
کمالوندی
Keutamaan Hari dan Bulan (Bagian-8)
Rajab adalah bulan untuk memperbanyak doa, munajat, dan berkhalwat dengan Tuhan. Salah satu keutamaan lain yang dimiliki bulan Rajab adalah melakukan 'itikaf pada hari-hari ke-13, 14, dan 15 (Ayyam al-Biid). Itikaf berarti menjauhi dunia dan hal-hal yang bersifat duniawi serta berkhalwat dengan Tuhan dan berlindung di masjid untuk memohon keselamatan dari keburukan hawa nafsu dan godaan syaitan. Perbuatan ini memiliki pengaruh besar bagi ruh dan spiritualitas manusia.
Sebenarnya, 'itikaf tidak terbatas pada agama Islam, tapi sudah dipraktekkan oleh pengikut agama-agama samawi lain dan kemudian diteruskan oleh Islam. Mungkin saja Islam mengubah beberapa syarat dan ketentuan untuk melaksanakan amalan tersebut. Beberapa ayat al-Quran juga menyinggung perbuatan 'itikaf yang dilakukan oleh umat-umat terdahulu. Dalam surat al-Baqarah ayat 125, Allah Swt berfirman, "Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, 'Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang 'itikaf, yang ruku' dan yang sujud.'"
Ayat tersebut menjelaskan bahwa sebuah ibadah dengan nama 'itikaf sudah ada pada masa Nabi Ibrahim dan Ismail as, dan masyarakat pada waktu itu ber'itikaf di sekitar Ka'bah. Sayidah Maryam as juga menyendiri dan berkhalwat ÔÇô setelah bertemu dengan malaikat ÔÇô untuk ber'itikaf dan bermunajat kepada Allah Swt.
Rasul Saw juga sering menyendiri di Gua Hira' untuk bertafakkur dan beribadah. Sikap menyendiri ini juga dilakukan oleh para pengikut agama tauhid sebelum Nabi Muhammad Saw. Pada dasarnya, dapat dikatakan bahwa khalwat tersebut merupakan peluang untuk memperkuat kehidupan spiritualitas Rasul Saw dan mukaddimah untuk pengutusan beliau dan penurunan wahyu. Rasul Saw ÔÇô setelah diutus sebagai nabi ÔÇô mengajarkan 'itikaf kepada umat Islam dan amalan sunnah ini semakin populer di tengah kaum muslim.
Dalam 'itikaf di Ayyam al-Biid, umat Islam berdiam diri di masjid selama tiga hari dan tidak keluar dari tempat itu kecuali untuk keperluan-keperluan mendesak. Sepanjang tiga hari itu, para jamaah 'itikaf berpuasa, melakukan ibadah-ibadah lain, dan memohon ampunan kepada Allah Swt.
Salah satu momen penting lainnya di bulan Rajab terdapat di hari ke-15 bulan itu. Sayid Ibn Thawus dalam bukunya, Iqbal al-Amal, menukil sebuah riwayat bahwa Nabi Adam as berdoa kepada Tuhan dengan berkata, "Wahai Tuhanku! Kabarkan aku tentang waktu yang paling Engkau cintai. Tuhan berfirman kepadanya, Wahai Adam! Waktu yang paling Aku cintai adalah hari ke-15 bulan Rajab. Wahai Adam! Mendekatlah ke sisi-Ku pada hari itu dengan berpuasa, berdoa dan beristighfar serta membaca zikir 'La ilaha illallah.' Wahai Adam! Qadha dan qadarku menetapkan bahwa Aku mengutus seorang nabi (Muhammad Saw) dari keturunanmu, di mana ia adalah seorang yang penyabar, pengasih, pemaaf, pintar, dan penuh berkah. Aku mengkhususkan hari ke-15 bulan Rajab kepadanya dan umatnya, di mana pada hari itu, Aku akan memberikan apa saja yang mereka minta, dan barang siapa dari mereka pada hari itu memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya, dan barang siapa dari mereka memohon rezeki kepada-Ku, maka Aku akan memberinya rezeki, dan barang siapa meminta pertolongan kepada-Ku, maka Aku akan membantunya, dan jika mereka memohon kasih sayang kepada-Ku, maka Aku akan melimpahkan kasih sayang kepadanya. Wahai Adam! Barang siapa yang berpuasa pada hari ke-15 bulan Rajab dan berzikir, khusyu' dan mengontrol amarahnya serta memberi sedekah dari hartanya, maka balasannya di sisi-Ku tidak lain kecuali surga. Wahai Adam! Katakanlah kepada anak-anakmu agar mereka menjauhi dosa dan maksiat di bulan Rajab, sebab dosa di bulan itu sangat besar."
Dengan memperhatikan keutamaan yang dimilikinya, manusia tidak seharusnya kehilangan kesempatan berharga itu. Ini adalah sebuah peluang emas untuk mendekatkan diri dan kembali ke jalan-Nya. Manusia harus berusaha untuk memposisikan dirinya di jalur hembusan rahmat dan pengampunan Tuhan.
Salah satu momen paling penting terletak di hari-hari terakhir bulan Rajab. Hari itu termasuk di antara salah satu waktu yang paling mulia yaitu hari ke-27 Rajab, di mana Rasulullah Saw diutus sebagai penyampai risalah Allah Swt. Pada hari itu, umat manusia keluar dari kegelapan dan bergabung dengan cahaya petunjuk.
Mengenai kondisi sebelum diutusnya Nabi Saw, Imam Ali as berkata, "Rasul diutus pada saat masyarakat terjebak dalam fitnah, kekacauan, dan kebingungan era Jahiliyah. Fitnah-fitnah itu telah memperlemah simpul rumah agama dan merusak pilar-pilar bangunan keyakinan jalan kebenaran telah hilang dan kegelapan menyelimuti dunia. Masyarakat tidak patuh pada perintah Tuhan dan lebih memilih Syaitan daripada rahmat Tuhan."
Pengutusan Nabi Muhammad Saw untuk mengemban misi risalah merupakan peristiwa terpenting dalam proses membimbing umat manusia dan batu pijakan untuk membebaskan mereka dari diskriminasi, kebodohan, dan kerusakan, serta mendorong manusia menuju tauhid, spiritualitas, keadilan, dan kemuliaan.
Pengutusan Nabi Saw telah menciptakan sebuah revolusi di dunia kemanusiaan dan masih berlanjut sampai sekarang. Evolusi spiritual ini membimbing masyarakat penyembah berhala kepada sumber penciptaan dan mencegah mereka dari perbuatan buruk. Pesan fundamental Islam adalah kembali ke tujuan kolektif para nabi yaitu, tauhid dan pengesaan Tuhan yang akan membawa kesuksesan kepada umat manusia. Rasul Saw bersabda, "Katakanlah bahwa tiada Tuhan selain Allah agar kalian beruntung." Dalam ideologi Tauhid, semua keistimewaan manusia seperti warna kulit, ras, dan bahasa hanya sebagai petunjuk untuk saling mengenal, sementara parameter keunggulan mereka adalah ketakwaan.
Sebuah riwayat dari Imam Muhammad al-Jawad as disebutkan, "Pada bulan Rajab, terdapat sebuah malam di mana malam itu bagi masyarakat lebih utama dari seluruh benda yang disinari oleh matahari yaitu malam ke-27 Rajab. Rasul diutus sebagai nabi dan orang-orang mukmin yang menjalankan amalan malam 27 Rajab, maka pahala amalan selama 60 tahun akan ditulis untuk mereka."
Para sahabat kemudian bertanya, "Wahai putra Rasulullah, apa saja amalan di malam tersebut?" Imam Jawad menjawab, "Pada malam 27 Rajab, bangkitlah dari tidurmu sebelum pertengahan malam dan dirikanlah shalat 12 rakaat. Setelah salam, duduklah dan bacalah surat-surat al-Fatihah, al-Falaq, an-Nas, al-Ikhlas, al-Kafirun, al-Qadr, dan juga ayat Kursi masing-masing sebanyak tujuh kali, dan kemudian bacalah doa berikut:
"Ϻ┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘à┘ÆÏ»┘Å ┘ä┘É┘ä┘æ┘ç┘É Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘ë ┘ä┘Ä┘à┘Æ █î┘ÄϬ┘æ┘ÄÏ«┘ÉÏ░┘Æ ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϻϺ┘ï ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘à┘Æ █î┘Ä┌®┘Å┘å┘Æ ┘ä┘Ä┘ç┘Å Ï┤┘ÄÏ▒█î┌®┘î ┘ü┘ë Ϻ┘ä┘Æ┘à┘Å┘ä┘Æ┌®┘É ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘à┘Æ █î┘Ä┌®┘Å┘å┘Æ ┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘ê┘Ä┘ä┘É┘ë┘æ┘Å ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘äÏ░┘æ┘Å┘ä┘æ┘É ┘ê┘Ä┌®┘ÄÏ¿┘æ┘ÉÏ▒┘Æ┘ç┘ŠϬ┘Ä┌®┘ÆÏ¿█îÏ▒Ϻ┘ï Ϻ┘Ä┘ä┘ä┘æ┘ç┘Å┘à┘æ┘Ä Ïº┘É┘å┘æ┘ë Ϻ┘ÄÏ│Ϫ┘Ä┘ä┘Å┌®┘Ä Ï¿┘É┘à┘ÄÏ╣Ϻ┘é┘ÉÏ»┘É Ï╣┘ÉÏ▓┘æ┘É┌®┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ÄÏ▒┘Æ┌®Ïº┘å┘É Ï╣┘ÄÏ▒┘ÆÏ┤┘É┌®┘Ä ┘ê┘Ä┘à┘Å┘å┘ÆÏ¬┘Ä┘ç┘Ä┘ë Ϻ┘äÏ▒┘æ┘ÄÏ¡┘Æ┘à┘ÄÏ®┘É ┘à┘É┘å┘Æ ┌®┘ÉϬϺϿ┘É┌®┘Ä ┘ê┘ÄÏ¿┘ÉϺÏ│┘Æ┘à┘É┌®┘Ä Ïº┘äϺ┘ÆÏ╣┘ÆÏ©┘Ä┘à┘É Ïº┘äϺ┘ÆÏ╣┘ÆÏ©┘Ä┘à┘ÉÏî Ϻ┘äϺ┘ÆÏ╣┘ÆÏ©┘Ä┘à┘É ┘ê┘ÄÏ░┘É┌®┘ÆÏ▒┘É┌®┘Ä Ïº┘äϺ┘ÆÏ╣┘Æ┘ä┘ë┘Ä Ïº┘äϺ┘ÆÏ╣┘Æ┘ä┘ë┘Ä Ïº┘äϺ┘ÆÏ╣┘Æ┘ä┘ë ┘ê┘ÄÏ¿┘É┌®┘Ä┘ä┘É┘àϺϬ┘É┌®┘Ä Ïº┘äϬ┘æÏº┘à┘æÏºÏ¬┘ÉϺ┘Ä┘å┘Æ Ï¬┘ÅÏÁ┘Ä┘ä┘æ┘É┘ë┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘ë ┘à┘ÅÏ¡┘Ä┘à┘æ┘ÄÏ»┘ì ┘ê┘ÄÏó┘ä┘É┘ç┘É ┘ê┘ÄϺ┘Ä┘å┘Æ Ï¬┘Ä┘ü┘ÆÏ╣┘Ä┘ä┘Ä Ï¿┘ë ┘àϺ Ϻ┘Ä┘å┘ÆÏ¬┘Ä Ïº┘Ä┘ç┘Æ┘ä┘Å┘ç┘Å ┬á┬á┬á┬á┬á┬á┬á┬á"
Setelah doa itu, mintalah segala hajat dan kebutuhan kepada Allah, karena apa yang engkau minta akan dikabulkan."
Imam Ali Ridha as berkata, "Barang siapa yang berpuasa karena mengharapkan pahala, maka Allah akan mewajibkan surga baginya. Barang siapa yang berpuasa di pertengahan bulan Rajab, maka ia bisa mensyafaati dua kabilah (yang banyak penduduknya) seperti kabilah Rabi'ah dan Mudhir. Dan barang siapa yang berpuasa di akhir bulan Rajab, maka Allah akan menjadikannya tergolong sebagai pemimpin-pemimpin surga dan ia bisa mensyafaati ayah, ibu dan keluarga, kerabat dan tetangganya, sekalipun di antara mereka ada yang harus masuk neraka."
Imam Ali bin Abi Thalib as berkata, "Barang siapa yang bersedekah di bulan Rajab, maka Allah akan memberikan pahala kepadanya pada Hari Kiamat pahala yang tidak pernah dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga dan juga tidak pernah terlintas dalam pikiran manusia."
Keutamaan Hari dan Bulan (Bagian-7)
Bulan Rajab menghembuskan aroma kehidupan baru kepada para pecinta. Mereka yang sedang meniti sairus sulukmenuju ke pangkuan Allah Swt, mengetahui dengan baik nilai bulan tersebut. Mereka akan memanfaatkan secara maksimal detik-detik di bulan Rajab untuk meraih semua keutamannya. Rasulullah Saw pernah bersabda, "Ketahuilah, Rajab adalah bulan Allah, Sya'ban bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku."
Seorang sahabat bertanya kepada Rasul Saw tentang maksud dari sabda bahwa Rajab adalah bulan Allah. Beliau menjawab, "Bulan Rajab adalah bulan khusus untuk pengampunan. Pada bulan itu, Allah akan mengampuni para auliya dan kekasihnya dan menerima taubat mereka."
Bulan Rajab merupakan sebuah nikmat besar yang harus dimanfaatkan secara maksimal dan jangan sampai semua keutamaan di bulan itu hilang begitu saja. Ibadah dan munajat serta shalat dan puasa dan juga kegiatan mengingat Allah Swt, tentu saja akan memperoleh pahala yang besar dan mendapatkan keridhaan Tuhan. Malam pertama dari bulan itu adalah sebuah malam yang mulia. Dalam sebuah riwayat dari Imam Ali as disebutkan bahwa kita harus terjaga dalam empat malam sepanjang tahun dan menghidupkannya dengan mengingat Allah, di mana malam-malam tersebut dikhususkan untuk doa dan ijabahnya. Keempat malam itu adalah malam pertama bulan Rajab, malam pertengahan Sya'ban, malam Idul Fitri, dan malam Idul Adha.
Oleh karena itu, para auliya selalu menghidupkan malam pertama bulan Rajab dengan munajat dan menjalani harinya dengan puasa. Salah satu amalan di malam itu adalah membaca doa ketika menyaksikan hilal bulan Rajab. Doa yang paling populer untuk momen itu datang dari Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad as. Beliau mengatakan, "Ya Tuhan, jadikanlah kedatangan bulan ini sebagai keamanan, keselamatan, keimanan, dan Islam bagi kami Ya Tuhan, jadikanlah bulan Rajab dan Sya'ban sebagai keberkahan bagi kami, dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan."
Amalan lain di malam pertama bulan Rajab adalah menunaikan shalat sunnah. Dalam sebuah riwayat dari Rasulullah Saw disebutkan, "Setelah melaksanakan shalat magrib pada malam pertama bulan Rajab, tunaikanlah shalat 20 rakaat, di mana dalam setiap rakaat, membaca surat al-Fatihah dan al-Ikhlas satu kali dan memberikan salam untuk setiap dua rakaat." Kemudian Rasul Saw bersabda, "Apakah kalian mengetahui pahala shalat ini?" Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasul Saw bersabda, "Malaikat Jibril telah mengajariku shalat tersebut. Barang siapa yang menunaikan shalat ini, maka ia dan keluarganya serta harta dan anak-anaknya akan terlindungi dan ia juga terjaga dari siksa kubur dan melewati sirat tanpa hisab."
Di antara malam yang agung pada bulan Rajab adalah malam Jumat pertama di bulan itu, yang lebih dikenal dengan sebutan Lailatul Raghaib. Pada malam itu, Allah Swt melimpahkan segala karunia dan pemberian-Nya kepada para hamba yang larut dalam doa dan munajat.
Rasulullah Saw bersabda, "Janganlah kalian melalaikan malam Jumat pertama di bulan Rajab, di mana para malaikat menyebutnya dengan Lailatul Raghaib. Ketika  sepertiga malam berlalu, tidak ada lagi malaikat yang tersisa di langit, kecuali mereka turun mengelilingi Ka'bah dan kemudian Allah berfirman kepada mereka, 'Wahai para malaikatku! Mintalah dariku apapun yang kalian inginkan.' Mereka menjawab, 'Wahai Tuhan kami! Ampunilah orang-orang yang berpuasa di bulan Rajab.' Tuhan menjawab, 'Aku telah melakukan demikian.' Barang siapa yang mendengar berita ini, maka perbanyaklah shalawat kepada malaikat pada malam itu sehingga salam mereka terjawab."
Rasul Saw kemudian mengajarkan amalan khusus untuk malam tersebut. Di antara amalan itu adalah mengerjakan shalat sunnah 12 rakaat di antara magrib dan isya, yang diakhiri dengan salam pada setiap dua rakaat.
Mengenai keutamaan shalat tersebut, Rasul Saw bersabda, "Barang siapa yang menunaikan shalat itu, Tuhan akan mengirim pahala shalat tersebut dengan bentuk yang paling indah dan penuh cahaya serta dengan bahasa yang fasih kepadanya pada malam pertama di alam kubur. Kemudian ia berkata kepada pemiliknya, 'Wahai kekasihku! Berbahagialah karena engkau selamat dari setiap kesukaran dan kesulitan. Aku datang menemuimu malam ini untuk menunaikan hakmu dan menjadi sahabatmu dalam kesendirian dan menghilangkan ketakutan dari dirimu. Dan ketika terompet ditiup dan hari kiamat datang, aku akan memberi perlindungan di atas kepalamu."
Semua keutamaan dan pahala itu bertujuan untuk mendorong manusia mengerjakan kewajiban dan amalan sunnah serta meninggalkan hal-hal yang haram dan makruh. Besarnya pahala amalan di bulan Rajab merupakan indikasi tentang derajat kecintaan dan kedudukan perbuatan tersebut di sisi Tuhan. Hal ini akan memperkuat motivasi dan niat seseorang untuk melakukannya. Mengerjakan amalan-amalan yang dicintai oleh Tuhan juga bertujuan untuk meraih keridhaan Sang Pencipta kepada para pelakunya.
Ada beberapa peristiwa besar dan bersejarah yang terjadi pada bulan mulia ini. Salah satu dari peristiwa itu adalah kelahiran Imam Ali as di dalam Ka'bah. Beliau dilahirkan pada hari Jumat tanggal 13 Rajab dan tidak ada seorang pun baik sebelum Imam Ali as atau setelahnya, yang dilahirkan di Ka'bah. Beliau juga gugur syahid di rumah Tuhan, masjid Kufah akibat tebasan pedang musuh Islam.
Mengenai keutamaan Imam Ali as, Umar bin Khattab berkata, "Ali memiliki tiga keutamaan di mana jika salah satu dari itu terdapat pada diriku, maka itu lebih bernilai dari unta-unta berbulu merah. Pertama, Fatimah, putri nabi, adalah istrinya. Kedua, rasul menutup semua pintu rumah yang memiliki akses ke masjid kecuali pintu rumah ali. Dan ketiga, rasul satu hari sebelum penaklukan Khaibar, bersabda, 'Esok hari, aku akan serahkan panji perang kepada seseorang yang dicintai oleh Tuhan dan rasul-Nya dan dia juga mencintai Tuhan dan rasul-Nya, esok harinya, rasul menyerahkan panji tersebut kepada Ali.'"
Hari ke-13 bulan Rajab juga dikenal dengan Ayyaam al-Biid. Biid artinya putih dan bercahaya yang dikhususkan untuk hari-hari ke-13, 14, dan 15 di setiap bulan Hijriyah. Sebab, pada malam-malam itu bulan tampak penuh dan terang benderang memancarkan cahaya. Menurut umat Islam, Ayyaam al-Biid di bulan Rajab, Sya'ban, dan Ramadhan memiliki banyak keutamaan. Di antara amalan sunnah yang dilakukan pada malam ke-13 di bulan-bulan tersebut adalah shalat dua rakaat. Di setiap rakaatnya, kita membaca surat al-Fatihah, Yasin, al-Mulk, dan al-Ikhlas. Pada malam ke-14, kita menunaikan dua shalat sunnah yang masing-masing memiliki dua rakaat. Dan pada malam ke-15, kita menunaikan tiga shalat sunnah yang masing-masing juga memiliki dua rakaat.
Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Barang siapa yang berbuat seperti itu (menunaikan shalat-shalat tersebut), ia akan mendapatkan semua keutamaan ketiga bulan tersebut dan semua dosanya akan diampuni kecuali syirik." Riwayat lain juga menganjurkan kita untuk berpuasa pada Ayyaam al-Biid karena mengandung pahala yang berlimpah.
Ada banyak doa dan munajat yang dikhususkan untuk bulan Rajab dan salah satu dari doa itu adalah munajat Imam Ali Zainal Abidin as. Beliau menyeru dengan berkata, "Wahai Tuhan yang menjawab semua kebutuhan para pemohon, yang mengetahui batin mereka yang membisu! Engkau selalu hadir dan siap menjawab setiap permintaan. Ya Tuhan! Dengan segala kebenaran janji-janji-Mu, dengan nikmat-Mu yang berlimpah, dan dengan kasih sayang-Mu yang meliputi segala sesuatu, aku memohon kepada-Mu sampaikanlah salamku kepada Muhammad dan keluarganya dan kabulkanlah semua kebutuhan dunia dan akhiratku, karena Engkau maha mengetahui segala sesuatu."
Mirza Abul Hasan Azarbaijani Mishkini Wafat
Tanggal 27 Jumadil Tsani tahun 1358 Hijriah, Mirza Abul Hasan Azarbaijani Mishkini, seorang ulama Iran, meninggal dunia di kota Baghdad.
Sejak masa mudanya, Mirza Mishkini telah menuntut ilmu kepada ulama-ulama besar sampai akhirnya beliau sendiri menjadi salah satu di atara ulama-ulama besar zaman itu. Beliau sangat menguasai ilmu fiqih, ushul fiqih, dan tafsir Quran.
Di antara karya-karya Mirza Mishkini adalah sebuah buku tafsir atas kitab "Makasib" karya Syaikh Murtadha Anshari.
Al-Jawad: Kedermawanan Ahlul Bait yang Terlupakan
Dengan mempelajari kembali sejarah Islam, peran konstruktif Ahlul Bait as dalam memperkaya pemikiran Islam tampak begitu jelas. Ahlul Bait merupakan khazanah ilmu dan makrifat ilahi. Mereka adalah pasangan tak terpisahkan Al-Quran. Merekalah penafsir hakiki Al-Quran yang menjaga Al-Quran dan sunnah nabi dari berbagai penyimpangan dan bid'ah. Tiap kali kesucian agama terancam, Ahlul Bait as merupakan pihak pertama yang senantiasa bangkit mematahkan ancaman yang ada.
Tanggal 10 Rajab, merupakan hari kelahiran salah seorang tokoh utama Ahlul Bait as. Pada tanggal ini di tahun 195 H, Imam Muhammad Taqi Al-Jawad lahir di kota Madinah. Saudari Imam Ridha as., Hakimah mengisahkan, ÔÇ£Pada malam┬á kelahiran Imam Al-Jawad, saudaraku (Imam Ridha) memintaku untuk berada di sisi istrinya.┬á Ia melahirkan seorang bayi dengan selamat. Ketika lahir, bayi itu menatap ke┬á langit dan bersaksi atas┬á keesaan Allah┬á dan kerasulan Muhammad. Aku yang menyaksikan peristiwa agung ini bergetar dan segera pergi menjumpai saudaraku dan menceritakan semua ini. Saudaraku berkata, ÔÇ£Wahai saudariku, Jangan engkau terganggu dengan peristiwa ini, engkau akan saksikan peristiwa yang lebih menakjubkan lagiÔÇØ.
Di masa keimamahan Imam Jawad, lslam menyebar ke berbagai kawasan secara luas. Kondisi ini telah menyebabkan terbukanya peluang perpindahan pemikiran dari luar ke dalam kalangan umat Islam. Pada zaman itu juga terjadi berkali-kali dialog antara pemikir Islam dan non-Islam. Imam Jawad memainkan peranan yang sangat penting pada saat itu. Ia berhasil membimbing umat sekaligus mencegah terjadinya infiltrasi pemikiran-pemikiran luar yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Salah satu hadis dari beliau adalah, "Berpegang teguh kepada Tuhan adalah sebuah tangga untuk menuju derajat yang tinggi. Siapapun yang berpegang teguh kepada Tuhan, Tuhan pasti akan membebaskannya dari segala keburukan sekaligus menjaganya dari ancaman-ancaman musuh."
Periode kehidupan Imam Jawad as dipenuhi beragam peristiwa dan pasang surut. Beliau diusia sangat muda harus menerima Imamah (kepemimpinan atas umat Islam) setelah ayahnya gugur syahid. Imam Jawad juga termasuk imam yang tidak banyak dikenal. Ada dua alasan yang bisa disebutkan mengapa sosok Imam Jawad as kurang begitu populer dibanding imam-imam lainnya. Pertama, usia beliau yang singkat. Sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab sejarah, Imam Jawad menemukan kesyahidannya di usia muda, yaitu 25 tahun. Usia beliau yang singkat dibanding keberadaan imam lainnya, membuat beliau tidak begitu banyak berinteraksi dengan umat Islam dimasanya.
Meskipun usia beliau singkat, namun padat dengan aktivitas pencerahan dan bimbingan kepada umat, sehingga beliau banyak meninggalkan warisan ilmu yang begitu berharga. Jika para peneliti sejarah mengkaji dan menulis mengenai kehidupan dan warisan ilmu beliau, maka bisa dikatakan apa yang beliau wariskan dalam ilmu dan kebudayaan tidak kalah banyak dari para Imam lainnya. Hanya saja sayangnya, tulisan mengenai Imam Jawad memang masih kalah banyak dari para Imam lainnya, sehingga pengenalan mengenai kehidupan dan warisan keilmuan beliau yang tersebar di masyarakat pun sangat terbatas.
Kedua, tekanan dari rezim Abbasiyah. Karena adanya tekanan dan teror yang ditebar rezim Abbasiyah kepada siapapun yang menjalin interaksi dan kontak dengan Imam Jawad as, membuat beliau tidak banyak berhubungan dengan masyarakat muslim. Imam Jawad as hidup di masa pemerintahan Ma'mun dan Mu'tasim Abbasi dalam kondisi tertekan dan diberi batasan-batasan untuk menyebarkan ilmunya.
Imam Abu Jakfar Jawad as adalah orang yang paling bermurah hati dan paling banyak berderma. Karena kemurahannya terhadap orang lain itu, Imam sampai dijuluki al-J├╗d (kedermawanan). Para sejarawan mencatat banyak riwayat mengenai kedermawanannya. Diriwayatkan para sejarawan bahwa Ahmad bin Hadid beserta rombongan pergi menunaikan ibadah haji. Tiba-tiba mereka diserang sekelompok penyamun. Harta mereka dirampok. Ketika mereka tiba di Madinah, Ahmad pergi menemui Imam Jawad. Ia menceritakan apa yang mereka alami. Lalu Imam menyuruhnya membawa sebuah kain dan ia pun diberi sejumlah dinar untuk dibagi-bagikan kepada rombongannya itu. Nilainya sama besar dengan apa yang dirampok dari mereka.
Dengan demikian, Imam telah menyelamatkan mereka dari cobaan. Dengan kedermawanan yang besar, Imam telah mengembalikan milik mereka yang hilang.
Kedermawanan Imam Jawad dan kebaikan hatinya meliputi semua makhluk, termasuk hewan. Muhammad bin Walid al-Kirmani meriwayatkan, ÔÇ£Aku makan di tempat Abu Jakfar as. Selesai makan, meja makan diangkat dan pelayan pun datang untuk membersihkan potongan-potongan makanan. Imam berkata kepadanya, ÔÇ£Tinggalkan apa pun di sahara meski sepaha domba. Imam menyuruhnya untuk meninggalkan makanan yang ada di sahara agar dapat dimakan burung dan semua hewan yang tidak mempunyai makanan.
Kemurahan hati dan kebaikan perbuatan terhadap manusia termasuk salah satu kedermawanan Imam Jawad dan sifatnya yang paling menonjol. Sejarah banyak menulis riwayat tentang kemurahan hatinya, yang antara lain: Ahmad bin Zakaria ash-Shaidalani meriwayatkan dari seorang lelaki asal Bani Hanifah, penduduk Bast dan Sajastan. Ia berkata, ÔÇ£Aku menemani Abu Jakfar Jawad pada tahun ketika Imam pergi haji di awal masa kekhalifahan MuÔÇÖtasim. Di depan meja makan, aku berkata kepadanya, ÔÇ£Tuanku, gubernur kami mengakui kepemimpinan kalian, Ahlulbait dan mencintai kalian. Namun, aku dibebani untuk membayar pajak. Sudikah Anda -semoga Allah menjadikan diriku sebagai tebusan untuk Anda- menulis surat kepadanya untuk bermurah hati terhadapku. ÔÇ£Aku tidak mengenalnya,ÔÇØ tegas Imam.
Aku mengatakan, ÔÇ£Tuanku, sebagaimana yang telah kukatakan, dia itu termasuk para pecinta Ahlulbait as. Dan, surat Anda akan bermanfaat bagiku. Imam mengabulkan dan menulis surat kepadanya. Setelah basmalah, Imam menyampaikan, ÔÇ£Amma baÔÇÖdu! Sesungguhnya penyampai suratku ini menyebutkan sebuah kepercayaan yang indah tentang Anda. Tiada yang Anda lakukan melainkan perbuatan yang baik. Maka, berbuat baiklah terhadap saudara-saudara Anda. Ketahuilah bahwa Allah Swt akan meminta pertanggungjawaban Anda tentang amal perbuatan yang sekecil-kecilnya.
Sampai di Sajastan, sang gubernur, Husain bin Abdullah an-Naisaburi, mengetahui bahwa Imam Jawad telah menulis surat kepadanya. Maka, ia pun menyambut kedatangan surat itu hingga dari jarak dua farsakh. Ia raih surat itu dan menciumnya. Ia juga menghormati lelaki tersebut dan menanyakan keperluannya. Maka, lelaki itu menyampaikan hajatnya. Sang Gubernur pun berkata kepadanya, ÔÇ£Anda jangan membayar pajak selama aku bertugasÔÇØ. Kemudian Gubernur menanyakan pula tentang keluarganya. Lelaki itu menyampaikan jumlah keluarganya. Gubernur menyuruhnya agar mereka datang untuk bersilatuhrahmi. Semua itu berkat kasih-sayang Imam Jawad.
Kehidupan manusia-manusia suci Ahlul Bait as merupakan teladan bagi seluruh umat Islam. Kehidupan mereka meski dipenuhi pahit dah getir akibat kezaliman para penguasa yang takut akan keberadaan mereka, namun begitu masih menyisakan ajaran dan teladan berharga bagi kita semua. Dalam hal ini, kehidupan yang relatif singkat Imam Jawad as pun tak lepas dari koridor ini. Sisi kedermawanan beliau yang kita nukil dalam berbagai kisah kehidupan beliau merupakan contoh bagi umat Islam yang mulai pudar rasa solidaritas mereka terhadap sesama saudaranya.
Pesan-pesan dan ajaran yang diajarkan manusia Suci dari Ahlul Bait Nabi selama hayat mereka patut untuk direnungkan dan diterapkan dalam kehidupan umat Muslim. Mereka inilah mentari Ilahi yang menerangi alam semesta, tanpa keberadaan mereka alam akan gelap gulita dan manusia akan tersesat. Keberadaan mereka di bumi sebagai hujjah Ilahi. Risalah berat untuk membimbing umat supaya tidak tersesat berada di pundak manusia-manusia suci ini.
Sifat dermawan yang merupakan salah satu ajaran Islam, tersemat kuat dalam pribadi Imam Muhammad Taqi al-Jawad. Imam inilah yang menjadi simbol kedermawanan bagi umat Islam, sifat yang mulai pudar dan dilupakan oleh mereka yang mengaku sebagai pengikut Muhammad Saw. Solidaritas dan keperihatinan menyaksikan penderitaan umat manusia dengan baik telah ditanamkan oleh Rasulullah Saw selama beliau mengemban risalah Ilahi. Namun sepeninggal beliau, nilai-nilai ini mulai luntur dan perlu ada sosok yang mengajak manusia untuk kembali menerapkan nilai-nilai luhur ini. Dan Imam Jawad as adalah sosok yang mengingatkan kembali umat Islam akan ajaran Ilahi ini.
Di akhir pertemuan kita hari ini, kami ingin mengingatkan kepada Anda sebuah wasiat Imam Jawad as. Beliau berpesan, "Jiwa dan seluruh harta kita adalah anugerah Allah yang sangat berharga dan pinjaman dari-Nya yang telah dititipkan (kepada kita). Segala yang dianugerahkan kepada kita adalah pembawa kebahagiaan dan kesenangan, dan segala yang diambilnya (dari kita), pahalanya akan tersimpan. Barang siapa yang kemarahannya mengalahkan kesabarannya, maka pahalanya telah sirna. Dan kami berlindung kepada Allah dari hal itu".
Sejenak Bersama Al-Quran: Taubat Penyelamat Manusia
Taubat Penyelamat Manusia
Allah Swt berfirman:
ÔÇ£Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.ÔÇØ (QS. Yunus: 98)
Sekalipun surat Yunus menjelaskan secara detil tentang sejarah Nabi Nuh dan Musa as, tapi surat ini tetap dinamakan surat Yunus. Padahal dalam surat ini hanya memuat kisah kaum Nabi Yunus as yang bertaubat dan itupun disinggung hanya dalam satu ayat. Walaupun demikian, penamaan surat ini dengan surat Yunus mungkin disebabkan pentingnya apa yang dilakukan oleh kaum Nabi Yunus as. Karena pada akhirnya bertaubat dan Allah Swt menerima taubat mereka.
Imam Shadiq as berkata, ÔÇ£Nabi Yunus as berdakwah kepada kaumnya sejak usia 30 hingga 63 tahun, tapi hanya dua orang yang beriman kepada apa yang dibawanya. Nabi Yunus as kemudian melaknat mereka lalu pergi meninggalkan kaumnya. Satu dari dua orang yang beriman kepada beliau adalah seorang bijaksana dan berilmu. Ketika menyaksikan Nabi Yunus as melaknat kaumnya dan pergi meninggalkan mereka, ia naik ke tempat yang agak tinggi dan memperingatkan mereka. Warga yang mendengar ucapannya menyadari kesalahan yang selama ini dilakukan dan dengan┬á petunjuknya mereka bergerak ke luar kota. Mereka berusaha menjaga jarak dengan anak-anaknya lalu mulai bermunajat kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya, hingga Allah Swt menerima taubat mereka. Nabi Yunus as kembali ke kota itu, tapi menemukan warganya tidak binasa. Beliau terkejut dan bertanya apa yang terjadi. Mereka menjelaskan kepada Nabi Yunus as apa yang terjadi sepeninggalnya.ÔÇØ[1]
Benar, sekalipun manusia telah berada di bibir jurang, tapi ia masih dapat menolong dirinya sendiri. Karena iman dan taubat pada waktunya dapat menyelamatkan manusia dari kemurkaan ilahi dan membatalkan azab, sekaligus menjadikan manusia bahagia.
Dalam sejarah kaum nabi-nabi terdahulu yang mendustakan ucapan mereka hanya kaum Nabi Yunus as yang bertaubat pada waktunya lalu beriman kepada apa yang diajarkannya, sehingga dapat selamat dari azab ilahi.
Rouhani Tekankan Persatuan Umat Islam dan Perang Melawan Ekstremisme
Presiden Republik Islam Iran mengatakan, melindungi kehidupan dan keselamatan manusia, membela kemuliaan dunia Islam dan umat Islam, dan pembangunan adalah tiga tugas penting bagi semua umat Islam di dunia.
Hassan Rouhani mengemukakan hal itu dalam pertemuannya dengan para ulama, cendekiawan, intelektual dan akademisi Indonesia di Jakarta, Kamis (23/4) sore.
Ia menambahkan, semua umat Islam harus mengakhiri kebungkamannya terhadap kelompok-kelompok teroris yang merupakan pukulan terbesar bagi Islam, dan menyuarakan serentak umat Islam untuk melawan kekerasan, ekstremisme dan teror.
Seperti dilansir situs informasi kepresidenan Iran, Rouhani menekankan pentingnya persatuan dunia Islam sebagai misi terpenting umat Islam.
Ia menuturkan, Islam adalah agama moderat, logika dan rasionalitas, dan kewajiban semua umat Islam adalah menjelaskan Islam yang sesungguhnya (murni) kepada masyarakat dunia.
Menurutnya, hal terpenting hari ini adalah menjaga dan melestarikan Islam. Hari ini di dunia Islam, kata Rouhani, musuh-musuh dan orang-orang jahil, dan mereka yang berada dalam kelalaian,  telah melupakan asas dan  prinsip-prinsip dasar, sehingga dunia Islam terbecah belah.
Presiden Iran lebih lanjut menjelaskan tentang misi terpenting dan tugas umat Islam sekarang ini, dan menegaskan pentingnya untuk melindungi nyawa dan kehidupan manusia. Ia mengatakan, tidak seharusnya membiarkan orang-orang tak berdosa terbunuh.
Rouhani menilai kemuliaan dan martabat dunia Islam dan umat agama ini sebagai prioritas lainnya bagi umat Islam sekarang ini.
Hari ini, kata Rouhani, segelintir orang di dunia Islam telah menginjak-injak martabat umat Islam, dan atas nama jihad dan agama, mereka menghunus pedang dan mencoreng martabat umat Islam, oleh karena itu semua umat Islam harus merasa memiliki tanggung jawab atas hal ini.
Di bagian lain pidatonya, presiden Iran menjelaskan bahwa Islam tersebar di dunia melalui ajakan logika dan rahmat. Islam, lanjutnya, bukan agama pedang (kekerasan), namun agama logika, rahmat,  kasih sayang dan hidup berdampingan satu dengan yang lainnya, dan tidak pernah memaksakan dirinya kepada orang lain.
Larijani: Iran Memiliki Stabilitas Keamanan yang Baik
Ketua Majlis (parlemen) Republik Islam Iran mengatakan, dalam kondisi sekarang dan situasi sensitif regional saat ini, stabilitas keamanan Iran tetap terjaga.
Ali Larijani mengemukakan hal itu dalam pidatonya di konferensi nasional ke-20 para komandan dan kepala polisi Iran (NAJA) di Tehran, Sabtu (25/4).
Larijani menyinggung berbagai krisis di Timur Tengah, dan menuturkan, meskipun muncul banyak persoalan, namun Iran tetap memiliki posisi stabil, dan hal ini terwujud berkat upaya kekuatan-kekuatan aktif dan ahli, di mana polisi adalah bagian dari kekuatan itu.
Ia lebih lanjut menekankan pentingnya pemanfaatan lebih baik dari kapasitas yang ada di Iran.
"Pasukan polisi dan pasukan bersenjata lainnya harus bekerjasama dan berkoordiinasi untuk menciptakan ketertiban dan keamanan supaya Iran lebih menikmati stabilitas keamanan," ujarnya.
Ketua Parlemen Iran lebih lanjut mengatakan, kehadiran pasukan polisi dan bersenjata dari semua perbatasan hingga desa-desa dan kota di Iran, diperlukan untuk memiliki pelatihan-pelatihan khusus untuk kondisi-kondisi tertentu.
Presiden Iran Tekankan Pentingnya Keamanan di Seluruh Negeri
Presiden Republik Islam Iran menekankan tercipta dan terjaganya keamanan di seluruh wilayah Iran.
Hassan Rouhani mengemukan hal itu dalam konferensi nasinal ke-20 para komandan dan kepala polisi Iran (NAJA) di Tehran, Sabtu (25/4).
Ia menegaskan, masyarakat membutuhkan keamanan, oleh karena itu, harus dilakukan upaya untuk menciptakan dan mempertahankan situasi keamanan di seluruh negeri.
Rouhani lebih lanjut menilai pelaksanaan peraturan dan undang-undang sebagai tugas bagi polisi Iran.
"Penjagaan dan perlindungan perbatasan-perbatasan Iran dan semua tempat di negara ini adalah tugas pasukan polisi," ujarnya.
Presiden Iran juga menyinggung perlunya untuk mengidentifikasi akar ketidakamanan di masyarakat. Ia  mengatakan, keamanan dapat tewujud dalam naungan empati, koordinasi dan kerjasama pemerintah dengan angkatan bersenjata dan intelijen Iran.
Menurutnya, seni terbesar Republik Islam adalah memberikan model demokrasi agama. Pemerintahan Islam, kata Rouhani, yaitu tata pemerintahan dan penegakan hukum seperti yang telah sering ditegaskan oleh Imam Khomein ra, Pendiri Republik Islam Iran dalam pidatonya, bahwa semua rakyat Iran adalah sama di mata hukum, dan undang-undang harus dilaksanakan dengan teliti.
Di bagian lain pidatonya, presiden Iran menyinggung perbedaan antara kekuatan dan kekerasan. Ia mengatkan, polisi Iran adalah simbol kekuatan, dan kekuatan merupakan kewenangan legal dan dapat diterima, di mana setiap saat polisi melaksanakan kewenangan itu, maka penerapan kekuatan ini memiliki legitimasi dan akseptabilitas.
Rouhani juga mengritik sanksi-sanksi sepihak Barat terhadap Iran, dan menuturkan, ketergantungan anggaran Iran kepada minyak telah menurun, dan pemerintah telah mengamalkan janji-janjinya terlepas dari semua masalah yang masih ada.  
Di akhir pidatonya, presiden Iran menyinggung kondisi sanksi dan menurunnya harga minyak lebih dari setengahnya. Ia mengatakan, alokasi sepenuhnya anggaran Angkatan Bersenjata Iran telah dilakukan ketika negara-negara tetangga, yang sebagian dari mereka adalah negara kaya dan terlibat dalam konspirasi untuk menurunkan harga minyak, sedang menghadapi kesulitan.
Bantuan Iran kepada Korban Gempa di Nepal Siap Dikirim
Masyarakat Bulan Sabit Merah Republik Islam Iran (IRCS) mengabarkan kesiapan 40 ton kargo bantuan untuk dikirim kepada para korban gempa bumi di Nepal.
Seperti dilansir IRNA, Vahid Rahmati, Direktur Humas IRCS, Senin (27/4) mengatakan, bantuan-bantuan Iran untuk para korban gempa di Nepal akan dikirim setelah berkoordinasi dengan berbagai lembaga internasional dan Kementerian Luar Negeri Iran.
Ia menambahkan, mengingat banyaknya gempa susulan di Nepal dan tidak adanya kemungkinan untuk landing di bandara Kathmandu, maka IRCS sedang mengupayakan untuk mengirim bantuan-bantuan itu melalui negara-negara tetangga Nepal seperti India.
Gempa bumi 7,9 SR di Nepal pada Sabtu telah merenggut nyawa lebih dari 3.000 orang dan melukai lebih dari 5.000 lainnya. Jumlah korban diperkirakan semakin bertambah.
Peneliti Iran Temukan Obat Nano untuk Kanker Bandel
Para peneliti Iran menemukan obat-nano yang terbukti efektif memerangi kanker yang kebal obat-obatan.
Pusat Penelitian Kanker di  Sains Medis Universitas Tehran menghasilkan nanocarrier berbasis polimer yang melepaskan kurkumin obat anti-kanker, ISNA melaporkan pada hari Minggu.
ÔÇ£Nanocarrier ini dibuat tanpa menggunakan katalis beracun dan telah terbukti berhasil dalam uji klinis pada sejumlah pasien kanker," kata Dr Ali Mohammad Alizadeh dari Dewan Inisiatif Nanoteknologi Iran.
Penelitian membuktikan bahwa kurkumin, yang ditemukan dalam kunyit bersifat anti-kanker dan mencegah kanker, selain anti-oksidan dan anti-inflamasi, tambahnya.
Ketika kurkumin diresepkan dalam bentuk yang dapat dimakan, ia memiliki efek rendah pada jaringan sasaran karena tingkat penyerapan yang rendah dan metabolisme cepat yang hal itu menyebabkan akan cepat keluar dari tubuh, katanya.
Namun, dengan pengkapsulan curcumin pada emulsi-nano (nano kurkumin) sifat medisnya meningkat, tutur Alizadeh.
Bahkan jika diresepkan dalam dosis tinggi, obat ini terbukti tidak beracun selama tahap pertama uji klinis dan saat telah mendekati tahap akhir dua uji klinis pada kanker payudara yang resistan terhadap obat dan juga kanker saluran pencernaan.
Alizadeh menambahkan bahwa karena semua bahan dasar yang diperlukan untuk memproduksi nano-kurkumin tersedia di dalam negeri, maka dapat diproduksi secara massal sebagai obat anti-kanker.(