کمالوندی

کمالوندی

Jumat, 25 Oktober 2019 16:13

Ziarah Arbain (14)

Pada bagian ke-14 "Ziarah Arbain" dari 20 bagian ini, para peziarah bercerita tentang Arbain dan mengungkapkan atas apa yang mereka saksikan di sana.

Peziarah itu di antaranya berasal dari Argentina, Amerika, Australia, Chile, Turki, Lebanon dan negara-negara lainnya.

Peringatan Arbain di Karbala setiap tahunnya diikuti oleh jutaan peziarah dari berbagai kota di Irak dan negara-negara dunia, terutama peziarah dari negara-negara Muslim.

Setelah para peziarah tiba di Irak, mereka berjalan kaki dari kota Najaf menuju Karbala yang berjarak sekitar 82 km untuk menghadiri acara Arbain Huseini as.

Arbain adalah peringatan mengenang 40 hari Kesyahidan Imam Husein as, Cucu Baginda Nabi Muhammad Saw yang dibantai oleh pasukan Yazid di Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 H.

Tanggal 20 Safar yang tahun ini bertepatan dengan tanggal 19 Oktober 2019 adalah hari Arbain.

Menurut data resmi Irak, sekitar 14 juta peziarah Arbain berjalan kaki dari Najaf ke Karbala pada tahun lalu.

Masyarakat Irak menyediakan makanan, minuman dan tempat istirahat gratis di sepanjang rute ini. Mereka juga memberikan pelayanan kesehatan secara gratis dan pelayanan-pelayanan lainnya.


Peziarah dari Argentina: "Melihat jutaan orang yang sedang berjalan, itu sangat menakjubkan. Semua layanan yang diberikan kepada pezirah berarti bahwa ini bukan hal biasa."

Peziarah dari Amerika: "Masya Allah, saya melihat orang-orang yang memberikan semua yang dimilikinya di sini kepada orang lain. Mereka memberikan semua miliknya demi Imam as. Ini akan menjadi pesan terbesar saya."

Peziarah dari Australia: "Kemurahan hati  masyarakat sangat luar biasa. Mereka sangat membantu, dan persatuan penuh…."

Peziarah dari Chile: "Itulah mengapa saya memberi tahu Anda bahwa sangat sulit bagi Barat untuk memahaminya."

Peziarah dari Turki: "Ketika kita dengan penuh cinta menggambarkan keindahan-keindahan ini, dan penghormatan manusia satu dengan yang lainnya, itu tergambar pada berkah dan kebaikan di sepanjang jalan atas nama Imam Hussein as dan layanan yang diberikan kepada manusia. Ketika kita menggambarkan spiritualitas para pecinta Imam Hussein as kepada mereka, maka mereka semua ingin datang ke sini pada tahun depan."


Peziarah dari Chile: "Sebenarnya, Arbain adalah masalah yang secara jelas menarik perhatian semua orang dikarenakan kurangnya spiritualitas yang ada di Barat saat ini."

Peziarah dari Turki: "Jika kita ingin membayangkan Islam satu tubuh dan mengatakan bahwa Islam benar-benar muncul di suatu tempat,  maka kita bisa melihat dan menyaksikan semuanya itu di sini."

Peziarah dari Lebanon: "Ketika kami kembali ke negara kami, hati kami terkoyak karena jauh dari tempat ini. Cinta dan hasrat akan mendorong seseorang untuk berziarah tempat-tempat ini setiap tahunnya."

Peziarah dari Argentina: "Saya berpikir tentang Arbain tahun depan, dan saya tidak akan meninggalkan jalan ini, dan ini akan menjadi sebuah hal yang harus dan dharuri. Insya Allah."

Jumat, 25 Oktober 2019 16:13

Ziarah Arbain (13)

 

Bagian ke-13 "Ziarah Arbain" dari 20 bagian ini, menceritakan pengalaman para peziarah Arbain dari Afrika, Amerika, Turki dan Australia.

Peringatan Arbain di Karbala setiap tahunnya diikuti oleh jutaan peziarah dari berbagai kota di Irak dan negara-negara dunia, terutama peziarah dari negara-negara Muslim.

Setelah para peziarah tiba di Irak, mereka berjalan kaki dari kota Najaf menuju Karbala yang berjarak sekitar 82 km untuk menghadiri acara Arbain Huseini as.

Arbain adalah peringatan mengenang 40 hari Kesyahidan Imam Husein as, Cucu Baginda Nabi Muhammad Saw yang dibantai oleh pasukan Yazid di Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 H.

Tanggal 20 Safar yang tahun ini bertepatan dengan tanggal 19 Oktober 2019 adalah hari Arbain.

Menurut data resmi Irak, sekitar 14 juta peziarah Arbain berjalan kaki dari Najaf ke Karbala pada tahun lalu.

Masyarakat Irak menyediakan makanan, minuman dan tempat istirahat gratis di sepanjang rute ini. Mereka juga memberikan pelayanan kesehatan secara gratis dan pelayanan-pelayanan lainnya. 


Berikut adalah komentar peziarah Arbain dari Afrika, Amerika, Turki dan Australia:

Peziarah dari Afrika: "Ini  persis apa yang terjadi pada hari kiamat kelak. Bahwa kita sedang bergerak ke sebuah tempat, di mana ini akan terjadi di hari kiamat. Bahwa kita sedang bergerak ke sebuah tempat, di mana amal perbuatan kita menunggu kita. Saya merasa bahwa semua orang di sini dengan ransel mereka sedang bergerak ke arah Imam Husein as."

Peziarah dari Amerika: "Momen ketika saya berjalan sendirian, saya berpikir tentang Imam Mahdi as. Pengalaman ini adalah persiapan saya untuk Imam Mahdi  as. Pawai Arbain ini menciptakan semacam ketahanan spiritual dan fisik. Semua ke arah Imam saya. Suatu hari, Insya Allah saya bisa bertemu dengannya."

Peziarah dari Turki: "Setiap kali saya sendirian, saya berpikir bahwa seandainya saya memiliki 10 nyawa, maka saya akan mengorbankan 10 nyawaku itu di jalan Imam Husein as. Sebab, saya sangat mencintai jalan ini."

Peziarah dari Australia: "Saya hanya berpikir bahwa betapa Imam Husein as dan Ahlul Bait as menghadapi kesulitan selama peristiwa Asyura dan tragedi yang mereka alami. Saya sangat berdoa, perasaan yang sangat sedih."

Peziarah dari Turki: "Jika Tuhan memberikan taufik kepada saya, dan selama saya masih bernyawa, saya akan terus mengikuti perjalanan cinta Arbain ini. Jika Allah Swt memberikan taufik dan Imam Husein as mengundang, saya akan datang setiap tahun.

Jumat, 25 Oktober 2019 16:12

Ziarah Arbain (12)

 

Bagian ke-12 "Ziarah Arbain" dari 20 bagian ini, menceritakan pengalaman para peziarah Arbain dari Irak, Australia, Lebanon, Argentina, Arab Saudi dan Jerman.

Peringatan Arbain di Karbala setiap tahunnya diikuti oleh jutaan peziarah dari berbagai kota di Irak dan negara-negara dunia, terutama peziarah dari negara-negara Muslim.

Setelah para peziarah tiba di Irak, mereka berjalan kaki dari kota Najaf menuju Karbala yang berjarak sekitar 82 km untuk menghadiri acara Arbain Huseini as. 

Arbain adalah peringatan mengenang 40 hari Kesyahidan Imam Husein as, Cucu Baginda Nabi Muhammad Saw yang dibantai oleh pasukan Yazid di Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 H.

Tanggal 20 Safar yang tahun ini bertepatan dengan tanggal 19 Oktober 2019 adalah hari Arbain.

Menurut data resmi Irak, sekitar 14 juta peziarah Arbain berjalan kaki dari Najaf ke Karbala pada tahun lalu.

Masyarakat Irak menyediakan makanan, minuman dan tempat istirahat gratis di sepanjang rute ini. Mereka juga memberikan pelayanan kesehatan secara gratis dan pelayanan-pelayanan lainnya.  


Berikut adalah kesan sejumlah peziarah dari Irak dan beberapa negara dunia ketika mengikuti pawai Arbain:

Peziarah dari Irak: "Namaku Ruqayyah Ali Abdul Hadi. Saya berumur 9 tahun dan kelas III SD. Saya datang ke sini untuk berpartisipasi dalam pawai Arbain."

Peziarah dari Australia: "Satu hal yang lebih mengesankan bagi saya adalah jalan kaki ini tidak mudah, dan semua yang bisa saya pikirkan tentangnya adaah pengorbanan Ahlul Bait Nabi Saw untuk kita. Saya pikir ini adalah perbuatan terkecil  yang kita bisa lakukan untuk mereka."

Peziarah dari Lebanon: "Semua kelelahan di jalan ini akan terlupakan ketika kita mengingat kelelahan, penderitaan dan kesulitan Sayidah Zainab sa, dan dengan bantuan Allah Swt dan bertawassul kepada Ahlul Bait as, kita akan menempuh jalan ini (hingga akhir) sebagai bentuk simpati kepada Sayidah Zainab."


Peziarah dari Argentina: "Dengan menempuh jalan ini, manusia akan mengingat dosa-dosanya.  Semua momen kesulitan yang dilewati, ia akan merasa bahwa mungkin puluhan kilometer yang ditempuh selama tiga hari ini menjadi semacam penyucian, karena memang sangat menyucikan."

Peziarah dari Arab Saudi: "Pawai Arbain ini mengingatkan kami tentang para tawanan (para wanita dan anak-anak Ahlul Bait as). Kami terkesan dengan gambaran-gambaran tentang tawanan Karbala dan tentang bagaimana Sayidah Zainab dan Imam Sajjad as ditawan."

Peziarah dari Jerman: "Saya benar-benar tidak tahu apa yang harus saya katakan tentang perasaan saya ke Imam Husein as. Ada sesuatu dalam hati saya, namun saya tidak tahu bagaimana saya harus menjelaskannya. Imam Husein as adalah pribadi yang sangat luar biasa dari Allah Swt untuk (penduduk) bumi." 

Jumat, 25 Oktober 2019 16:12

Ziarah Arbain (11)

 

Pada bagian kesebelas "Ziarah Arbain" dari 20 bagian ini, para pelayan peziarah yang dikenal dengan "Pelayan Imam Husein as" mengungkapkan pengalamannya selama melayani peziarah yang datang dari berbagai negara dunia, dan keinginan mereka untuk terus melanggengkan pelayanan ini hingga generasi selanjutnya.

Arbain adalah peringatan mengenang 40 hari Kesyahidan Imam Husein as, cucu Baginda Nabi Muhammad Saw yang dibantai oleh pasukan Yazid di Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 H.

Setiap tahun, jutaan peziarah Arbain dari berbagai kota di Irak dan negara-negara dunia, terutama dari negara-negara Muslim mengunjungi Karbala untuk menghadiri peringatan Arbain Huseini as.

Setelah tiba di Irak, mereka berjalan kaki dari kota Najaf menuju Karbala yang berjarak sekitar 82 km untuk menghadiri acara Arbain Huseini as. Masyarakat Irak menyediakan makanan, minuman dan tempat istirahat gratis di sepanjang rute ini.

Namun tak hanya penduduk Irak, para pelayan peziarah Arbain juga datang dari negara-negara lain seperti Iran, Pakistan, Kuwait dan Lebanon. Mereka menyediakan posko-posko pembagian makanan dan minuman serta posko kesehatan.

Berikut di antara komentar para pelayan peziarah Arbain dari Irak dan Lebanon:

Pelayan peziarah Arbain dari Irak: "Berkat karunia Ilahi dan pemilik tempat ini serta berkah pemilik tempat ini, Karim Ahlul Bait as Imam Hasan Mujtaba as, kami tidak tahu apa yang kami berikan dan kami habiskan. Setiap orang mengeluarkan hartanya sebanyak yang dia  mampu."

Pelayan peziarah Arbain dari Irak: "Uang yang kami kumpulkan bersamaan dengan nazar-nazar dari teman-teman, dan kami memberikan pelayanan kepada para peziarah dengan gratis. Setiap hari, kami menyiapkan daging 100-150 kg, di mana daging ini adalah hasil penyembelihan kami sendiri. Lalu kami membuat sate yang merupakan makanan populer di Najaf, seluruh Irak dan di sejumlah negara Arab."

Pelayan peziarah Arbain dari Irak: "Kami membuat (menyiapkan) apa yang diinginkan para peziarah."

Pelayan peziarah Arbain dari Irak: "Kami mewarisi pelayanan (melayani) dari leluhur kami. Kami mewarisi pelayanan dari ayah-ayah kami. Kami sekarang melakukan peran kami untuk menyampaikan tugas ini kepada anak-anak kami. Anak-anak kami akan menyampaikannya kepada anak-anak mereka hingga  hal yang terkait dengan Imam Husein as ini tetap abadi dalam sejarah dari generasi ke generasi selanjutnya."

Pelayan peziarah Arbain dari Lebanon: "Bertanya kepadaku bahwa apakah saya bisa membeli mobil dengan uang ini. Kami tidak ingin membeli mobil, namun kami ingin membeli tempat di depan Imam Husein as."

Pelayan peziarah Arbain dari Irak: "Semua yang kami punya dari Imam Husein as. Dan jika kami menghabiskan umur kita, ini tetap tidak seberapa di hadapan Imam Husein as."

Pelayan peziarah Arbain dari Irak: "Jika sekarang saya bisa menjual rumah saya, dan  membelanjakan uangnya di jalan Imam Husein as, maka saya akan melakukannya. Sebab, saya tidak punya rumah selain ini."

Pelayan peziarah Arbain dari Lebanon: "Saya mengatakan bahwa ini adalah jalan surga dan kami memiliki tempat kecil di jalan ini."  

Jumat, 25 Oktober 2019 16:04

Pesan Pawai Arbain Imam Husein as

 

Tradisi berjalan kaki untuk memperingati Hari Arbain Imam Husein as memiliki sejarah panjang dalam Islam, tetapi kegiatan ini telah mendunia dalam beberapa tahun terakhir.

Pawai jutaan manusia untuk memperingati Hari Arbain membawa beberapa pesan penting antara lain: menyebarkan makrifat insani, menafikan rasisme, mempromosikan perdamaian, menanamkan nilai-nilai etika dalam hubungan sosial, menegaskan keberanian para pengikut Imam Husein as, dan juga menunjukkan kekuatan poros perlawanan di wilayah Timur Tengah.

Pesan pertama pawai Arbain adalah ekspresi kecintaan kepada Imam Husein as yang menjadi penyatu para pengikut Syiah. Kesyahidan Imam Husein dan para sahabatnya di Karbala telah menjadi landasan ideologis di tengah komunitas Syiah.

Peringatan kesyahidan imam ketiga Syiah ini bahkan telah mendunia, di mana masyarakat dari berbagai negara dan bahkan non-Muslim juga mengikuti pawai Arbain. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan pawai Arbain adalah bukti dari penyebaran makrifat Huseini.

Pesan kedua pawai ini adalah menafikan rasisme. Kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh komunitas Syiah, tetapi juga oleh masyarakat Sunni dan pengikut agama lain terutama Kristen, serta warga Afrika dan kulit putih.

Ini menunjukkan bahwa agama Islam tidak hanya menolak rasisme, tetapi juga menganggapnya sebagai perkara batil. Ayatullah Khamenei dalam pertemuan dengan para tokoh Irak, pemilik posko pelayanan peziarah baru-baru ini, mengatakan Imam Husein as bukan hanya milik Syiah, tetapi milik semua mazhab Islam baik Syiah maupun Sunni serta milik umat manusia. Oleh karena itu, kita juga menyaksikan kehadiran non-Muslim dalam pawai Arbain.

Pesan ketiga pawai besar Arbain adalah menyerukan perdamaian dan ketenangan di dunia. Kegiatan ini diikuti oleh masyarakat dari berbagai negara dan beragam latar belakang, tetapi sama sekali tidak ditemukan kekerasan, gesekan, dan gangguan keamanan di tengah mereka.

Padahal pawai ini berlangsung di Timur Tengah, sebuah wilayah yang terjebak dalam konflik antar-negara dan perang melawan teroris. Namun, pawai ini berjalan damai dan jauh dari segala bentuk kekerasan. Inilah ajaran Islam murni yang bertolak belakang dengan Islam ala Amerika.

Pertemuan Ayatullah Khamenei dengan para tokoh Irak, pemilik posko pelayanan peziarah di Tehran.
Imam Husein dan Arbain mampu menyatukan hati kaum Muslim di sebuah tempat, berdampingan dalam persahabatan, meninggalkan segala bentuk fanatisme, menanggalkan segala perbedaan budaya, semua etnis dan kelompok dengan persoalannya masing-masing berkumpul bersama untuk menghayati perjuangan cucu baginda Rasulullah Saw.

Pesan keempat pawai Arbain adalah tegaknya nilai-nilai moral dalam hubungan sosial masyarakat. Para peserta pawai meninggalkan egoisme dan memilih saling menghormati dan saling membantu, serta bertutur dengan sopan.

Para peserta pawai Arbain memegang teguh nilai-nilai moral dalam hubungan sosial. Mereka tidak mengenal lagi strata sosial, latar belakang etnis, suku bangsa, dan bahkan agama, semua berbaur dalam satu barisan umat manusia. Dari setiap penjuru yang berujung ke Karbala, nilai-nilai kemanusiaan tertancap kuat dalam diri mereka seperti berlomba untuk mengabdikan diri kepada para peziarah.

Mereka melakukan semua itu bukan atas dasar pertimbangan materi, tetapi semata-mata mencari keridhaan Allah Swt, mengangungkan syiar-syiar agama, dan menyebarkan nilai-nilai perjuangan Imam Husein as.

Pesan kelima pawai Arbain adalah bahwa para penerus jalan dan pemikiran Imam Husein tidak pernah gentar terhadap konspirasi dan kekerasan yang disusun oleh musuh.

Kegiatan ini berlangsung semakin meriah dari tahun ke tahun meskipun para penentangnya berusaha mencegah kehadiran pecinta Imam Husein di Karbala dengan mengobarkan kekerasan dan kekacauan.

Di tahun-tahun sebelumnya, Daesh dan kelompok teroris lain menebarkan teror di setiap sudut Irak, tetapi para pecinta Sayyidu Syuhada tidak gentar dengan aksi mereka dan tetap menggelar pawai Arbain. Para peziarah datang untuk menyebarkan pesan perdamaian, persaudaraan, toleransi, dan saling menghormati dalam hubungan sosial.

Salah seorang peserta pawai Arbain dari Thailand.
Di tahun ini, beberapa kota di Irak juga menyaksikan aksi protes anti-pemerintah bersamaan dengan pelaksanaan pawai Arbain. Campur tangan asing dan ulah provokator telah mengubah protes damai itu menjadi aksi kekerasan, yang menewaskan lebih dari 100 orang dan melukai lebih dari 6.000 lainnya.

Protes yang disertai kekerasan ini juga bertujuan untuk menggagalkan pelaksanaan pawai Arbain tahun ini. Pawai ini dianggap sebagai kekuatan lunak poros perlawanan di Timur Tengah, di mana jumlah pesertanya terus bertambah setiap tahun.

Namun, tujuan itu tidak terwujud dan pawai Arbain tahun ini tetap berlangsung dengan jumlah peserta yang meningkat dari tahun lalu.

Para pengikut Imam Husein as memiliki kearifan dan mereka tidak takut terhadap kekerasan terencana. Pada dasarnya, pawai besar Arbain telah menjadi sebuah pentas menuntut keadilan dan anti-penindasan, bukan hanya untuk kaum Muslim, tetapi untuk seluruh penuntut kebebasan di dunia.

"Jika kapasitas besar bangsa-bangsa Muslim di Timur Tengah dan Afrika Utara kita gabungkan dan menunjukkan aksi nyatanya, maka makna hakiki kemuliaan Ilahi dan peradaban besar Islam akan tampak jelas bagi dunia," kata Ayatullah Khamenei.

Pesan keenam pawai Arbain adalah untuk menunjukkan kekuatan poros perlawanan di Timur Tengah. Sejarah pawai ini berakar dari ideologi Muslim Syiah dan menjadi salah satu unsur kekuatan lunak mazhab Syiah di Dunia Islam dan internasional. Selain sebagai elemen persatuan dan interaksi umat, juga memiliki banyak pengaruh di bidang politik.

Pawai Arbain diikuti oleh jutaan manusia dan dilakukan di tengah adanya ancaman dari kelompok-kelompok Salafi-Takfiri. Pelaksanaan kegiatan ini memperlihatkan kekuatan poros perlawanan di Timur Tengah, sebuah kekuatan yang berakar dari budaya dan pesan-pesan Asyura.

Budaya Asyura tidak menerima penindasan dan juga menolak melakukan penindasan terhadap orang atau negara mana pun. Memerangi kezaliman memiliki kedudukan khusus dalam budaya ini dan salah satu landasan budaya ini adalah membela orang-orang tertindas. 

 

Kecintaan dan penghormatan terhadap Ahlul Bait Rasulullah Saw, termasuk di dalamnya Sayidina Husein hingga kini masih melekat dalam tradisi sebagian besar masyarakat Muslim Indonesia.

Masalah ini ditegaskan seorang intelektual muda Sunni Indonesia, Zuhairi Misrawi yang mengunjungi Iran dan melanjutkan perjalanan menuju Irak untuk mengikuti Arbaeen Walk 2019.

"Sejarah Imam husein adalah sejarah yg penuh makna karena kita mengetahui bahwasanya Sayidina Husein adalah cucu dari Rasulullah saw, dan kematiannya merupakan derita kesedihan, kegelisahan. Perayaan Arbain, dimana kepala dan jasadnya digabungkan kembali, ditradisikan oleh Jabir Al Ansori dan Sayidah Zainab," ujar Zuhairi di kota Qom sebelum berangkat ke Irak.

"Saya merasa sebagai kader Nahdlatul Ulama dan menjadi bagian Ahlusunnah wal Jamaah, ingin merasakan bagaimana perayaan Arbain yang penuh makna ini dengan harapan ikut merasakan kepahlawan perjuangan pengorbanan dari Sayidina Husein dan para pengikutnya," tegas jebolan Al Azhar Mesir ini.

 

Zuhairi Misrawi dan rombongan peziarah dari Indonesia
Ketua Moderate Muslim Society ini juga menjelaskan pandangan NU mengenai peringatan arbain. Menurutnya, secara prinsip NU sangat mencintai ahlulbait.

"Kalau kita lihat bacaan tahlil yang biasa dibaca,

إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya Ahlulbait bagi kalangan Nahdlatul Ulama," ungkap penulis Muslim Indonesia ini.

 

Zuhairi Misrawi dan Ahmad Bustomi (reporter)
Ketika saya ikut merayakan Arbain, tutur Zuhairi, sesungguhnya ikut dalam satu pengalaman hidup dari Ahlulbait yaitu Sayidina Husein. Banyak hadis shahih dari Rasulullah Saw, bahwa 'Husein adalah bagian dariku dan aku bagian dari Husein'.

Oleh karena itu, kalau benar-benar mencintai Rasulullah Saw, maka kita juga harus mencintai Sayidina Husein.

"Rasulullah Saw juga pernah bersabda, Hassan dan Husein adalah dua pemuda ahli surga. Maka menurut saya, ketika saya mengikuti arbain, ini sejalan dengan perinsip dari Nahdlatul Ulama yang begitu mencintai Rasulullah Saw dan keluarganya," pungkas Zuhairi. 

 

Berabad-abad telah berlalu sejak akhir kehidupan duniawi Muhammad Saw, hamba dan nabi pilihan Allah; tetapi ranah pengaruhnya telah melampaui tahun-tahun kehidupannya. Karena wilayah risalahnya mencakup seluruh sejarah manusia dan upaya manusia, bahkan ia sedang merencanakan masa depan manusia.

Muhammad Saw adalah pemimpin yang unik. Ajarannya bersinar seperti biasa di pagi hari dan irama dakwahnya menyegarkan serta menggembirakan. Nabi penuh rahmat meninggalkan dunia ini pada tanggal 28 Shafar tahun 11 H dan dunia meratapi kepergiannya sebagai guru dan penuntun terbesar umat manusia. Salam untuknya dan ruh sucinya.

Pada saat yang sama dengan peringatan wafat Nabi Saw, diriwayatkan bahwa pada tanggal 28 Shafar 50 Hijriah Qamariah, cucu tercintanya, Hasan bin Ali as juga gugur syahid. Simetri dari dua hari ini mengingatkan pada perintah Nabi Muhammad untuk mencintai keluarga sucinya.

 

Ketika Nabi Saw berada di tempat tidur dalam kondisi sakit, pria dan wanita Anshar berkumpul di masjid dan menangisi kesedihan karena akan kehilangan Nabi Saw. Ketika berita itu sampai ke Nabi, dia meminta Ali dan Ibn Abbas untuk mengambil tangannya dan membantunya pergi ke masjid.

Nabi, ketika duduk di mimbar, melakukan pujian kepada Allah dan berkata, "Wahai manusia, apa yang membuat Anda menyangkal kematian Nabi Anda? Apakah kematian tidak meliputi saya dan Anda semua? Jika ada yang tetap abadi, aku akan tetap bersamamu selamanya. Ketahuilah bahwa aku akan bergabung dengan Tuhanku, sementara aku telah memberi kamu amanat di antara kamu bahwa jika kamu berpegangan erat dengan mereka, kamu tidak akan pernah disesatkan; Kitab Allah yang berada di tanganmu dan kamu membacanya di pagi dan sore hari dan Itrahku, Ahlulbaitku yang aku rekomendasikan dengan baik tentang mereka kepada kalian..."

Ini adalah pertemuan terakhir yang dihadiri oleh Nabi Islam yang agung. Nabi senang hari itu dapat memetakan jalan masa depan bagi umatnya. Nabi kepada orang-orang yang telah berkumpul di sekitarnya mengatakan, "Wahai manusia, ketahuilah bahwa tidak ada nabi setelah saya dan tidak akan ada Sunnah setelah Sunnahku. Siapa pun yang mengaku sebagai nabi, mengklaim dirinya sendiri dan ia akan berada di Neraka ... Wahai manusia, tegakkan kebenaran, jangan berpencar, dan tetaplah seorang Muslim untuk tetap abadi."


Keberadaan Nabi Muhammad Saw merupakan hujan rahmat Tuhan pada masyarakat manusia dan tiupan nafas kehidupan di dunia. Ketika ia dipromosikan menjadi Nabi, Semenanjung Arab terperosok dalam lautan kebodohan dan korupsi. Nilai-nilai kemanusiaan telah dilucuti dari jubah mereka dan perang, pembunuhan serta penjarahan merupakan cara hidup mereka.

Upaya dua puluh tiga tahun oleh Nabi Saw meninggalkan warisan besar pada umat Islam dalam hal etika, kemanusiaan, sains, kebijaksanaan dan keadilan. Orang-orang yang tidak mengetahui sains dan pengetahuan mereka tertarik untuk belajar dalam terang ajaran Nabi, dan banyak dari mereka menjadi terbiasa dengan membaca dan menulis. Sebuah bangsa yang tidak memiliki peradaban serius, bersama dengan Nabi, bersiap untuk memulai jalan panjang pengembangan ilmiah dan spiritual dan mendirikan lembaga peradaban Islam.

Komunitas manusia di sekolah Nabi Saw berkenalan dengan hakikat keberadaan dan status manusia serta sejumlah manusia paling suci dibesarkan dalam cahaya Islam. Inilah yang digambarkan oleh Fares al-Khoury, politis Kristen Lebanon tentang Nabi Muhammad Saw yang terkasih, "Muhammad adalah salah satu pria terhebat di dunia. Dunia setelahnya belum melihat dirinya seperti apa adanya, dan agama yang dibawanya adalah agama yang paling komprehensif dan lengkap. Muhammad yang ketika Anda mengingatnya ... lebih besar dari tokoh-tokoh terhebat di dunia, baik di masa lalu maupun setelahnya. Dia mampu menyatukan orang-orang Arab dengan semua perbedaan yang mereka miliki dan menciptakan bangsa yang menaklukkan dunia saat ini."


Nabi Suci Islam Saw menghadirkan sistem baru dan paradigma hidup baru serta transenden di mana semua urusan berpusat pada keesaan Allah. Dalam agama ini, solusi baru telah diusulkan untuk hubungan manusia dengan Tuhan, sosial, keluarga, politik, dan hubungan ekonomi.

Poin penting adalah bahwa pada saat itu tidak ada yang menerima Islam karena ketidaktahuan dan kebodohan. Siapa pun yang memeluk Islam tahu bahwa menerima dakwah Nabi akan menjadi awal dari perkembangan penting dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. Seperti perubahan ini tercermin dalam kehidupan umat Islam dan meluas ke seluruh dunia.

Nabi sangat prihatin dengan tuntunan dan keselamatan umat. Belas kasih dan upaya Nabi Saw untuk menyebarkan Islam ke titik di mana Allah telah menyebutkannya dan berfirman, "Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran). (QS. al-Kahf: 6)

Bahkan di saat-saat terakhir hidupnya, ketika Nabi Saw berada dalam kondisi kesehatan yang buruk, ia sangat prihatin dengan status masa depan umat Islam dan kesulitan yang dihadapi umat Islam. Nabi melihat orang-orang munafik Madinah yang mencoba membunuhnya, sedang menunggu kematiannya.

Mereka yang memikirkan monarki juga mengembangkan rencana berbahaya untuk era pasca-Nabi. Pada hari-hari terakhir hidupnya di suatu malam, Nabi dengan salah seorang sahabatnya pergi ke pemakaman Baqi'a dan berdoa untuk para syuhada Islam dan Muslim lainnya.

Pada waktu itu, ia berpaling kepada temannya dan berkata, "Allah telah membebaskan saya antara satu dari dua hal; satu adalah kunci harta dunia dan kehidupan kekal, dan yang lainnya untuk bertemu dengan Tuhanku."

Hari ini, berabad-abad telah berlalu sejak kehadiran pria hebat ini dalam kemanusiaan, tetapi ketika nama dan karakternya diucapkan, sebuah pintu baru dibuka untuk manusia. Nabi Saw telah dimakamkan dan umat Islam setelahnya mengikuti jalan yang menanjak dan menurut serta melewati banyak percobaan.

Tetapi kebenaran agama Islam secara bertahap mulai terungkap dan umat manusia semakin mengetahui tentang ajaran Nabi langkah demi langkah melalui sejarah. Apa yang sekarang tinggal dan disebut-sebut di dunia adalah nama tinggi dan agung Muhammad Saw dan agama Islam yang hidup dan bergerak, yang membuka tempatnya di hati manusia lebih banyak dari sebelumnya.

Semoga kedamaian dan berkah Allah diberikan kepada Muhammad, utusan ilahi terakhir dan atas keluarga sucinya.


Pada saat yang sama dengan peringatan wafat Nabi Saw, diriwayatkan bahwa pada tanggal 28 Shafar 50 Hijriah Qamariah, cucu tercintanya, Hasan bin Ali as juga gugur syahid. Simetri dari dua hari ini mengingatkan pada perintah Nabi Muhammad untuk mencintai keluarga sucinya.

Perintah yang berulang kali dikatakan Nabi, "Aku di Hari Kiamat akan berada di hadapanmu dan kamu akan datang kepadaku di Telaga Kautsar. Sadarilah bahwa aku bertanya kepadamu tentang Tsaqalain. Jadi lihat bagaimana Anda memperlakukan keduanya setelah saya. Karena Allah Yang Maha Mengetahuii telah memberi tahu saya bahwa keduanya tidak akan terpisah sampai bertemu saya."

Imam Hasan as menghabiskan delapan tahun hidupnya dalam kepenuhan cinta dan kasih sayang kakeknya, Nabi Saw dan mempelajari kebenaran dan hakikat ilahi. Terkadang Imam Hasan as bersama Nabi pada saat wahyu turun dan mendengar ayat-ayat ilahi dari lisan kakeknya lalu menyampaikannya kepada ibunya, Sayidah Fathimah as. Kekuatan ingatan dan kemampuan untuk menghapal ayat-ayat dan hadits begitu besar pada diri Imam Hasan, sehingga banyak riwayat Nabi Allah yang dikutipnya tanpa perantara dan tercatat dalam buku-buku hadis.

Suatu hari Imam Ali as membawa putranya, Imam Hasan, kepada Nabi. Nabi sangat senang melihat cucunya sehingga ia memeluk Hasan as lalu menempelkannya di dadanya. Kemudian Nabi mengekspresikan kesukaannya akan cucunyanya dan dihadapan Allah, Nabi berkata, "Ya Allah, sesungguhnya, aku sangat mencintainya. Jadi cintai semua orang yang mencintainya."

 

Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar menilai toleransi antarumat beragama di Iran terjalin harmonis.

Prof. Dr. KH. Abd. Rahim Yunus, MA memandang positif tingkat kerukunan beragama di Iran yang disampaikan berdasarkan pengalamannya mengikuti program sabbatical leave di sejumlah kota di negeri Persia.

Wakil Rektor II UIN Alauddin periode 2007-2011 ini menjelaskan penelitiannya tentang peran negara dalam membangun kerukunan hubungan antarumat beragama melalui toleransi dengan studi kasus Iran.

"Saya temukan, sesungguhnya toleransi di [Iran] sini terjamin," ujar wakil rais PWNU Sulawesi Selatan kepada jurnalis IRIB Indonesia baru-baru ini.

"Saya mengunjungi gereja di Tehran dan Isfahan, juga Kanisah (sinagog) Yahudi, Zoroster dan lainnya. Semua merasa hidup damai, terlindungi oleh negara dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sehingga bisa menjalankan ajaran agamanya dengan baik," tegas Ketua Umum Forum Kerukunan Umat Beragama Sulawesi Selatan.

Menurutnya, tujuan kita bernegara dalam konteks beragama, supaya bisa hidup damai dan nyaman dalam melaksanakan ajaran agama masing-masing. 


Prof. Rahim juga menyampaikan pengalaman menariknya ketika mengunjungi Gorgan di provinsi Golestan, yang terletak 410 kilometer dari Tehran. 

Penulis buku Historiografi Islam ini mengunjungi sejumlah masjid dan pesantren Ahlussunnah. 

Wakil Koordinator Kopertais Wilayah VIII Sulawesi Selatan juga menyampaikan pengalamannya mengakses literatur Sunni di perpustakaan universitas dan pesantren Iran.

"Di al-Mustafa, saya menemukan berbagai buku fiqh seperti kitab-kitab Imam Syafei, juga kitab-kitab tafsir Al-Quran, termasuk Kashaf  [Zamakhsari] yang beraliran Mutazilah, bahkan hingga modernis seperti Rasyid Ridha. Jadi betul-betul ini yang saya kagumi," papar Prof. Rahim selepas menyampaikan ceramah pada peringatan hari santri di Qom, (22/10/2019).  

Selain Gorgan, tokoh NU Sulsel ini dengan antusiasi menceritakan pengalamannya datang ke Mashhad dan kesan positif dari kota ziarah Muslim Syiah dunia, tempat dimakamkan Imam Ridha.

"Saya shalat di masjid tidak ada yang kaget, meskipun saya melakukannya sesuai cara Sunni seperti bersedekap dan lainnya," ungkapnya.

Profesor Rahim Yunus telah lima kali mengunjungi Iran dan mengikuti berbagai kegiatan intelektual di negara ini sejak beberapa tahun lalu.  

Guru Besar yang produktif dengan menghasilkan berbagai karya di antaranya tentang posisi tasawuf dalam sistem kekuasaan di kesultanan Buton pada abad ke-19, buku sejarah Islam pertengahan, buku nazariyat martabat tujuh fi nizam al-mamlakah al-butaniyyah, Islam dalam sejarah keragaman konsep dan Sistem, reconstruction of Islamic civilization history learning at higher education in Indonesia dan lain-lain.

Selain mengikuti program sabbatical leave, KH. Rahim Yunus juga menyampaikan ceramah dalam acara peringatan 'Hari Santri 2019' dengan tema 'Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia' yang digelar atas kerja sama antara Ikatan Pelajar Indonesia di Iran (IPI) Gusdurian Tehran dan Hikmah Institute Almustafa University Qom pada Selasa (22/10/2019). 

 

Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang unsur utamanya adalah milisi Kurdi menyatakan kesiapannya bergabung dengan militer Suriah.

Menurut laporan FNA, Riad Darar, ketua gabungan Dewan Demokratik Suriah, sayap politik SDF hari Kamis (24/10) saat diwawancarai Koran al-Akhbar Lebanon seraya mengisyaratkan kesepakatan antara militer Suriah dan pasukan Kurdi untuk mengijinkan pasukan pemerintah memasuki wilayah Kurdi guna menghadapi agresi militer Turki ke utara Suriah, menekankan, pasukan Demokratik Suriah pada akhirnya akan bergabung dengan militer Suriah.

Mustafa Bali, ketua bidang informasi SDF Kamis malam mengatakan, ketika diterapkan rekonsiliasi nasional di Suriah, kubu ini akan menerima seluruh keputusan yang telah diambil.

Pasca serangan militer Turki ke utara Suriah, SDF meminta pemerintah pusat untuk mengambil alih kontrol wilayah utara Suriah dan melindunginya dari serangan Turki.

Berdasarkan kesepakatan ini, militer Suriah akan mengambil alih seluruh kontrol perbatasan di utara negara ini.

Kantor wilayah Otonomi Kurdi Suriah mengingatkan, "Kurdi Suriah telah mencapai kesepakatan dengan pemerintah pusat yang bertanggung jawab untuk melindungi perbatasan dan memiliki hak kedaulatan negara ini, untuk melawan agresi Turki."

Militer Turki sejak Rabu 9 Oktober selama delapan hari dan dengan dalih melawan terorisme dan membersihkan wilayah perbatasan Suriah dan Turki dari keberadaan milisi Kurdi yang dinilai sebagai teroris oleh Ankara mulai melancarkan agresi militer ke utara Suriah. Invasi ini atas instruksi langsung Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Operasi militer Turki ke utara Suriah dilancarkan dengan lampu hijau dari Amerika Serikat. Di sisi lain, dunia internasional mengecam keras invasi militer Turki ke wilayah utara Suriah.

Petinggi Suriah menekankan, bangsa Suriah akan membela integritas wilayah dan kedaulatan nasionalnya.

Militer Turki sejak tiga tahun lalu berulang kali melanggar wilayah Suriah. 

 

Menyusul pelecehan seorang anggota parlemen Perancis terhadap orang muslimah berhijab, Presiden Emmanuel Macron mendukung tokoh anti Islam ini dan mengklaimbahwa isu hijab tidak ada kaitannya dengan pemerintah.

IRNA melaporkan, Emmanuel Macron Jumat (25/10) seraya menjelaskan bahwa sikap pemerintah di sekolah tetap netral mengatakan, "Bukan tugas pemerintah untuk mengatasi masalah jilbab di ruang publik dan sekolah."

Ketika Macron menyatakan sikap ini, beberapa pekan lalu Julien Odoul, salah satu anggota parlemen dari sayap kanan dan anti Islam merilis video perlakuannya terhadap seorang muslimah berhijab bersama siswa sekolah, di mana ia berusaha memaksa muslimah tersebut melepas hijabnya.

Perlakukan melecehkan anggota parlemen Perancis ini terhadap seorang muslimah yang menyertai anak serta siswa lainnya di wisata ilmiah telah membangkitkan kemarahan dan kekhawatiran di antara muslim negara ini.

Terkait hal ini, sekitar 90 tokoh budaya, ilmiah, sosial dan budayawan Perancis seraya merilis surat terbuka kepada Macron menuntut langkah segera pemerintah mengecam perilaku kekerasan anggota parlemen sayap kanan terhadap seorang musliman berhijab.

Surat ini juga mengecam pemberian tag dan tidak hormat kepada warga Muslim Perancis karena menjalankan ritual keagamaan mereka serta menuntut langkah-langkah untuk melawan perilaku seperti ini. 

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…