaan-permintaan yang besar dikabulkan pada masa itu.ÔÇØ Dalam riwayat lain dari Rasulullah Saw disebutkan, ÔÇ£Ketika kalian telah menunaikan shalat subuh, maka berdoalah dan kemudian pergilah untuk mencari rezeki.ÔÇØ Riwayat-riwayat tersebut menjadi penerang tentang keutamaan waktu di antara terbit fajar hingga terbit matahari, termasuk masalah pengaturan rezeki di dalamnya.
Lalu, mengapa di waktu sahar manusia diperintah untuk beristighfar? Sementara di antara terbit fajar hingga terbit matahari diminta fokus untuk mencari rezeki? Salah satu alasannya adalah pada saat semua sudut alam dipenuhi oleh kegelapan dan kepekatan malam, hati manusia juga pekat diselimuti oleh dosa dan kelalaian, untuk itu mereka diperintahkan untuk berlindung kepada Tuhan dan memohon ampunan kepada-Nya. Namun, ketika langit mulai terang dan sinar mentari mulai tampak, manusia diperintahkan untuk memohon rezeki kepada Allah Swt. Sebenarnya, mereka diminta untuk mulai mencari rezeki halal dengan kerja keras dan tawakkal kepada Allah Swt.
Salah satu doa terlengkap dari Rasul Saw dan Ahlul Bait untuk dibacakan pada waktu terbit fajar hingga terbit matahari adalah sebagai berikut, ÔÇ£Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati dan penglihatan, teguhkanlah hatiku senantiasa di atas agama-Mu dan janganlah Engkau sesatkan hatiku setelah Engkau anugerahkan petunjuk, dan berilah aku rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau maha pemberi dan lindungilah aku dari api neraka dengan rahmat-Mu. Ya Allah, panjangkanlah umurku, dan beri keluasan dalam rezekiku, dan limpahkanlah kepadaku rahmat-Mu, dan jika aku tercatat di sisi-Mu di ummul kitab sebagai orang yang celaka, maka jadikanlah aku orang yang bahagia, sesungguhnya Engkau menghapus apa yang Engkau kehendaki, dan menetapkan apa yang Engkau inginkan dan di sisi-Mu ummul kitab.ÔÇØ