Hari ini, kita sedang berada di salah satu hari agung mengenang perjuangan Imam Husein. Sembilan Muharam, satu hari sebelum puncak tragedi Karbala. Hari dan malam 9 Muharam, menjadi bukti kecintaan dan pengabdian para pengikut setia Imam Husein. Di hari ini, kita mengenang perjuangan Abbas yang mengorbankan seluruh jiwa dan raganya demi membela Imam Husein.
Terkait hari Tasua, Imam Sadiq berkata, “Tasua adalah hari ketika Imam Husein dan pengikut setianya dikepung. Pasukan Musuh membentuk lingkaran mengepung mereka dari berbagai arah. Ibnu Marjanah dan Umar bin Saad beserta pasukannya bersuka cita di hari itu. Tapi, Imam Husein dan pengikutnya yang diridhai Allah swt, tidak bisa menghitung dan meyakinkan orang-orang yang tidak bersedia menjadi pengikut Husein.”
Sejarah mencatat episode tragis peristiwa 9 Muharam. Umar bin Saad berteriak memberi komando kepada pasukan Kufah. “Wahai pasukan Tuhan bergeraklah, dan kemenangan bersama kalian !”. Kemudian ia bersama pasukannya menuju ke arah pengikut Imam Husein setelah shalat Asar.
Ketika itu, Abbas berkata kepada Imam Husein. “Wahai saudaraku, musuh telah bergerak menuju ke arah kita.” Lalu dengan lemah lembut Imam Husein menjawab. “Wahai Abbas, saudaraku. Segeralah tunggangi kuda, dan temuilah mereka. Tanyakan apa yang terjadi, dan untuk apa datang ke sini ?”.
Mendengar perintah Imam Husein, Abbas langsung menaiki kudanya dan bergerak menuju ke arah pasukan musuh didampingi dua puluh orang, di antaranya adalah Zuhair bin Qain dan Habib bin Mazahir.
Ketika berhadapan dengan pasukan musuh, Abbas bertanya kepada mereka. “Apa yang terjadi dan apa yang kalian inginkan ?” tanya Abbas. Mereka menjawab, “Atas instruksi Amir, kalian berbaiat atau kami perangi!”. Lalu Abbas kembali berkata, “Jangan tergesa-gesa hingga aku sampaikan pesan kalian ini kepada Abu Abdillah,”.
Kemudian, Abbas bergegas menuju ke arah Imam Husein untuk menyampaikan pesan dari pihak musuh. Setibanya di sana, Abbas langsung mengutarakan usulan Umar bin Saad kepada Imam Husein.
Mendengar pesan yang disampaikan saudaranya itu, Imam Husein memerintahkan Abbas untuk kembali menemui pasukan musuh. “Kembalilah temui mereka, jika bisa ajaklah mereka untuk menahan diri dan menunda pertempuran hingga besok pagi.Sebab, malam ini aku ingin shalat dan bermunajat kepada Allah swt, dan memohon ampunan-Nya.Allah swt menyukai hambanya yang shalat, membaca kitab-Nya, berdoa dan memohon ampunan,”.
Tanggal sembilan Muharam merekam peristiwa besar sepanjang sejarah menjelang hari Asyura. Ada kecemasan, perhatian, pengabdian dan pengorbanan dari para pengikut Husein. Mereka menunjukkan bukti kecintaannya kepada kebenaran yang dibawa Imam Husein.
Para pengikut Imam Husein tidak berada di wilayah abu-abu. Mereka tahu hitam dan putih. Mereka tahu betul di mana kebenaran berada, dan kejahatan terletak di sebelah mana. Tidak hanya itu, mereka juga siap mengorbankan seluruh jiwa dan raganya demi membela kebenaran.
Memasuki malam, para pengikut Imam Husein tetap setia bersama pemimpinnya. Kesetiaan mereka lahir dari kecintaan terhadap kebenaran yang dibawa Imam Husein. Dengan kesadaran tinggi mereka berkorban dan mengabdi membela Imam Husein meski harus menghadapi ribuan pedang, panah dan tombak yang siap menghujam tubuhnya.
Kecintaan mereka kepada Imam Husein tidak bisa diberangus oleh pedang. Bahkan mereka bangga syahid bersama Al Husein. Cinta dan pengorbanan mereka manifestasi dari jiwa yang besar, dan ilmu yang menghunjam. Karbala, jantung kecintaan terhadap Imam Husein.
Syarat pertama bergerak menempuh jalan kebenaran adalah melepaskan ketergantungan dan keterikatan duniawi. Orang-orang yang terikat dan tergantung kepada selain Allah, tidak mampu memahami tujuan agung. Kebesaran jiwa ditentukan oleh bagaimana ia bisa melepaskan segala bentuk keterikatan dan ketergantungannya kepada seluruh ikatan yang membelenggu kehidupannya.
Imam Husein memberikan kebebasan kepada para pengikutnya untuk bersamanya atau meninggalkan dirinya menuju rumah mereka masing-masing. Bahkan di malam Asyura, Imam Husein memberikan kebebasan kepada para pengikutnya. Tapi dengan kesadaran tinggi, mereka mengikuti Imam Husein dan syahid di padang Karbala. Mereka adalah contoh-orang-orang yang telah memutus ketergantungan dengan dunia, bahkan dengan nyawa mereka sendiri, demi mencapai tujuan mulia; syahid demi membela kebenaran!.
Di malam Asyura, Imam Husein berkata kepada para pengikutnya, “Aku tidak memiliki sahabat yang paling setia, selain para pengikutku. Aku tidak mengenal orang yang lebih baik dari mereka, dan tidak ada keluarga yang lebih pengasih dari Ahlul Baitku. Allah swt menjadikan kalian sebagai penolongku.Sadarilah, aku sudah tidak berharap dari masyarakat (Kufah). Ketahuilah, aku bisa melepaskan Baiat kalian dariku, dan aku memberikan izin kepada kalian untuk meninggalkan tempat berbahaya sejak malam ini untuk kalian menempuh perjalanan jauh. Menebarlah ke desa dan kota hingga Tuhan menyelamatkan kalian. Mereka hanya menghendaki diriku, dan tidak ada urusan dengan kalian.”
Setelah Imam Husein selesai berpidato, seluruh pengikutnya menyatakan tetap setia dengan kecintaan dan pengorbanan penuh. Di antara mereka, Abbas bin Ali menjadi orang pertama yang menyatakan sumpah setia kepada Imam Husein. Setelah Abbas, para pemuda Ahlul Bait menyatakan kesetiaannya kepada pemimpin mereka satu persatu, kemudian diikuti yang lain.
Salah satu poin yang paling menarik dari peristiwa Asyura adalah interaksi antara Imam dan pengikutnya. Hubungan mereka dibangun dari fondasi keimanan kepada Allah swt yang kokoh. Oleh karena itu, dalam kondisi paling sulit sekalipun, para pengikut Imam Husein tetap setia mendampingi pemimpinnya hingga titik darah penghabisan.
Ketika ditanya oleh Sayidah Zainab, apakah Imam Husein sudah menguji para pengikutnya. Imam Husein menjawab, “Demi Tuhan, aku telah mengujinya. Mereka lebih tegar dari gurun. Laksana gunung, tidak bisa ditembus. Mereka pencinta kematian; mereka bak anak-anak menyusui yangmembutuhkan kasih sayang ibu, dan haus air susunya.”
Imam Husein dalam setiap keadaan senantiasa memuji para pengikut setianya, dan menyebut mereka sebagai sahabat terbaik sepanjang sejarah. Di malam Asyura,bahkan para remaja dengan gagah berani, seperti Qasim bin Hassan meyakini kematian lebih manis dibandingkan madu, dan menyambutnya tanpa ragu.
Keagungan juga ditampilkan Abbas yang membela Imam Husain hingga syahid. Abbaslah yang membawa air untuk anak-anak dan perempuan yang kehausan, meski harus menembus barikade musuh yang sangat kuat. Mereka adalah para ksatria yang mengorbankan dirinya demi membela kebenaran. Padang Karbala menjadi buktinya!