Dalam Islam, keberhasilan tidak diukur dari sejauh mana seseorang berhasil menarik banyak pengikut, membangun lembaga pendidikan, meraih jabatan dalam pemerintahan, atau mengumpulkan kekayaan materi. Meskipun pencapaian-pencapaian tersebut tidak selalu tercela, Islam memiliki standar yang lebih tinggi dalam menilai keberhasilan.
Keberhasilan sejati dalam Islam diukur dari sejauh mana seseorang mengabdikan dirinya kepada Allah SWT dengan sepenuh hati dan keikhlasan. Inilah hakikat tugas manusia di dunia. Imam Ali a.s., saat kepalanya ditebas dalam serangan keji, secara spontan mengucapkan:
“Demi Tuhan Ka’bah, aku sungguh telah beruntung.”
Perkataan ini menegaskan bahwa mati syahid dalam mempertahankan kebenaran adalah bentuk keberuntungan dan keberhasilan tertinggi dalam Islam.
Keberhasilan dalam Perspektif Para Nabi, Rasul, dan Orang Saleh
Para nabi, rasul, imam, dan orang-orang saleh tidak menjadikan dunia dan materi sebagai tujuan utama. Mereka hanya melihat Allah SWT sebagai satu-satunya target dan tujuan hidup mereka. Kehidupan mereka senantiasa dipandu oleh wahyu Ilahi dan tidak terikat oleh hal-hal duniawi.
Allah SWT berfirman:
“Bahwa sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu).”
(QS. An-Najm: 42)
Ayat ini menegaskan bahwa segala sesuatu pada akhirnya akan kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu, keberhasilan sejati bukanlah tentang pencapaian duniawi yang bersifat sementara, melainkan tentang bagaimana seseorang mengarahkan seluruh hidupnya untuk menggapai ridha Allah.
Hubungan mereka dengan dunia materi hanya sebatas pada jasad mereka yang bersifat fisik, sementara ruh mereka tetap terhubung dengan alam yang lebih tinggi. Imam Ali a.s. menggambarkan keadaan mereka dengan berkata:
“Jasad mereka berada di dunia, tetapi ruh mereka bergelantungan di tempat yang sangat tinggi.”
(Nahj al-Balaghah, Al-Hikmah 143)
Ungkapan ini menunjukkan bahwa meskipun mereka hidup di dunia, hati dan jiwa mereka selalu tertuju kepada Allah SWT, jauh dari keterikatan terhadap dunia dan kesenangan fana.
Keberhasilan dalam Islam bukan diukur dari pencapaian materi, kekuasaan, atau popularitas, melainkan dari tingkat keikhlasan seseorang dalam beribadah dan mengabdikan dirinya kepada Allah SWT. Mati dalam keadaan mempertahankan kebenaran, seperti yang dialami oleh para nabi dan orang-orang saleh, merupakan bentuk keberhasilan sejati.
Maka, sebagai seorang Muslim, sudah sepatutnya kita mengarahkan tujuan hidup kita untuk mencari ridha Allah, karena hanya dengan cara itu kita dapat meraih kesuksesan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.