کمالوندی

کمالوندی

Minggu, 18 Juni 2023 22:06

Surah al-Hadid ayat 21-24

سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (21)

Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (57: 21)

Pada program sebelumnya telah dibahas tentang dunia dan ciri-cirinya, di mana pada masa kanak-kanak dan remaja manusia mencari permainan dan hiburan, dan pada masa mudanya mencari perhiasan dan keindahan, setelah itu, dia terjebak dalam mencari kebanggaan, kekayaan dan status. Ayat ini mengatakan, Namun orang beriman menggunakan nikmat Allah di dunia ini untuk mencapai surga abadi di akhirat.

Sama seperti masyarakat umum bersaing satu sama lain dalam mencapai kekayaan dan posisi duniawi, orang beriman berusaha untuk mengungguli satu sama lain dalam melakukan perbuatan baik dan dengan mengikuti perintah Allah dan melakukan perbuatan yang layak, demi menarik rahmat dan belas kasihan Allah kepada dirinya. Mereka mendapat pahala dan diampuni dosanya, karena menurut ayat-ayat Al-Qur'an, perbuatan baik mengarah pada pengampunan dosa, dan semakin banyak perbuatan baik yang kita lakukan, semakin banyak dosa kita akan diampuni.

Panjang dan lebar surga yang yang dijanjikan Allah kepada kita tidak kita ketahui, dan luasnya di luar pemahaman kita. Oleh karena itu, Allah menyamakan luas surga seperti bentangan bumi dan langit. Langit, yang awal, akhir, dan dimensinya tidak diketahui umat manusia saat ini.

Kelanjutan ayat tersebut menunjuk pada suatu hal yang penting, yaitu bahwa nilai amal kebaikan yang kita lakukan di dunia sangatlah kecil dibandingkan dengan nikmat surga yang tiada habisnya. Oleh karena itu, Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada mereka yang telah masuk surga. Sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat lain dalam Al-Qur'an, Allah akan membalas perbuatan baik Anda beberapa kali, dan dalam ungkapan lain hingga tujuh ratus kali lipat, karena kehidupan dunia ini terbatas dan perbuatan baik Anda juga terbatas.

Dari satu ayat ini kita dapat memetik tiga pelajaran berharga sebagai berikut:

1. Dunia yang sama yang menjadi sumber kesombongan dan tipu muslihat bagi orang-orang duniawi, merupakan sumber penerimaan rahmat dan ampunan Allah bagi orang-orang beriman karena beramal saleh.

2. Berbeda dengan orang-orang duniawi yang saling bersaing untuk meraih kekayaan dan kekuasaan dunia, orang-orang beriman saling mengungguli dalam melakukan kebaikan dan keutamaan.

3. Surga terletak di antara dua hal; Pengampunan ilahi, yang merupakan alasan pengampunan dosa sehingga seseorang dapat masuk surga, dan yang lainnya adalah rahmat ilahi, di mana Allah membalas perbuatan baik orang-orang di surga ribuan kali.

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْ لَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آَتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (23)

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (57: 22)

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (57:23)

Musibah dan malapetaka yang menimpa manusia ada dua macam. Musibah yang terjadi di mana manusia tidak berperang di dalamnya, seperti banjir, gempa bumi, kekeringan, dan kelaparan, atau wabah dan penyakit yang meluas yang dimaksud ayat ini dan mengatakan, Peristiwa yang terjadi di bumi atau membahayakan tubuh dan jiwa Anda dan menyebabkan penderitaan dan penyakit, semua ini dicatat dalam Kitab Ilmu Ilahi.

Namun kelompok bencana lain adalah akibat perbuatan manusia, seperti orang yang menderita sesak napas dan berbagai penyakit akibat merokok atau penggunaan narkoba, atau orang yang mengemudi dengan kecepatan yang tidak semestinya dan menyalip lalu menyebabkan kecelakaan, cedera atau kematian itu sendiri. Ayat 30 Surah Syura mengacu pada kategori kedua ini dan mengatakan bahwa setiap musibah yang menimpa Anda adalah karena apa yang telah Anda lakukan sendiri.

Jelas bahwa kita manusia tidak berperan dalam musibah dan bencana kategori pertama. Oleh karena itu kita tidak bertanggung jawab, tetapi kami bertanggung jawab atas kategori kedua yang merupakan akibat dari tindakan sukarela kita sendiri.

Ketika manusia mengetahui bahwa semua urusan duniawi dilakukan menurut ilmu dan kebijaksanaan Ilahi, pandangan ini akan membuatnya tidak merasa putus asa. Karena peristiwa yang terjadi dalam hidupnya itu dirinya tidak berperan di dalamnya. Jika anaknya meninggal karena sakit, dia tidak boleh kafir, dan jika rumahnya hancur karena banjir, dia tidak boleh berputus asa. Sebaliknya, jika keadaan berkembang sedemikian rupa sehingga ia menikmati hidup sejahtera dan nyaman, ia tidak bangga dan lalai serta tidak menyombongkan diri kepada orang lain.

Dari dua ayat ini kita dapat memetik tiga pelajaran berharga sebagai berikut:

1. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di bumi atau dalam kehidupan manusia didasarkan pada sistem yang telah ditentukan sebelumnya dalam Kitab Ilmu Ilahi dan bukan merupakan hal-hal yang acak dan kebetulan yang berada di luar jangkauan ilmu dan kekuasaan Allah.

2. Seseorang yang jauh dari Allah menjadi kecewa dalam kesulitan dan menjadi sombong dalam kenyamanan. Sebaliknya, seorang mukmin bersabar dalam kesulitan dan bersyukur dalam kemudahan.

3. Kesedihan dan kebahagiaan alami, dengan sendirinya, tidaklah buruk, tetapi berduka atas masa lalu atau dimabukkan oleh masa kini adalah tercela.

الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (24)

(yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (57: 24)

Di akhir ayat sebelumnya disebutkan bahwa Allah tidak menyukai orang yang ketika hidup di puncak kemakmuran dan kenyamanan, terjebak dalam kesombongan dan merasa bangga. Ayat ini menunjukkan karakteristik lain dari orang-orang ini dan mengatakan, Meskipun Allah telah memberi mereka harta dan kekayaan, mereka tidak mau membelanjakan sebagian darinya untuk orang yang membutuhkan atau meminjamkannya kepada mereka. Mereka egois dan merasa benar sendiri dan menginginkan semua properti dan aset untuk diri mereka sendiri.

Orang yang pelit mengira bahwa apa yang ada di tangannya adalah sumber kehormatan dan kebesarannya, sehingga ia tidak mau kehilangan faktor keunggulannya atas orang lain. Sungguh aneh bahwa kelompok orang yang terikat pada dunia ini berpikir bahwa ini adalah cara hidup yang benar dan menasihati orang lain untuk menahan diri dari menghabiskan harta dan aset mereka buat orang yang membutuhkan dan menjadi pelit.

Dari satu ayat ini kita dapat memetik dua pelajaran berharga sebagai berikut:

1. Lebih buruk dari pelit adalah menasihati orang lain untuk pelit. Oleh karena itu, para pemuka agama telah menekankan agar Anda tidak bergaul dengan orang-orang pelit dan jangan menjadikan mereka sebagai pihak dalam musyawarah Anda.

2. Sekaitan dengan memanfaatkan harta dan kekayaan, yang penting adalah tingkat kedermawanannya. Betapa banyak orang kaya yang pelit dan orang tak berpunya yang murah hati.

Minggu, 18 Juni 2023 22:05

Surah al-Hadid ayat 10-15

وَمَا لَكُمْ أَلَّا تُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (10) مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ (11)

Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (57: 10)

Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak. (57: 11)

Pada pertemuan sebelumnya telah dijelaskan bahwa iman kepada Allah memiliki kelaziman dan salah satunya adalah mendermakan harta dan menginfakkan di jalan Allah. Ayat-ayat ini menekankan dua poin:

Pertama, mereka yang berada dalam kondisi krisis dan berbahaya tapi berkorban harta dan jiwanya, dan membantu Islam dan Muslimin, dirinya lebih mulia di sisi Allah ketimbang mereka yang berinfak dan berjihad ketika umat Islam dalam kondisi kuat.

Kedua, apa yang diinfakkan di jalan Allah, sejatinya disimpan di sisi Allah dan di Hari Kiamat Allah akan memberikan pahala beberapa kali lipat.

Apa yang kalian pinjamkan kepada mereka yang membutuhkan, pada dasarnya Allah mengambilnya dari kalian dan seakan-akan kalian meminjamkan kepada Allah, tidak kepada mereka yang membutuhkan.

Dari dua ayat ini kita dapat memetik sejumlah pelajaran berharga sebagai berikut:

1. Mendukung keuangan para pejuang Islam dan terlibat dalam jihad dan perjuangan melawan penindasan termasuk kelaziman iman kepada Allah.

2. Melakukan kewajiban dalam kondisi sulit dan penuh bahaya tidak sama dengan kondisi biasa. Setiap kali kondisi lebih sulit, nilai dan pahala perbuatan juga lebih besar.

3. Tampilan lahiriah perbuatan bukan parameter pemberian pahala Allah. Terkadang bentuk perbuatan manusia sama, tetapi tidak mendapat pahala yang sama. Karena Allah memberikan pahala berdasarkan niat dan motivasinya.

4. Di samping infak, qardhul hasan termasuk mekanisme lain Islam untuk menutupi kebutuhan orang-orang. Qardhul hasan memiliki berkah seperti pemerataan kekayaan di tengah masyarakat, tumbuhnya semangat saling membantu dan empat di antara anggota masyarakat, melindungi kehormatan orang dan mencegah mereka bangkrut dan lain-lain.

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (12) يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آَمَنُوا انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ (13)

(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar". (57: 12)

Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu". Dikatakan (kepada mereka): "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)". Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. (57: 13)

Ayat-ayat ini menyinggung kondisi orang-orang Mukmin hakiki di Hari Kiamat dan mengatakan, Iman orang-orang di Hari Kiamat akan dipersonifikasikan dalam bentuk cahaya. Cahaya ini bergerak cepat bersisian di sebelah kanan orang mukmin dan menjadi pembimbing mereka menuju surga.

Tentu saja cahaya ini muncul dari iman dan perbuatan baik, maka cahaya ini akan berbeda setiap orang bergantung pada derajat iman dan perbuatan baiknya. Mereka yang imannya lebih kuat, cahayanya akan menerangi jarak yang lebih jauh dan mereka yang imannya lebih lemah penerangannya lebih lemah. Namun kekufuran dan kemunafikan yang merupakan kegelapan mutlak, di Hari Kiamat akan berwujud kegelapan.

Oleh karenanya, orang munafik yang tidak memiliki keimanan di dalam hatinya, tapi menunjukkan dirinya secara lahiriah sebagai orang beriman, di Hari Kiamat berada di kegelapan kekufuran dan kemunafikan dan berusaha mencari cahaya. Mereka meminta kepada orang mukmin untuk memberinya cahaya mereka, sehingga dapat menemukan jalannya.

Namun jawaban yang mereka terima adalah tidak dan dikatakan agar mereka kembali dan mencari cahaya. Semestinya mereka menemukan cahaya di dunia yang telah mereka lewati. Karena Hari Kiamat bukan hari untuk berbuat atau mencari cahaya.

Pada waktu tiba-tiba terbentang tembok di antara dua kelompok ini yang memiliki pintu, tetapi dua sisi tembok besar dengan pintu ini benar-benar berbeda. Di dalamnya adalah rahmat, sementara di luarnya adalah azab.

Bagaimanapun, di sana, perbuatan yang telah dilakukan orang-orang di dunia akan tampak dan nasib mereka jelas apakah akan berada di Neraka atau Surga.

Dari dua ayat ini kita dapat memetik empat pelajaran berharga sebagai berikut:

1. Perempuan dan laki-laki sama dalam meraih kesempurnaan akhlak dan spiritual atau terjebak dalam keburukan akhlak seperti kemunafikan.

2. Cahaya iman di Hari Kiamat akan tampak dan menjadi pembimbing mukminin menuju keabadian surga.

3. Mereka yang selama di dunia belum keluar dari kegelapan kebodohan, kesyirikan dan kemunafikan, akan tetap berada dalam kegelapan di Hari Kiamat.

4. Mukminin dan Munafikin hidup berdampingan selama di dunia dan tidak bisa dibedakan, tetapi di Hari Kiamat batin setiap orang akan nampak dan di antara mereka ada pembatas.

يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ قَالُوا بَلَى وَلَكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ الْأَمَانِيُّ حَتَّى جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ وَغَرَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ (14) فَالْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنْكُمْ فِدْيَةٌ وَلَا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مَأْوَاكُمُ النَّارُ هِيَ مَوْلَاكُمْ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (15)

Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: "Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?" Mereka menjawab: "Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu. (57: 14)

Maka pada hari ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat kamu ialah neraka. Dialah tempat berlindungmu. Dan dia adalah sejahat-jahat tempat kembali". (57: 15)

Munafikin mengatakan, Bukankah kami bersama kalian dulunya? Apa yang terjadi sehingga kini kita terpisahkan? Orang-orang Mukmin menjawab, Benar, kita bersama di semua tempat. Baik itu di gang, pasar, tempat kerja dan tempat lain, tapi kalian sendiri yang memisahkan jalan kalian dari kami, sehingga terpisahkan dengan jarak yang jauh dari sisi keyakinan dan perbuatan kita.

Ayat-ayat ini melanjutan dengan empat kelompok perbuatan yang membuat manusia menjadi penghuni neraka dengan mengatakan, pertama terjebak dalam fitnah di dunia yang menyebabkan orang mudah menerima kekufuran dan kemunafikan. Kedua, tidak melaksanakan kewajiban diri sendiri dan berharap orang beriman menjadi lemah. Ketika, tetap pada kondisi ragu terkait keyakinan agama. Keempat, tertipu akan harapan jauh duniawi. Kelima, sombong di hadapan Allah.

Selama di dunia masih ada kemungkinan mengubah kejahatan dan membeli kontan sebagian perilaku kriminal, tetapi di Hari Kiamat tidak ada jalan untuk membebaskan diri dari balasan dan azab. Kekayaan dan harta duniawi dan anak-anak atau orang yang dikenal tidak dapat berbuat apa-apa untuk manusia lain.

Dari dua ayat ini kita dapat memetik tiga pelajaran berharga sebagai berikut:

1. Banyak dari teman, kolega dan keluarga yang selama di dunia selalu bersama-sama, di Hari Kiamat, semua akan mendapat balasan atau pahala sesuai dengan perbuatannya.

2. Tertipu oleh dunia dan menggantungkan hati dengan harapan yang jauh menyebabkan keraguan terkait dengan Allah, Hari Kiamat dan sikap sombong di hadapan Allah.

3. Mereka yang keluar dari lingkaran Allah, berada di dalam lingkaran setan yang akan berakhir di Neraka.

Minggu, 18 Juni 2023 22:05

Surah al-Hadid ayat 16-20

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ (16) اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (17)

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (57: 16)

Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya. (57: 17)

Menurut ayat-ayat tersebut, salah satu bahaya yang mengancam orang-orang beriman adalah lalai dan lupa. Melalaikan dari mengingat Allah dan melupakan ayat-ayat kitab-Nya. Sepanjang sejarah, ada banyak orang yang mula-mula beriman kepada Allah dan Nabi-Nya, tetapi seiring berjalannya waktu, mereka menjadi begitu sibuk dan terhibur dengan dunia dan urusan duniawi sehingga kehilangan semangat ketundukan pada kebenaran dan hati mereka keras seperti batu melawan perintah Allah.

Sementara ruh iman adalah ketundukan dan kerendahan hati di hadapan Allah dan ayat-ayat kitab-Nya, dan berjalannya waktu tidak boleh menyebabkan manusia lalai dari mengingat Allah, sebagaimana yang terjadi di negara-negara pra-Islam. Oleh karena itu, umat Islam harus mengambil pelajaran dan tidak menjadi lalai dan sembrono dalam menjaga Kitab Allah dan ajaran-Nya.

Kelanjutan dari ayat-ayat tersebut menunjuk pada kebenaran yang jelas dan mengatakan, Sama seperti Allah menghidupkan kembali bumi yang mati dengan hujan, zikir dan mengingat Allah dan tunduk pada firman-Nya menghidupkan dan membangkitkan hati manusia. Itu menghilangkan karatnya dan memberinya cahaya dan spiritualitas.

Dari dua ayat ini kita dapat memetik empat pelajaran berharga sebagai berikut:

1. Mengingat Allah dan membaca ayat-ayat Al-Qur'an melembutkan hati manusia dan menghindari kekerasan hati.

2. Berlalunya waktu dan bertambahnya kehidupan merupakan salah satu penyebab keterikatan pada dunia dan melalaikan ajaran Allah. Dengan berzikir kepada Allah, mari kita hindari bahaya tersebut.

3. Sunnatullah adalah sama untuk semua orang dan bangsa, jadi tidak ada bangsa, termasuk umat Islam, yang harus merasa memiliki hak istimewa khusus.

4. Hati manusia harus rendah hati di hadapan Allah dan firman-Nya, dan manusia juga harus memikirkan ayat-ayat dan tanda-tanda Allah di alam.

إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ (18) وَالَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ أُولَئِكَ هُمُ الصِّدِّيقُونَ وَالشُّهَدَاءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ لَهُمْ أَجْرُهُمْ وَنُورُهُمْ وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ (19)

Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak. (57: 18)

Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Shiddiqien dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka. (57: 19)

Di ayat-ayat sebelumnya telah dibahas tentang iman kepada Allah dan hati yang lembut di hadapan Allah. Ayat-ayat ini merujuk pada tanda dan akibat dari keduanya dan mengatakan, Memberi sedekah kepada yang membutuhkan adalah tanda kerendahan hati di hadapan Allah. Apa yang Anda belanjakan di dunia ini seperti Anda telah memberikan pinjaman kepada Allah dan di akhirat, ketika Anda membutuhkannya, Allah akan mengembalikannya kepada Anda berkali-kali lipat.

Jelaslah bahwa orang-orang mukmin yang seperti ini memiliki kedudukan di sisi Allah seperti status orang-orang saleh dan syahid, dan Allah akan memberikan kepada mereka pahala yang serupa dengan pahala orang-orang saleh dan syahid. Tentu saja, mereka yang mengingkari dan tidak menerima kebenaran yang jelas akan dihukum berat pada Hari Kiamat.

Dari dua ayat ini kita dapat memetik tiga pelajaran berharga sebagai berikut:

1. Memberi sedekah kepada yang membutuhkan adalah tanda keikhlasan dalam mengaku iman. Pemberi sedekah mencapai posisi Shiddiqin, di mana mereka jujur dalam iman mereka.

2. Setiap bantuan kepada hamba Allah, dalam bentuk sedekah atau pinjaman amal, seperti memberikan pinjaman kepada Allah. Meminjamkan dan menginfakkan secara lahiriah menyebabkan kekayaan berkurang, tetapi pada kenyataannya menyebabkannya bertambah.

3. Dunia bukanlah akhir dan jangan membanding-bandingkan orang berdasarkan kehidupan duniawinya. Akhir dari pekerjaan setiap orang akan diketahui pada Hari Kiamat. Orang baik akan diberi pahala atas perbuatan baik dan kedamaian abadi mereka, dan orang jahat akan disiksa.

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآَخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (20)

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (57: 20)

Ayat ini telah menyebutkan ciri-ciri periode kehidupan manusia yang berbeda-beda. Artinya dia terlibat dalam salah satu manifestasi dunia di setiap periode hidupnya. Bermain dan hiburan adalah karakteristik masa kanak-kanak dan remaja. Di masa muda, orang lebih memikirkan kecantikan dan dandanan. Pada usia yang lebih tua, orang bangga dengan kekayaan, status, dan masa lalunya, dan pada tahap selanjutnya, meskipun mendekati akhir hidup, mereka menjadi serakah dan berusaha lebih keras untuk mengumpulkan kekayaan dan meningkatkannya.

Meskipun rentang hidup manusia mungkin 60 tahun atau 70 tahun atau lebih atau kurang, tetapi sekilas, itu seperti benih yang mekar di musim semi, menjadi hijau dan segar dan berubah menjadi kuning setelah memberikan hasil. Akhirnya, menjadi kuning dan kering dan hancur di musim gugur.

Dari satu ayat ini kita dapat memetik empat pelajaran berharga sebagai berikut:

1. Mengetahui kebenaran dunia dan ciri-cirinya mencegah seseorang dari bahaya kelalaian dan penyimpangan serta mengubah sikapnya terhadap kehidupan di dunia ini.

2. Terlalu banyak keterikatan dan ketergantungan pada dunia menipu seseorang dan membuatnya merasa bangga dan kemudian lalai. Tentu saja, ketika seseorang menyadari kesalahannya, semuanya telah berlalu.

3. Hidup tanpa Allah dan spiritualitas hanyalah permainan dan hiburan kekanak-kanakan, meskipun aktornya adalah orang dewasa.

4. Semua manusia mendapat manfaat lebih atau kurang dari kehidupan dunia, tetapi masalah yang penting adalah penggunaan yang benar dari berkah dunia. Bagi sebagian orang, dunia adalah sarana pertumbuhan dan perkembangan serta jalan masuk ke surga, dan bagi sebagian orang, dunia adalah sarana yang menipu dan kesombongan dan akhirnya jatuh ke jurang neraka.

Minggu, 18 Juni 2023 22:02

Surah al-Hadid ayat 1-9

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (1) لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (2) هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآَخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (3)

Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (57: 1)

Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (57: 2)

Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (57: 3)

Surah Al-Hadid diturunkan di Madinah dan terdiri dari 29 ayat. Nama surah diambil dari ayat ke-25 yang menyinggung akan nikmat besi atau hadid. Besi adalah simbol kekuatan dan kekuasaan dan menjelaskan bahwa untuk menciptakan keadilan dan keamanan di tengah masyarakat harus memanfaatkan pasukan dan kekuasaan.

Sebagian surah al-Qur’an dimulai dengan pujian atau tahmid kepada Allah seperti surah al-Fatihah dan sebagian lain dengan bertasbih kepada Allah, seperti surah ini. Namun secara keseluruhan, ayat-ayat al-Qur’an lebih banyak menggunakan kata tasbih daripada tahmid. Dalam beberapa ayat, termasuk ayat pertama Surah Al-Hadid, perintah tasbih kepada Allah telah dinisbatkan kepada semua makhluk ciptaan Allah yang mencakup benda padat, tumbuhan, hewan dan manusia.

Bertasbih kepada Allah berarti mensucikan Allah dari segala kebodohan, kelemahan dan kekurangan. Secara pasti, penciptaan semua makhluk di alam semesta yang menunjukkan ilmu, kekuasaan dan kebijakan tak terhingga Allah menjadi bukti sucinya Zat Allah SWT dari segala kekurangan. Sebenarnya, semua makhluk senantiasa dalam kondisi bertasbih dan mensucikan Allah. Artinya, semua makhluk Allah mengakui dengan bahasa tubuhnya, sekalipun kita tidak memahaminya.

Dalam ayat-ayat ini telah menyinggung kepemilikan Allah akan alam semesta. Kepemilikan Allah atas alam semesta tidak termasuk kepemilikan konsensus, tetapi kepemilikan hakiki atas langit dan bumi. Dia melingkupi segala sesuatu dan semua alam semesta berada dalam genggaman kekuataan dan mengikuti kehendak-Nya.

Dari tiga ayat ini kita dapat memetik sejumlah pelajaran berharga sebagai berikut:

1. Alam semesta dengan segala keagungannya menjadi bukti akan kekuasaan, kebijakan dan tata kelola Allah yang membuat-Nya disucikan dari segala kekurangan dalam ilmu dan kekuasaan.

2. Pemilik dan pengelola hakiki dunia adalah Allah. Kita jangan bangga dengan berbagai kepemilikan dan kekuasaan yang bersifat konsensus dan akan sirna.

3. Mungkin sebagian beranggapan bahwa mereka memiliki ilmu, kekuasaan dan kebijakan seperti Allah, tetapi kita harus mengakui bahwa kehidupan dan kematian kita berada di tangan Allah dan hanya Dia yang abadi.

هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (4) لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ (5) يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَهُوَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (6)

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (57: 4)

Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. Dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan. (57: 5)

Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati. (57: 6)

Berdasarkan al-Qur’an, alam semesta dengan keagungannya yang kita saksikan saat ini, telah terbentuk dalam enam periode yang panjang dan Allah SWT menciptakan alam semesta secra bertahap berdasarkan hukum sebab akibat dan aturan yang ditentukan untuk dunia.

Bertentangan dengan pandangan sebagian orang yang percaya bahwa Allah sepert pembuat jam, di mana Dia menciptakan dunia dan kemudian menyetelnya, setelah itu membiarkannya. Tata kelola urusan dunia, menjaga dan mempertahankannya semua merupakan wewenang Allah. Tidak diragukan bahwa sistem alam dan begitu juga fenomena kecil dan besar yang terjadi di bumi dan langit semua berada di bawah ilmu dan kekuasaan Allah.

Allah selalu bersama dengan semua ciptaan-Nya. Ilmu-Nya meliputi semua keadaan mereka dan kekuasaan-Nya membantu untuk melaksanakan sebagian pekerjaan yang mereka lakukan. Tidak hanya mengetahui pekerjaan hamba-hamba-Nya, tetapi apa yang terlintas dalam pikiran dan hati mereka, dan motivasinya juga diketahui-Nya.

Poin lain yang disinggung oleh ayat-ayat ini adalah masalah siang dan malam. Penciptaan dan pengurangan waktu malam dan siang serta terbentuknya empat musim sepanjang tahun berkat tata kelola Allah. Tidak diragukan lagi bahwa perubahan musim ini sangat banyak berkahnya bagi manusia.

Perubahan siang menjadi malam dan sebaliknya malam menjadi siang yang terjadi secara bertahap dan tenang, berdasarkan kebijakan Ilahi. Sifat bertahap ini menyebabkan makhluk berpindah secara perlahan dari siang yang terang menuju kegelapan malam dan begitu juga sebaliknya dari kegelapan malam ke siang yang terang.

Dari tiga ayat ini kita dapat memetik sejumlah pelajaran berharga sebagai berikut:

1. Kebijakan Ilahi menuntut sistem alam semesta tercipta secara bertahap dan perubahannya juga bertahap, tidak sekaligus.

2. Allah mengetahui setiap detil dari alam semesta.

3. Mengimani ilmu Allah berperan dalam mendidik batin dan lahir manusia.

4. Allah menciptakan dunia berdasarkan ilmu dan kebijakan tak terhingga-Nya dan juga mengelola urusan dunia.

5. Perputaran siang dan malam, serta pendek dan panjangnya siang dan malam adalah contoh dari pengelolaan Ilahi.

آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ (7) وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ أَخَذَ مِيثَاقَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (8) هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ آَيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ (9)

Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. (57: 7)

Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman. (57: 8)

Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Quran) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu. (57: 9)

Iman kepada Allah tidak terbatas pada urusan hati dan lisan, di mana seseorang percaya akan adanya Allah dalam hati dan mengikrarkannya dengan lisan, tetapi kelazimannya adalah manusia mengamalkan perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.

Ayat-ayat ini berbicara kepada orang-orang Mukmin dengan mengatakan, Berimanlah kepada Allah dan Nabi-Nya, dan melaksanakan perintah-Nya, di mana salah satunya adalah melakukan infak di jalan Allah. Menginfakkan harta yang Anda warisi dari orang tua kalian dan saat ini berada di tangan kalian, sebagaimana suatu hari akan datang ketika kalian tidak ingin harta ini diberikan kepada para pewaris kalian.

Dengan demikian, bila kalian mengklaim keimanan, harus memperhatikan kelaziman iman dan hendaknya kalian melaksanakan perjanjian yang telah diambil oleh-Nya dan termaktub dalam di Kitab-Nya. Karena Al-Qur’an adalah kitab hidayah yang mengikis kegelapan kebodohan, kezaliman dan kekufuran dan menerangkan cahaya iman, makrifat dan kesadaran. Tentu saja manusia yang berada di bawah pancaran sinar Al-Qur’an, akan melangkah di jalur kebenaran dan dirinya akan diselimuti oleh pertolongan dan kasih-Nya yang tak terhingga.

Dari tiga ayat ini kita dapat memetik sejumlah pelajaran berharga sebagai berikut:

1. Iman kepada Allah tanpa memperhatikan makhluk Allah dan memenuhi kebutuhannya hanya sekadar pengakuan.

2. Para nabi mengajak manusia kepada Allah, tidak kepada dirinya, bahkan terkadang mereka kehilangan jiwanya di jalan ini.

3. Jalan keselamatan manusia dari kegelapan kebodohan, kesyirikan dan khurafat adalah mengarahkan wajah pada Al-Qur’an dan beramal sesuai dengan ajarannya.

4. Hidayah manusia lewat jalur para nabi dan Kitab Samawi merupakan tanda dan rahmat Allah kepada manusia.

Minggu, 18 Juni 2023 22:02

Surah al-Waqi'a ayat 75-96

فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ (75) وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ (76) إِنَّهُ لَقُرْآَنٌ كَرِيمٌ (77) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (78) لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ (79) تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (80) أَفَبِهَذَا الْحَدِيثِ أَنْتُمْ مُدْهِنُونَ (81) وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ (82)

Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quran. (56: 75)

Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui. (56: 76)

Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, (56: 77)

pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), (56: 78)

tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (56: 79)

Diturunkan dari Rabbil 'alamiin. (56: 80)

Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini? (56: 81)

kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan Allah. (56: 82)

Beberapa seri sebelumnya dibicarakan tentang pengingkaran Hari Kiamat oleh orang kafir dan para pengingkar lainnya. Jelas bahwa jalan tunggal bagi kita untuk mengenal dan memahami hari kiamat adalah wahyu ilahi yang disampaikan para nabi kepada manusia, dan mengingat orang kafir dan pengingkar menolak wahyu dan kenabian (nubuwah), dengan sendirinya mereka juga mengingkari hari kiamat.

Ayat ini dimulai dengan sumpah atas nama posisi bintang-bintang. Saat ini sangat jelas bagi manusia bahwa ada ribuan miliar bintang di langit, posisi dan tempat setiap bintang ini pasti dan jelas di angkasa. Bintang-bintang ini bergerak dan mengambang di orbitnya sendiri dan jalur serta orbitnya dan bahkan kecepatan masing-masing sangat tepat dan diperhitungkan.

Salah satu contohnya adalah tata surya. Menurut perhitungan para ilmuwan, sistem orbit planet-planet tata surya sangat tepat dan diperhitungkan sehingga mengejutkan setiap orang yang berpikir. Di sinilah kita menyadari pentingnya sumpah al-Qur'an terhadap posisi bintang-bintang dan jalur pergerakannya, dan ini adalah salah satu mukjizat al-Qur'an.

Ayat ini lebih lanjut mengisyaratkan keagungan al-Qur'an dan ajaran tingginya, serta mengatakan, " Tuhan yang sama yang menciptakan langit dengan keagungan dan menempatkan milyaran bintang pada orbitnya yang tetap telah menurunkan al-Qur'an untuk membimbing kalian manusia."

Kitab suci ini dengan murah hati memberi kalian pengetahuan dan kebenaran yang dibutuhkan manusia untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan, jauh dari kesalahan, dan tidak pelit dalam hal ini.

Tentu saja, syarat mendapatkan manfaat dari ilmu ini adalah semangat murni pencarian kebenaran. Oleh karena itu, orang-orang yang keras kepala dan jiwanya terjangkiti karat dan polusi, tidak dapat mengambil manfaat dari kebenarannya dalam urusan dunia dan akhirat.

Dari delapan ayat tadi terdapat lima pelajaran berharga yang dapat dipetik.

1. Allah Swt bersumpah di al-Quran atas nama posisi bintang-bintang, dan menekakan urgensi masalah ini.

2. Pencipta agung alam semesta ini telah menurunkan al-Qur'an untuk memberi petunjuk kepada manusia ke pertumbuhan dan kesempurnaan. Benar ! takwini dan tasyri' berada di tangan Tuhan Yang Maha Esa, dan dan segala sesuatu berasal dari sumber yang sama.

3. Al-Qur'an adalah kalam ilahi. Kitab suci ini bukan sekedar kata-kata dan ungkapan, tapi kandungannya sangat tinggi, dan tetap terjaga di sisi Tuhan. Itu bebas dari segala jenis kata-kata kotor dan tidak senonoh dan itu adalah sumber martabat dan rasa hormat bagi orang yang beriman.

4. Ruh yang tercemar dengan berbagai keburukan tidak memiliki kemampuan untuk memahami dan menerima kebenaran al-Qur'an, dan hanya orang yang bersih dan suci yang dapat memanfaatkan petunjuk al-Qur'an.

5. Mengabaikan ajaran tinggi al-Qur'an dan meremehkannya akan menyeret manusia untuk mengingkari hari kiamat.

فَلَوْلَا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ (83) وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ (84) وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ (85) فَلَوْلَا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ (86) تَرْجِعُونَهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (87)

Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, (56: 83)

padahal kamu ketika itu melihat, (56: 84)

dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat, (56: 85)

maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? (56: 86)

Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar? (56: 87)

Ayat ini kembali mengisyaratkan isu hari kiamat dan detik-detik kematian. Ayat ini mengatakan, "Kehidupan dan kematian kalian manusia berada di tangan Tuhan, dan ketika kematian mendatangi salah satu dari kalian, tidak ada yang dapat lari darinya. Bahkan dokter dengan peralatan paling canggih pun tidak mampu menyelamatkan pasien yang tengah meregang nyawa dan ia hanya dapat menyaksikan pasien tersebut meninggal dunia.

Orang yang mengingkari Tuhan dan mengandalkan kekuatan dan pengetahuan manusia, jika salah satu kerabatnya menghadapi kematian, apakah ia mampu mencegahnya dan mengembalikan kehidupan orang tersebut ? Bagaimana mungkin orang ini tidak mau mengakui bahwa umat manusia tunduk pada kekuasaan dan kehendak Tuhan dan bahwa hanya kehendak-Nya yang mengatur dunia?

Dari lima ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Kekuatan yang sama yang merenggut nyawa orang dan tidak ada yang bisa menghentikannya, juga akan mengembalikan nyawa mereka di Hari Kiamat dan tidak ada yang bisa menghentikan kehendak-Nya.

2. Pada saat kematian, Tuhan lebih dekat dengan manusia daripada kerabatnya, tetapi yang lain tidak memahami kebenaran ini.

فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ (88) فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ (89) وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ (90) فَسَلَامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ (91) وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ (92) فَنُزُلٌ مِنْ حَمِيمٍ (93) وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ (94) إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ (95) فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ (96)

adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), (56: 88)

maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta jannah kenikmatan. (56: 89)

Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, (56: 90)

maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan. (56: 91)

Dan adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat, (56: 92)

maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, (56: 93)

dan dibakar di dalam jahannam. (56: 94)

Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. (56: 95)

Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Besar. (56: 96)

Di awal surat ini, manusia dibagi menjati tiga kelompok; Orang yang dekat dengan Tuhan, orang yang selamat dan bahagia, serta orang-orang tersesat. Ayat ini yang merupakan ayat terakhir dari Surat al-Waqi'a, kembali menyinggung ketiga kelompok ini dan mengatakan, sejak kematian hingga masuk ke alam barzakh, kondisi ketika kelompok ini berbeda, dan terus berlanjut hingga terjadinya hari kiamat.

Orang-orang yang dekat dengan Tuhan (Muqarrabin) atau orang-orang terdepan dalam iman dan amal saleh, terbebas dari kesulitan dunia, dan mencicipi beragam kenikmatan. Sementara kelompok yang selamat dan bahagia (Ahlul Yamin), juga disambut oleh orang-orang suci dan orang-orang yang bahagia dan menemani mereka. Sementara orang sesat dan yang mengingkari hari kiamat, sejak kematian, mereka mendapat azab pedih hingga hari kiamat serta kemudian dimasukkan ke neraka.

Apa yang disebutkan surat ini mengenai hari kiamat, seluruhnya adalah kebenaran, dan orang beriman meyakininya. Mereka mensucikan Tuhan dari segala bentuk kezaliman kepada hamba-Nya, dan senantiasa bertasbih kepada-Nya.

Dari sembilan ayat tadi terdapat dua pelajaran berharga yang dapat dipetik.

1. Masyarakat umum takut akan kematian dan menganggapnya sulit dan menyakitkan, tetapi bagi mereka yang dekat dengan Tuhan, kematian adalah awal untuk mencapai beberapa berkah besar: dengan kematian, mereka dibebaskan dari kesedihan dan kesulitan dunia, dan mencapai kemudahan dan kenyamanan. Rahmat Tuhan meliputi mereka dan mereka mencapai kesuksesan abadi.

2. Sejak kematian, pahala dan azab mulai berlaku, serta akan berlanjut hingga hari kiamat.

Minggu, 18 Juni 2023 21:58

Surah al-Waqi'a ayat 56-74

نَحْنُ خَلَقْنَاكُمْ فَلَوْلَا تُصَدِّقُونَ (57) أَفَرَأَيْتُمْ مَا تُمْنُونَ (58) أَأَنْتُمْ تَخْلُقُونَهُ أَمْ نَحْنُ الْخَالِقُونَ (59) نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ (60) عَلَى أَنْ نُبَدِّلَ أَمْثَالَكُمْ وَنُنْشِئَكُمْ فِي مَا لَا تَعْلَمُونَ (61) وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ النَّشْأَةَ الْأُولَى فَلَوْلَا تَذَكَّرُونَ (62)

Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan? (56: 57)

Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. (56: 58)

Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya? (56: 59)

Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan, (56: 60)

untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui. (56: 61)

Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)? (56: 62)

Ayat sebelumnya membicarakan para pengingkar hari kiamat, sementara ayat ini menyebutkan dalil akan kebenaran terjadinya hari kiamat, dan menyatakan, "Apakah kalian tidak menyaksikan kekuatan Tuhan dalam penciptaan diri kalian, lantas bagaimana kalian mengingkari penciptaan kembali diri kalian ?

Selain kalian, apa yang kalian katakan mengenai anak-anak kalian ? Apakah kalian pencipta mereka ? Kalian hanya meletakkan sperma di rahim istri kalian, dan kalian tidak mengetahui perubahan janin selama sembilan bulan dalam kandungan. Apakah perubahan sperma menjadi manusia sempurna adalah perbuatan kalian, dan kalian memiliki andil di dalamnya ?

Di sisi lain, apakah ada di antara kalian yang mampu mencegah kematian kalian, dan lari darinya ? Kalian yang tidak memegang kendali kehidupan dan kematian, dan juga kalian tidak dengan keinginan kalian terlahir ke dunia, dan juga tidak atas keinginan kalian, jika kalian meninggalkan dunia ini, lantas bagaimana kalian meragukan kekuasaan Tuhan dalam menghidupkan kembali kalian ?

Dari enam ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Mari kita bangunkan akal dan fitrah para pengingkar Tuhan dan Kiamat dengan memberikan pertanyaan logis, sehingga mereka mendapatkan jawabannya sendiri dan menerima kebenaran.

2. Metode al-Quran dalam menghadapi syubhat dan keraguan orang kafir adalah menggunakan argumentasi alami dan jelas, bukan pelecehan dan penghinaan.

3. Kematian dan kehidupan manusia tidak berada di tangannya. Kekuasaan Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Kuasa terlihat jelas dalam penciptaan manusia dan kematian mereka.

4. Tidak ada yang dapat lari dari kematian, dan mengalahkan takdir serta ketentuan Tuhan. Tentu saja kematian seperti fenomena lainnya, berdasarkan hikmah, kebijaksanaan dan perhitungan.

أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَحْرُثُونَ (63) أَأَنْتُمْ تَزْرَعُونَهُ أَمْ نَحْنُ الزَّارِعُونَ (64) لَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَاهُ حُطَامًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُونَ (65) إِنَّا لَمُغْرَمُونَ (66) بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ (67)

Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. (56: 63)

Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya? (56: 64)

Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia hancur dan kering, maka jadilah kamu heran dan tercengang. (56: 65)

(Sambil berkata): "Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian", (56: 66)

bahkan kami menjadi orang-orang yang tidak mendapat hasil apa-apa. (56: 67)

Ayat ini mengisyaratkan contoh lain dari kekuasaan Tuhan di alam dan mengatakan, "Pertumbuhan tanaman dan pohon dari tanah, bukan pekerjaan kalian ? Kalian menanam benih yang diciptakan Tuhan di tanah dan menyiraminya dengan air yang diturunkan Tuhan. Di sisi lain, sinar dan panasnya matahari kemudian menyinarinya. Berbagai faktor ini menjadi sebab tumbuhnya benih tersebut.

Pertanyaannya di sini adalah apakah tanah, air, cahaya dan panas tersebut dari kalian atau Tuhan ? Fakta bahwa benih berakar di tanah di satu sisi dan bertunas dari tanah di sisi lain, apakah kalian atau Tuhan memberikan sifat ini pada benih?

Jika Tuhan mengambil salah satu faktor pertumbuhan ini dan tanaman menjadi kering dan tandus, bagaimana kalian membuatnya hijau dan berbuah ?

Dari lima ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Kekuatan yang sama yang di dunia ini menumbuhkan benih di tanah dan mengeluarkan tanaman hijau dari kedalaman tanah, dapat menghidupkannya kembali manusia yang talah mati di hari kiamat dengan menumbuhkan partikel yang tersisa dari orang mati.

2. Pekerjaan manusia adalah dasar dari penciptaan. Terkadang dia menanam benih di dalam rahim dan terkadang benih di kedalaman tanah. Namun yang menciptakan bayi dan memelihara tanaman hanyalah Tuhan yang merupakan pencipta semua makhluk.

أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ (68) أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ (69) لَوْ نَشَاءُ جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُونَ (70) أَفَرَأَيْتُمُ النَّارَ الَّتِي تُورُونَ (71) أَأَنْتُمْ أَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَا أَمْ نَحْنُ الْمُنْشِئُونَ (72) نَحْنُ جَعَلْنَاهَا تَذْكِرَةً وَمَتَاعًا لِلْمُقْوِينَ (73) فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ (74)

Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. (56: 68)

Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya? (56: 69)

Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur? (56: 70)

Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dengan menggosok-gosokkan kayu). (56: 71)

Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya? (56: 72)

Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir. (56: 73)

Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Maha Besar. (56: 74)

Melanjutkan ayat sebelumnya tentang tanda-tanda kekuasaan Tuhan di alam semesta, ayat ini mengatakan, " Apakah pembentukan awan di lautan dan samudra serta angin yang menggiring awan ke berbagai wilayah di bumi, merupakan pekerjaan manusia?"

Apa yang akan terjadi jika hujan tidak turun dalam beberapa tahun ? Kalian akan mati kehausan, dan juga tumbuhan serta hewan ternak kalian. Apa yang akan kalian lakukan, jika hujan turun, tapi airnya seperti air laut, asin dan pahit.

Jika hujan tidak turun, tumbuhan tidak akan tumbuh dan berkembang, sehingga kalian dapat memanfaatkan buahnya, atau kalian memanfaatkan kayunya untuk membuat berbagai perlengkapan dan pemanas ruangan. Api yang berkobar di kayu, juga menjadi sarana untuk penerangan dan penghangat bagi musafir dan juga menjadi pengingat akan kekuasaan Tuhan terhadap penciptaan api dari air dan tanah !

Dari tujuh ayat tadi terdapat empat pelajaran berharga yang dapat dipetik.

1. Empat unsur air, tanah, angin dan api seluruhnya tunduk pada kehendak dan perintah Tuhan serta sarana untuk mengenal-Nya dan memahami kekuasaan Tuhan.

2. Memperhatikan asal usul air dan peran penting air dalam kehidupan makhluk hidup, mekanisme pembentukan awan dan pengangkutannya ke berbagai belahan bumi oleh angin serta hujan, mengingatkan manusia akan Tuhan dan menanamkan semangat syukur dalam dirinya.

3. Tanaman muncul dari air dan tanah, dan api dinyalakan dari kayu pohon tersebut dan memberikan kehangatan bagi umat manusia. Ini semua adalah tanda kekuatan ilahi untuk menciptakan fenomena yang berlawanan satu sama lain.

4. Dengan tasbih, kita akan selalu mensucikan Tuhan dari segala bentuk ketidakmampuan dan kebodohan, sehingga kita tidak akan memiliki keraguan mengenai kekuasaan dan kekuatan Tuhan dalam menetapkan Hari Kiamat.

Minggu, 18 Juni 2023 22:00

Surah al-Waqi'a ayat 41-56

وَأَصْحَابُ الشِّمَالِ مَا أَصْحَابُ الشِّمَالِ (41) فِي سَمُومٍ وَحَمِيمٍ (42) وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُومٍ (43) لَا بَارِدٍ وَلَا كَرِيمٍ (44) إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُتْرَفِينَ (45) وَكَانُوا يُصِرُّونَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيمِ (46)

Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu? (56: 41)

Dalam (siksaan) angin yang amat panas, dan air panas yang mendidih, (56: 42)

dan dalam naungan asap yang hitam. (56: 43)

Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. (56: 44)

Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan. (56: 45)

Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar. (56: 46)

Dalam pembahasan sebelumnya telah kami sebutkan bahwa menurut ayat-ayat Surat al-Waqi'a nanti di hari Kiamat manusia dibagi menjadi tiga golongan. Dua golongan adalah hamba yang dekat dengan Tuhan dan diberkati, serta mereka adalah penghuni surga. Kedua golongan ini telah kami bahas diprogram sebelumnya. Kali ini kami akan membahas golongan ketiga dan ayat ini menyatakan, "Mereka yang diberi catatan amalnya melalui tangan kiri, maka mereka adalah penghuni neraka dan tidak ada musibah yang lebih besar ketimbang manusia menjadi ahli neraka."

Berbeda dengan penghuni surga yang mendapat kenikmatan seperti tempat indah dengan air terjun, mata air, sungai yang mengalir serta menikmatan keindahan di bawah naungan pohon yang rindang serta udara yang segar, para penghuni neraka menderita di bawah asap tebal dari api neraka dan air panas yang tidak dapat memuaskan dahaga mereka, tapi malah membuat mereka semakin kehausan.

Kelanjutan ayat ini menyebutkan alasan mereka menjadi ahli neraka dan menyebutkan, "Selama di dunia mereka mabuk kekayaan dan sombong karena jabatan yang membuat mereka menolak seruan para nabi dan kitab samawi. Oleh karena itu, mereka memandang perbuatan buruk sebagai perbuatan baik dan indah, serta bersikeras melanjutkan perbuatan keliru dan dosa besar."

Dari enam ayat tadi terdapat tiga pelajaran berharga yang dapat dipetik.

1. Kemakmuran dan kenikmatan yang luar biasa, yang menyebabkan manusia mengabaikan Tuhan dan Hari Kebangkitan, menciptakan nasib buruk bagi manusia dan membawanya ke kehancuran dan kesengsaraan.

2. Perbuatan dosa tidak akan membuat manusia menjadi ahli neraka, karena ada pelung untuk bertobat. Tapi sikap keras kepala untuk melanjutkan perbuatan dosa, di mana manusia tidak menyadari keburukan dari dosa dan akhirnya ia tidak bersedia meninggalkan perbuatan dosa.

3. Sombong dan mabuk kekayaan dalam kehidupan membuka peluang perbuatan dosa dan melanjutkan jalan ini akan sangat berbahaya bagi manusia.

وَكَانُوا يَقُولُونَ أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ (47) أَوَآَبَاؤُنَا الْأَوَّلُونَ (48) قُلْ إِنَّ الْأَوَّلِينَ وَالْآَخِرِينَ (49) لَمَجْمُوعُونَ إِلَى مِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ (50)

Dan mereka selalu mengatakan: "Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali? (56: 47)

apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (juga)?" (56: 48)

Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian, (56: 49)

benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal. (56: 50)

Faktor lain yang membuat kelompok ini menjadi ahli neraka adalah mereka menertawakan ucapan para nabi ilahi mengenai Hari Kiamat. Mereka mengatakan, "Bagaimana mungkin ayah dan leluhur kami yang tubuhnya tidak lagi ada, daging, kulit dan tulang mereka telah berubah menjadi tanah, serta tersebar ke berbagi tempat, hidup kembali ?"

Al-Quran saat menjabat argumentasi mereka, menyatakan, "Ini sangat mudah bagi Tuhan Yang Maha Kuasa, dan janji Tuhan ini akan terealisasi. Manusia mulai dari zaman Nabi Adam as hingga manusia terakhir yang hidup di bumi, seluruhnya akan dikumpulkan di satu tempat, dan mereka akan menerima balasan serta pahala dari setiap amal perbuatannya."

Dari empat ayat tadi terdapat tiga pelajaran berharga yang dapat dipetik.

1. Para pengingkar hari kiamat tidak memiliki alasan yang pasti dan kuat bagi pengingkaran mereka, dan mereka hanya menilainya sebagai sesuatu yang tidak mungkin.

2. Sekelompok orang berusaha menyebarkan keraguan dan syubhat mereka mengenai Tuhan dan hari Kiamat di tengah masyarakat, dan menyeret orang lain ke jalan kesesatan, di mana hal ini sangat berbahaya. Sementara tugas seorang mukmin adalah memberi jawaban yang tegas dan jelas mengenai syubhat seperti ini.

3. Di hari kiamat, semua manusia berkumpul dalam waktu yang jelas dan tertentu.

ثُمَّ إِنَّكُمْ أَيُّهَا الضَّالُّونَ الْمُكَذِّبُونَ (51) لَآَكِلُونَ مِنْ شَجَرٍ مِنْ زَقُّومٍ (52) فَمَالِئُونَ مِنْهَا الْبُطُونَ (53) فَشَارِبُونَ عَلَيْهِ مِنَ الْحَمِيمِ (54) فَشَارِبُونَ شُرْبَ الْهِيمِ (55) هَذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ الدِّينِ (56)

Kemudian sesungguhnya kamu hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan, (56: 51)

benar-benar akan memakan pohon zaqqum, (56: 52)

dan akan memenuhi perutmu dengannya. (56: 53)

Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas. (56: 54)

Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum. (56: 55)

Itulah hidangan untuk mereka pada hari Pembalasan". (56: 56)

Melanjutkan ayat sebelumnya yang menyebutkan tempat para pendosa adalah neraka, ayat ini mengisyaratkan makanan dan minuman ahli neraka. Ayat ini menyatakan, "Berbeda dengan penghuni surga yang menikmati beragam buah-buahan manis dan lezat, para penghuni neraka terpaksa memakan buah-buahan yang pahit dan busuk dari pohon neraka untuk mengenyangkan perut mereka, tapi tidak ada gunanya, dan yang ada adalah rasa sakit dan penderitaan."

Saat itu, ketika mereka memenuhi perutnya dengan makanan neraka, maka mereka mulai kehausan, serta dalam kondisi seperti unta yang menderita penyakit kehausan. Mereka meminum air mendidih neraka dengan rakus dan organ dalamnya hangus, tapi rasa haus mereka tidak hilang.

Tentu saja azab ini bagi mereka yang tersesat dan memahami kebenaran, tapi menolak menerima kebenaran karena keras kepala. Begitu juga mereka yang menyesatkan orang lain dengan menyebarkan keraguan dan syubhat.

Dari enam ayat tadi terdapat dua pelajaran berharga yang dapat dipetik.

1. Betapa banyak manusia yang tersesat, tapi kemudian mereka menemukan petunjuk. Yang lebih berbahaya adalah kesesatan karena mengingkari dan sikap keras kepala terhadap kebenaran.

2. Tak diragukan lagi, Allah Swt Maha Adil dan tidak akan menindas siapa pun. Sejatinya kesengsaraan dan azab pedih yang diderita penghuni neraka adalah buah dari perbuatan buruk mereka.

Minggu, 18 Juni 2023 21:59

Surah al-Waqi'a ayat 20-40

وَفَاكِهَةٍ مِمَّا يَتَخَيَّرُونَ (20) وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ (21) وَحُورٌ عِينٌ (22) كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ (23) جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (24) لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا تَأْثِيمًا (25) إِلَّا قِيلًا سَلَامًا سَلَامًا (26)

dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, (56: 20)

dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. (56: 21)

Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli, (56: 22)

laksana mutiara yang tersimpan baik. (56: 23)

Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. (56: 24)

Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, (56: 25)

akan tetapi mereka mendengar ucapan salam. (56: 26)

Di pembahasan sebelumnya kami telah katakan bahwa manusia di hari kiamat terbagi menjadi tiga kelompok, orang yang beruntung dan bahagia, orang yang dekat dengan Tuhan dan orang yang celaka. Sebelumnya kami juga telah singgung sebagian rahmat Tuhan kepada hamba-hamba yang dekat dengan-Nya. Dalam ayat ini melanjutkan pembahasan sebelumnya dan menyatakan, kenikmatan fisik para penghuni surga tidak terbatas dan apapun yang mereka inginkan tersedia bagi mereka tanpa batasan apapun. Di bidang pangan tersedia bagi mereka segala jenis buah-buahan dan daging dari segala jenis hewan terutama burung yang dagingnya lebih enak.

Terkait kenikmatan seksual, Tuhan menempatkan istri-istri yang paling cantik, putih dan suci, seperti mutiara dalam tiram, dan yang jauh dari jangkauan orang lain, sebagai pendampingnya, agar berhasil bergaul dengan mereka.

Karakteristik pesta pora duniawi adalah biasanya pesta seperti ini disertai dengan perbuatan dosa, ucapan sia-sia dan perbuatan buruk, tapi di pesta surgawi, para penghuni surga hanya menggunakan kata-kata indak, baik dan sopan, serta dialog mereka dengan sesamanya akan membuat mereka semakin dekat dan tenang.

Dari tujuh ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat diraih.

1. Semua alasan kebahagiaan dan kesuksesan orang baik disediakan di surga; Mereka mendapat manfaat dari berkat surgawi sesuai dengan perbuatan dan upaya mereka serta motif murni di dunia.

2. Wanita surgawi selain cantik dan sopan, kecantikannya juga disembunyikan dari orang yang bukan mahram.

3. Surga adalah tempat kedamaian dan kesehatan. Tidak ada cara untuk menyakiti orang lain, dan penghuni surga tidak berbicara apapun kecuali kata-kata yang baik dan menyenangkan.

وَأَصْحَابُ الْيَمِينِ مَا أَصْحَابُ الْيَمِينِ (27) فِي سِدْرٍ مَخْضُودٍ (28) وَطَلْحٍ مَنْضُودٍ (29) وَظِلٍّ مَمْدُودٍ (30) وَمَاءٍ مَسْكُوبٍ (31) وَفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ (32) لَا مَقْطُوعَةٍ وَلَا مَمْنُوعَةٍ (33) وَفُرُشٍ مَرْفُوعَةٍ (34) إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً (35) فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (36) عُرُبًا أَتْرَابًا (37) لِأَصْحَابِ الْيَمِينِ (38) ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ (39) وَثُلَّةٌ مِنَ الْآَخِرِينَ (40)

Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. (56: 27)

Berada di antara pohon bidara yang tak berduri, (56: 28)

dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), (56: 29)

dan naungan yang terbentang luas, (56: 30)

dan air yang tercurah, (56: 31)

dan buah-buahan yang banyak, (56: 32)

yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya. (56: 33)

dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. (56: 34)

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung (56: 35)

dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. (56: 36)

penuh cinta lagi sebaya umurnya. (56: 37)

(Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan, (56: 38)

(yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. (56: 39)

dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian. (56: 40)

Setelah orang-orang yang dekat, yang berada di tempat tertinggi di surga, ada ahli yamin (kelompok kanan), yang menurut ayat-ayat Al-Qur'an lainnya, adalah orang-orang yang diberikan catatan amalnya dengan tangan kanannya, dan ini adalah tanda bahwa mereka akan diberkati pada hari kiamat. Kelompok ini juga mendapat manfaat dari semua jenis kesenangan dan kegembiraan surgawi dalam ukuran mereka sendiri.

Nikmat bagi kelompok ini (Ahli Yamin) adalah beragam tumbuhan dan pohon yang mereka dapat menikmati buahnya dan juga duduk di bawah daun-daunnya yang rindang tanpa ada duri yang mengganggu. Di samping pohon-pohon yang lebat tersebut terdapat aliran air terjun dan mata air yang menambah kelembutan, kesegaran dan keindahan taman tersebut serta menghasilkan jenis buah dan hasil yang sangat beragam.

Karena di hari kiamat sistem keluarga di dunia akan hancur dan hubungan antara suami istri, orang tua dan anak akan terputus, orang akan muncul di hari kiamat jauh dari hubungan relatif dan kausal. Oleh karena itu, Allah menciptakan istri-istri yang sempurna dan cantik bagi penduduk surga, yang akan menjadi pendamping mereka dan memenuhi kebutuhan mereka akan seorang istri.

Dari empat belas ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Secara alami, berkah duniawi memiliki efek samping dan kerusakan, tetapi tidak ada cacat atau efek samping dalam berkah surgawi. Di surga, berkat berlimpah, permanen dan dapat diakses dan tidak memiliki batasan waktu atau tempat.

2. Perkawinan di dunia terkadang menghadapi hambatan dan masalah, dan perbuatan pasangan dapat menyebabkan perceraian dan perpisahan. Tetapi pasangan surgawi itu setara dan proporsional satu sama lain dalam segala hal. Mereka saling mencintai dan tidak pernah ada konflik atau masalah di antara mereka.

3. Mencapai kebahagiaan tidak eksklusif bagi para pendahulu yang mengalami (hidup sezaman) para Nabi dan Imam. Dalam semua periode sejarah, jalan bagi manusia untuk menjadi bahagia telah terbuka, dan di masa sekarang dan di masa depan, jalan keselamatan terbuka bagi umat manusia.

Minggu, 18 Juni 2023 21:57

Surah al-Waqi'a ayat 1-19

إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ (1) لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ (2) خَافِضَةٌ رَافِعَةٌ (3) إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا (4) وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا (5) فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا (6)

Apabila terjadi hari kiamat, (56: 1)

tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya. (56: 2)

(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), (56: 3)

apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, (56: 4)

dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya, (56: 5)

maka jadilah ia debu yang beterbangan, (56: 6)

Surat al-Waqi'a diturunkan di Mekah dan membahas peristiwa Hari Kiamat sebagai sebuah kepastian. Pertama-tama surat ini membahas terjadinya hari Kiamat, dan kemudian pembagian manusia berdasarkan amal perbuatan serta tingkat kedekatannya dengan Tuhan. Kemudian surat ini menyinggung kekuatan Tuhan dalam penciptaan alam semesta dan manusia yang menjadi bukti dan argumentasi bagi terjadinya hari Kiamat.

Prinsip Maad (Hari Kiamat/Kebangkitan) adalah yang diingkari banyak manusia dengan berbagai motif, dan mereka menolak menerimanya. Banyak juga manusia yang menyakini mabda, atau penciptaan, tapi mereka menolak ma'ad dan mengingkarinya. Ayat ini menyatakan, ketika mereka menyaksikan tanda-tanda hari kiamat dengan mata mereka, maka saat itu, mereka tidak akan mengingkarinya, tapi tidak ada lagi gunanya.

Hal ini karena saat itu berkas dan catatan manusia telah ditutup, dan kondisi setiap orang telah ditentukan berdasarkan amal perbuatan baik dan dan buruk mereka. Orang-orang baik memiliki posisi tinggi, dan mereka pergi ke surga. Tapi orang yang berbuat buruk akan dimasukkan ke neraka.

Kelanjutan ayat ini membahas kondisi akhir zaman di dunia dan dimulainya hari kiamat. Ayat ini menyatakan, gempa bumi dahsyat melanda seluruh permukaan bumi, gempa besar yang menghancurkan gunung, menjadikannya bubuk dan melontarkan debu ke udara.

Dari enam ayat tadi terdapat tiga pelajaran berharga yang dapat dipetik.

1. Kejadian hari kiamat dan gempa keras dan menghancurkan adalah hal yang pasti dan telah diberitakan oleh Tuhan, dan pengingkaran terhadapnya akan merugikan manusia yang tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi hari kiamat.

2. Sistem hari kiamat berbeda dengan dunia. Betapa banyak manusia yang selama di dunia terhormat, memiliki kekuasaan dan harta benda yang banyak, tapi di hari kiamat mereka hina dan hancur.

3. Menjelang hari kiamat, bumi mengalami gempa hebat dan kacau balau. Gunung-gunung tercabut, hancur dan tercabik-cabik, serta menjadi debu yang terlempar ke udara. Atas kehendak Allah Swt, sistem yang ada di dunia hancur, dan bumi serta langit memiliki sistem baru.

وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً (7) فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ (8) وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ (9) وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ (10) أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ (11) فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (12) ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ (13) وَقَلِيلٌ مِنَ الْآَخِرِينَ (14)

dan kamu menjadi tiga golongan. (56: 7)

Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. (56: 8)

Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. (56: 9)

Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, (56: 10)

Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. (56: 11)

Berada dalam jannah kenikmatan. (56: 12)

Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, (56: 13)

dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian (56: 14)

Ayat ini seperti ayat 32 Surat Fatir, membagi manusia dalam tiga kelompok di hari kiamat. Kelompok pertama adalah mereka yang mencapai kebahagiaan karena iman dan perbuatan baiknya. Kebahagiaan ini adalah kebahagiaan yang abadi dan tidak ada habisnya.

Kelompok kedua adalah penjahat dan pendosa. Mereka mengalami nasib buruk karena kekafiran, kezaliman dan perbuatan dosanya. Nasib buruk ini tidak dapat digambarkan.

Kelompok ketiga adalah mereka yang terdepan dalam iman dan perbuatan baik, serta menjadi teladan orang-orang baik dan yang beruntung. Oleh karena itu, mereka termasuk orang-orang yang paling dekat dengan Tuhan. Para nabi, para imam dan wali Allah sepanjang sejarah adalah contoh dari kelompok ini.

Iman dari kelompok ketiga ini terhadap Tuhan dan hari Kiamat telah mencapai puncaknya. Mereka memiliki akhlah mulia dan perilaku mereka terhadap masyarakat didasarkan pada keadilan dan pengorbanan. Dalam ibadah, keberanian, keadilan, kedermawanan dan seluruh nilai-nilai ilahi dan manusiawi, mereka berada di puncak, dan banyak dari mereka mencapai puncak kesempurnaan melalui kesyahidan di jalan Tuhan.

Pelopor dalam iman dan kebaikan ini telah ada sejak awal sejarah manusia dan akan ada orang-orang dengan karakteristik seperti itu hingga akhir sejarah manusia. Berapa banyak umat terdahulu yang beriman kepada nabi-nabi pada masanya dan berapa banyak umat nabi terakhir yang menjadi teladan bagi yang lain berdasarkan ajarannya.

Dari delapan ayat tadi terdapat tiga pelajaran berharga yang dapat dipetik.

1. Kebahagiaan dan kesengsaraan yang nyata dan permanen terkait dengan akhirat. Pada saat itu, kebahagiaan atau ketidakbahagiaan sejati manusia akan terungkap. Mungkin sebagian orang tampak bahagia dan berharga di mata orang-orang di dunia ini, namun di hari kiamat akan terungkap kesengsaraan dan kehinaan mereka, atau sebaliknya.

2. Perbuatan baik sebuah nilai, dan berlomba-lomba dalam perbuatan baik sebuah nilai lain. Mereka yang berlomba-lomba dalam perbuatan baik, pada hari kiamat akan terdepan dari yang lain, dan mereka memiliki posisi unggul.

3. Surga adalah tempat kesuksesan bagi orang beriman. Namun lebih tinggi dari nikmat surga yang merupakan pahala materi bagi para pelopor ini adalah kedekatan dengan Tuhan dan merupakan pahala maknawi bagi penghuni surga, yang dalam ayat-ayat ini didahulukan daripada nikmat materi.

عَلَى سُرُرٍ مَوْضُونَةٍ (15) مُتَّكِئِينَ عَلَيْهَا مُتَقَابِلِينَ (16) يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ (17) بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ (18) لَا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلَا يُنْزِفُونَ (19)

Mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata, (56: 15)

seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. (56: 16)

Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, (56: 17)

dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir, (56: 18)

mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk, (56: 19)

Ayat ini menceritakan sebagian kehidupan menggembirakan penghuni surga, dan menyatakan, penghuni surga tidak tinggal di sudut yang jauh dari satu sama lain, tetapi mereka memiliki kumpulan orang dan pelayan; Mereka duduk bersebelahan di tempat tidur yang megah dan menikmati mengobrol bersama.

Allah Swt memerintahkan pemuda tampan untuk melayani mereka. Para pelayan tampan ini membawakan beragam hidangan, makanan dan minuman lezat yang tidak membuat mereka mabuk dan juga tidak ada efek samping memabukkan seperti di dunia. Hidangan ini membuat manusia merasakan puncak kelezatan.

Dari lima ayat tadi terdapat dua pelajaran berharga yang patut dipetik.

1. Berbeda dengan penghuni neraka yang saling melaknat dan mengutuk, para penghuni surga berkumpul bersama dan saling berbincang di lingkungan yang tenang.

2. Makanan dan minuman dunia terkadang memiliki efek samping yang tidak baik, tapi di surga tidak demikian, dan seluruh hidangannya sangat lezat.

Minggu, 18 Juni 2023 21:57

Surah Ar-Rahman 62-78

وَمِنْ دُونِهِمَا جَنَّتَانِ (62) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (63) مُدْهَامَّتَانِ (64) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (65) فِيهِمَا عَيْنَانِ نَضَّاخَتَانِ (66) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (67) فِيهِمَا فَاكِهَةٌ وَنَخْلٌ وَرُمَّانٌ (68) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (69)

Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi (55: 62)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 63)

Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya. (55: 64)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 65)

Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang memancar. (55: 66)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 67)

Di dalam keduanya (ada macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima. (55: 68)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 69)

Dalam pembahasan sebelumnya dibicarakan mengenai pahala yang diberikan Tuhan kepada orang-orang yang bertakwa di hari kiamat. Ayat kali ini menyinggung surga lain yang berada di level lebih rendah dari surga para wali Allah dan orang-orang mukmin yang berbuat baik dari jin dan manusia.

Ayat ini saat menyinggung kebun-kebun surga menyebutkan sejumlah karakteristiknya; Kebun-kebun ini sangat indah, subur dan rindang. Di kebun-kebun ini, terdapat banyak air dalam bentuk mata air dan air terjun yang memancar dari kedalaman bumi atau gunung, dan mengalir di antara pohon-pohon. Selain itu, buah-buahan yang dihasilkan tanaman di kebun ini semuanya milik penghuni surga. Di antara tanaman ini, disebutkan secara khusus kurma dan delima karena nilai tinggi keduanya.

Di dunia ini, kurma dan delima memiliki keunggulan gizi dan pengobatan, dan mengindikasikan bahwa surga memiliki empat musim, karena kurma tumbuh di daerah panas dan delima di daerah beriklim sedang. Ketika di dunia, kedua buah-buahan ini memiliki khasiat besar, maka bagaimana di akhirat nanti ? 

Dari delapan ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1.Pohon-pohon di surga senantiasa hijau dan segar.

2. Menikmati pemandangan alam seperti hutan yang hijau dan subur, air terjun dan mata air, serta pohon dengan berbagai buahnya adalah sebagian kecil dari nikmat surga.

3. Kufur dan mendustakan nikmat ilahi di dunia akan membuat manusia tidak dapat menikmati nikmat ilahi di akhirat.

فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ (70) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (71) حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ (72) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (73) لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ (74) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (75) مُتَّكِئِينَ عَلَى رَفْرَفٍ خُضْرٍ وَعَبْقَرِيٍّ حِسَانٍ (76) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (77) تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ (78)

Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. (55: 70)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 71)

(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah. (55: 72)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 73)

Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin. (55: 74)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 75)

Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah. (55: 76)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 77)

Maha Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Karunia. (55: 78)

Ayat-ayat terakhir Surah Ar-Rahman ini melanjutkan ayat sebelumnya serta menyebutkan nikmat ilahi lain di surga. Salah satu nikmat ilahi di dunia adalah nikmat memiliki pasangan (suami atau istri) yang diberikan Tuhan sebagai sumber ketenangan jiwa dan mental manusia, serta memanfaatkan naluri seksual dengan cara yang benar dan halal. Tapi banyak manusia yang memenuhi naluri ini melalui jalan haram dan mereka tersesat. Sekelompok manusia juga mengambil jalan pemborosan dan dari sudut pandang mereka, pernikahan adalah hal yang buruk. Mereka juga terancam terjerumus pada penyimpangan dengan cara lain dengan meninggalkan pernikahan.

Ayat-ayat ini menganggap salah satu pahala surgawi adalah keuntungan dari istri yang suci, baik hati, dan cantik yang tinggal di tempat yang mewah, luas, dan didekorasi dengan baik. Pasangan tersebut dari jenis penghuni surga atau dari malaikat berupa manusia dan jin, yang dengan perilaku dan ucapan yang menyenangkan, mereka menjadi pasangan dan teman penghuni surga. Salah satu ciri wanita cantik ini adalah mereka benar-benar perawan dan belum pernah berhubungan dengan orang lain. Mereka hanya milik pasangannya, mereka tersembunyi dari mata orang lain dan jauh dari jangkauan mereka.

Bagian pertama Surah Ar-Rahman membicarakan nikmat dunia dan bagian keduanya membicarakan nikmat ukhrawi/akhirat. Ayat surah ini berulang kali bertanya kepada manusia dan jin, nikmat mana yang kalian ingkari dan mengapa kalian tidak bersedia mensyukuri nikmat ini ? Tak diragukan lagi bahwa seluruh nikmat ini datang dari sisi Tuhan sumber rahmat dan berkah, Tuhan yang agung dan terhormat serta juga menghormati hamba-hamba-Nya.

Dari sembilan ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Naluri alami manusia di hari kiamat sama dengan nalurinya di dunia ini, tetapi di surga kebutuhan naluriahnya terpenuhi dengan cara yang paling tinggi.

2. Pasangan surgawi keduanya tampan dan cantik, serta memiliki kesucian batin dan penutup luar (iffah) yang melindungi mereka dari pandangan orang lain.

3. Tuhan semesta alam, selain memiliki kemuliaan dan keagungan, juga merupakan manifestasi dari kebaikan, rahmat dan belas kasihan.