Allah Swt Maha Penyayang dan Pengampun, serta rahmat-Nya senantiasa menyelimuti seluruh makhluk, tapi harus kita sadari bahwa rahmat ilahi di sejumlah waktu dan tempat lebih besar serta pengampunan dosa lebih mudah.
Salah satu waktu tersebut adalah Hari Arafah. Bagi mereka yang mencari rahmat ilahi, Hari Arafah merupakan peluang yang sangat baik sehingga mereka mampu meraih keridhaan Tuhan serta bertobat atas dosa-dosanya.
Salah satu karakteristik orang mukmin adalah senantiasa ingin mendekatkan dirinya dengan Tuhan serta setiap langkahnya demi meraih keridhaan-Nya. Seperti disebutkan di berbagai riwayat yang menganjurkan tobat atau doa, serta dari sisi lain tempat atau waktu khusus yang disebutkan bagi terkabulnya doa atau tobat, juga dijelaskan waktu atau tempat istimewa untuk meraih keridhaan Tuhan di mana orang mukmin dapat mendekatkan dirinya kepada Tuhan.
Arafah lokasi yang tepat bagi kita untuk memikirkan filosifi penciptaan dan posisi kita di alam semesta dan memahami esensi sejati kita. Hari kesembilan bulan Dzulhijjah adalah hari Arafah, hari ketika para peziarah Baitullah berbondong-bondong menuju padang Arafah untuk menunjukkan penghambaan dan menitikkan air mata, bermunajat kepada Allah Swt. Arafah merupakan tempat terbaik yang pernah dijadikan tempat pemberhentian pada Wali Allah.
Salah satu peluang terbaik di hari ini adalah mengenal Tuhan. Di salah satu hadis dari Rasulullah disebutkan bahwa siapa yang mengenal dirinya sendiri maka ia mengenal Tuhannya. Menurut hadis ini, mengenal Tuhan hanya dapat diraih dengan mengenal diri sendiri. Para ulama Syiah sangat mementingkan hadis ini dan mereka mengatakan, isi hadis ini dari kitab samawi dan sejumlah ayat al-Quran menjelaskan arti dari hadis ini.
Peluang lain di hari ini adalah peluang untuk bertobat dari dosa-dosa, sebuah peluang yang tidak dapat diulang di hari-hari yang lain. Tobat sangat dibutuhkan seorang hamba. Di hari istimewa ini Tuhan menerima berbagai tobat, cukup manusia bertekad meninggalkan dosa dan menyesal perbuatannya, saat itu mereka akan tenggelam ke dalam lautan rahmat ilahi.
Peluang penting lain di Hari Arafah adalah berdoa dan munajat. Arafah disebut hari munajat karena amal terbaik di hari ini adalah memanjatkan doa kepada Ilahi. Sedemikian pentingnya doa di hari ini, sehingga para Imam Maksum as menganjurkan jika puasa sunnah di hari ini menyebabkan tubuh lemah dan tidak memungkinkan untuk berdoa, maka lebih baik ditinggalkan sehingga setiap orang bisa lebih khusyu berdoa dan bermunajat. Anjuran ini menunjukkan urgensi dan kedudukan khusus doa serta munajat.
Doa adalah wasilah atau instrumen bagi makhluk untuk mendekatkan diri kepada Penciptanya. Doa memberikan ketenangan batin kepada manusia. Karena dalam doa perhatian manusia hanya ditujukan kepada Tuhan dan mengabaikan selain-Nya.
Pada kenyataannya, dengan doa manusia melatih dirinya dalam penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghindari syirik, serta mewujudkan Tauhid yang merupakan syarat awal seseorang menjadi Muslim.
Doa adalah hadiah Ilahi yang dianugerahkan kepada manusia. Sungguh indah ketika berdoa di Hari Arafah, kita lebih dahulu mendoakan orang lain sebelum kita sendiri. Imam Shadiq as terkait dampak luar biasa lebih dulu mendoakan orang lain berkata, barangsiapa yang mendoakan saudaranya, malaikat berseru dari langit, Hai hamba Tuhan 200 ribu kali lipat dari apa yang engkau inginkan akan menjadi milikmu.
Malaikat yang lain dari langit ketiga berseru, Hai hamba Tuhan 300 ribu kali lipat dari apa yang engkau inginkan akan menjadi milikmu. Malaikat yang lain dari langit keempat berseru, Hai hamba Tuhan 400 ribu kali lipat dari apa yang engkau inginkan akan menjadi milikmu, begitu seterusnya hingga malaikat dari langit ketujuh.
Lantunan doa di hari Arafah berkumandang hingga membuat setan sedih atas penghambaan manusia kepada Tuhan. Para jemaah haji di hari ini, membersihkan jiwanya di samudera rahmat dan kasih sayang Ilahi sehingga mereka seperti bayi-bayi yang baru lahir, suci dari segala kekotoran duniawi. Di riwayat di sebutkan, mereka yang telah kehilangan kesempatan di malam lailatul qadar dan bulan Ramadhan untuk mendapatkan ampunan Tuhan, maka selayaknya ia memanfaatkan hari Arafah untuk meminta ampunan Ilahi. Hari ini, tangan-tangan hamba Ilahi memiliki satu kesamaan yakni mereka sama-sama memohon rahmat dan ampunan Ilahi.
Pentingnya doa di Hari Arafah sedemikian tingginya sehingga Nabi Muhammad Saw yang kerap melaksanakan shalat Zuhur dan Asar dengan jeda waktu, di Hari Arafah melaksanakan kedua shalat itu tanpa jeda sehingga tersedia waktu yang lebih banyak untuk berdoa dan bermunajat.
Salah satu doa yang paling indah dan mengandung makna yang dalam dan dibaca di Hari Arafah adalah Munajat Imam Husein as. Imam Husein as di dalam doa penuh makna itu, menjelaskan Tauhid dengan kalimat-kalimat luhur dan indah. Semangat irfan dan makrifat mencapai puncaknya di setiap baris doa ini.
Imam Husein as di dalam doanya menjelaskan salah satu sisi dari nikmat tanpa akhir Tuhan untuk manusia di seluruh kehidupannya. Salah satu di antaranya, Imam Husein as mengatakan bahwa kasih sayang dan kesabaran seorang ibu adalah percikan kasih sayang Tuhan.
Setelah itu Imam Husein as menjelaskan tentang pentingnya bersyukur atas segala nikmat Ilahi dan menganggap dirinya tidak mampu bersyukur bahkan satu kalipun. Setiap baris doa ini adalah pintu dari cinta dan kasih sayang Tuhan yang dibuka bagi manusia. Makna terdalam doa ini menunjukkan bahwa Imam Husein as dengan seluruh wujudnya mencintai Allah Swt dan beliau merasakan kehadiran Tuhan di seluruh wujudnya.
Di salah satu bagian doanya, Imam Husein as bermunajat, Ya Tuhanku Engkaulah yang memberikan nikmat, Engkaulah yang berbuat baik, Engkaulah yang bersikap baik, Engkaulah yang memuliakan, Engkaulah yang membuatku mampu, Engkaulah yang memberikan kemuliaan, Engkaulah menyempurnakan rahmat-Mu, Engkaulah yang memberi rizki, Engkaulah yang bertindak atas kemuliaan-Mu.
Engkaulah yang menjauhkanku dari dosa, Engkaulah yang menutup dosa-dosa, Engkaulah yang mengampuni dosa-dosa, Engkaulah yang menerima kekurangan, Engkaulah yang mencegahku berbuat dosa, Engkaulah yang memberikan kemuliaan, Engkaulah yang mendukung, Engkaulah yang meneguhkan sikapku, Engkaulah yang memberi kesempatan, Engkaulah yang memberi kesehatan, Engkaulah berderma, Maha Agung Engkau Tuhanku, segala puji selamanya bagi-Mu.
Akan tetapi aku, Wahai Tuhanku, mengakui seluruh kesalahanku, maka ampunilah aku. Akulah yang berbuat dosa, akulah yang berbuat salah, akulah yang berbuat bodoh, akulah yang berjanji, aku pula yang tidak menepatinya, akulah yang melanggar janji, akulah yang berikrar atas kejahatanku sendiri. Aku mengakui seluruh nikmat yang Engkau berikan kepadaku, aku mengakui semua dosa-dosaku dan tidak akan mengulanginya, maka ampunilah aku.