Persahabatan dan Mencari Sahabat dalam Islam

Rate this item
(1 Vote)
Persahabatan dan Mencari Sahabat dalam Islam

Kasih sayang yang ada dalam diri masyarakat memiliki pengaruh luar biasa dalam kehidupan mereka dan menjadi obat bagi pelbagai masalah kejiwaan manusia. Berpikiran positif terkait orang lain dan mengasihi mereka membuat pekerjaan sehari-hari lebih ringan dan interaksi lebih mudah serta solusi bagi banyak problem sosial.

Agama Islam sangat memandang penting soal menyebarkan kasih sayang dengan masyarakat dan itu dilakukan dengan pentakbiran yang beragam dan indah saat menjelaskan posisi penting sifat mulia ini. Rasulullah Saw bersabda, "Puncak akal setelah iman kepada Allah Swt adalah mengasihi manusia."[1]

Dalam riwayat lain dari Maksumin as disebutkan bahwa mengasihi masyarakat terkadang disampaikan dengan ungkapan akal[2] atau setengah dari akal[3]. Secara umum, dengan melihat perilaku para Nabi dan Maksumin as rahasia bagaimana mereka dicintai dan begitu diterimanya mereka oleh masyarakat kembali pada unsur pengasih yang ada dalam dirinya terhadap masyarakat. Sementara menurut pandangan al-Quran, orang-orang mukmin dan pelbagai kalangan masyarakat Islam merupakan saudara satu sama lainnya. Itulah mengapa perilaku mereka terhadap yang lain harus berdasarkan prinsip persaudaraan dan seperti dua saudara.

"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (QS. al-Hujurat: 10)

Abd al-Mu'min al-Anshari menukil, "Saya pergi menemui Imam Musa bin Ja'far as dan Muhammad bin Abdullah Ja'fari berada bersama beliau. Saya tersenyum kepadanya. Imam Kazhim as berkata, ?Apakah engkau mengasihinya?' Saya menjawab, ?Iya. Saya mengasihinya karena Anda.' Imam Kazhim as berkata, ?Ia adalah saudaramu. Seorang mukmin merupakan saudara kandung mukmin yang lain."[4]

Dengan demikian, penting untuk menjelaskan ajaran Islam agar dapat mengubah pandangan kita dan masyarakat Islam tentang saudara seagama. Cara pandang ini harus disosialisasikan di tengah-tengah masyarakat, sehingga menjadi sarana bagi persatuan masyarakat Islam dan kekompakan mereka.

Mencari sahabat merupakan unsur lain yang telah dipesankan dalam agama Islam dan banyak riwayat yang membicarakan masalah ini. Mengamalkan perintah Islam ini akan menciptakan hubungan yang lebih erat antara umat Islam dan mempersatukan masyarakat Islam. Penerapan ajaran Islam di bidang ini akan merealisasikan ayat al-Quran yang berbunyi "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai" di setiap masyarakat Islam.

Islam saat mencela orang-orang yang memilih untuk menyendiri menyebut mereka orang yang paling lemah dan menyayangkan kepribadian mereka yang lemah. Imam Ali as berkata, "Orang yang paling lemah adalah yang tidak mampu mencari sahabat, sementara yang lebih lemah darinya adalah orang yang kehilangan sahabatnya."[5]

Hanya dalam satu kondisi Islam memilih untuk menyendiri dan tidak berinteraksi dengan masyarakat ketika sahabatnya adalah orang-orang yang sangat rusak, sehingga bila bergaul dengannya, maka ia sendiri akan terjauhkan dari Allah atau melakukan maksiat. Kondisi yang seperti ini membuat seseorang harus memilih untuk sendiri. Sikap Ashab Kahfi termasuk kasus yang semacam ini dan banyak riwayat yang memuji sikap orang yang memilih untuk sendiri ketika kondisi masyarakat sedemikian rusak.

Sumber: Dousti va Doust Dashtan dar Quran va Rivayat, Mohammad Hemmati, Markaz Pezhouhesh-ha Eslami Seda Va Sima, Qom, 1392 Hs.

 

[1] . Syeikh Shaduq, al-Khishal, jilid 1, hal 15 hadis 55.
[2] . Abd al-Wahid Ibnu Muhammad at-Tamimi al-Amidi, Ghurar al-Hikam, hal 189, hadis 95.
[3] . Syeikh Shaduq, Man Laa Yahdhuruhu al-Faqih, jilid 4, hal 416.
[4] . Bihar al-Anwar, jilid 74, hal 236, hadis 38.
[5] . Ibid, hal 278, hadis 12.

Read 3392 times