Di kalangan masyarakat secara umum, dosa dipahami terbagi atas dua, yaitu dosa besar dan dosa kecil. Dalam hal ini, penting mengetahui apa tolak ukur dalam menentukan besar dan kecilnya sebuah dosa.
Sebagian orang mengatakan bahwa keduanya adalah perkara relatif. Jika salah satunya lebih diperhatikan itu adalah dosa besar, sementara yang kurang diperhatikan adalah dosa kecil. Tetapi apabila merujuk pada arti bahasanya, dosa besar adalah setiap dosa yang menurut pandangan Islam besar dan sangat diperhatikan. Besarnya perhatian bisa diketahui bahwa dalam al-Quran dosa tersebut tidak cukup hanya dengan larangan, akan tetapi disertai dengan adanya ancaman siksa neraka. Dosa itu antara lain bunuh diri, zina, makna harta riba, dan sebagainya.
Oleh karena itu, terdapat hadis-hadis diriwayatkan oleh Imam Ja’far Shadiq yang berbunyi,”Dosa besar adalah dosa-dosa yang Allah menetapkan atasnnya siksa neraka.” Terdapat pula riwayat, menyebutkan ada tujuh dosa besar, namun sebagian besar menyebutkan ada dua puluh, ada pula menyebutkan tujuh puluh. Ini merupakan hal yang tidak bertentangan, dengannya hal ini relevan mengenai adanya dosa besar tingkat pertama, dosa besar tingkat kedua, dan semuanya tergolong jenis dosa besar.
Akan tetapi, poin penting yang harus diperhatikan di sini ialah, adanya dosa kecil diartikan sebagai dosa yang apabila kita mengulang-ulanginya. Sebagaimana Sayyid Said Husain Husaini menjelaskan bahwa, bila dosa kecil terus dilakukan, itu merupakan bentuk ketidakpedulian, kesombongan, dan kesewenang-wenangan, kepada Allah SWT. Karena sesuai al-Quran dan berbagai riwayat disebutkan bahwa dosa kecil bisa berubah menjadi dosa besar:
Pertama, ketika selalu mengulangi perbuatan dosa kecil, Imam Ja’far Shadiq berkata, “Tidak ada dosa kecil yang disertai dengan terus-menerus mengulanginya.”.
Kedua, ketika sebuah dosa dianggap kecil dan diremehkan, Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata, “Dosa yang paling berat adalah dosa yang diremehkan oleh pelakunya.”
Ketiga, ketika dosa dilakukan secara sewenang-wenang, sombong, dan durhaka di hadapan Allah SW. Seperti yang tergambar dalam QS. Al-Naziat ayat 37 “Adapun orang yang melampaui batas dan lebih megutamakan kehidupan dunia sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya.”
Keempat, ketika dosa dilakukan oleh orang orang yang memiliki kedudukan khusus di masyarakat. Kesalahan dan dosa mereka tidak dianggap sama dengan orang lain. Al-Quran mengungkapkan soal ini sehubungan dengan istri-istri Nabi SAW dalam surah al-Ahzab ayat 30 “Apabila kalian melakukan perbuatan buruk, kalian akan mendapatkan siksanya dua kali lipat.”
Kelima, bila seseorang senang dan bahagia melakukan dosa, bahkan merasa bangga atas hal itu, Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang berbuat dosa dan ia malah tertawa, ia akan masuk neraka dalam keadaan menangis.”
Keenam, ketika seseorang menganggap bahwa Allah tidak segera menyiksanya, mengira hal itu menunjukkan keridhaa-Nya atas dosa yang dia lakukan, menganggap bahwa ia selamat dari siksaan, dan dirinya adalah orang yang dicintai Allah. Sebagaimana al-Quran surah al-Mujadilah ayat 8 digambarkan tentang perkataan sebagian para pendosa yang congkak: “Mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri: Mengapa Allah tidak menyiksa kita? Kemudian al-Quran menegaskan: Cukuplah bagi mereka neraka Jahannam.”
Maka dari itu, mengetahui sebab perubahan dosa kecil yang menjadi sebuah dosa besar, sebagaimana point-point di atas, kemudian menjadi alarm agar terhindar dari perbuatan tersebut. Sebagai manusia yang ingin mendekatkan diri dan mengharap kasih sayang Tuhan, kita harus waspada jangan sampai baik secara sadar maupun tidak sadar, telah menumpuk banyak dosa. Berat sebuah dosa tidak sama dengan beratnya alasan untuk melakukannya. Pendosa yang tahu bahwa dosanya kebanyakan, lazimnya segera bertobat. Akan tetapi bencana zaman mulai datang, begitu manusia menyepelekan dosa dan melakukan pembenaran akan dosa-dosanya. Ia tidak hanya menutup pintu tobat, bahkan menjadikan manusia lebih mantap dan lebih berani berbuat dosa. Oleh karena itu, kaum muslim yang sadar senantiasa merenungkan kembali dosa-dosa, amal perbuatan, dan melakukan introspeksi diri agar tidak menjadi golongan orang-orang yang dimurkai-Nya.