کمالوندی

کمالوندی

 

Komandan pasukan militer AS di Asia Barat, Asia Tengah dan Afrika Timur (CENTCOM) mengunjungi Pakistan dan bertemu dengan komandan tentara negara itu untuk membahas hubungan militer antara kedua negara.

Kunjungan mendadak komandan CENTCOM ke Pakistan dilakukan di tengah rumor rencana kunjungan mendatang kepala staf angkatan bersenjata Pakistan ke AS.

Humas Angkatan Bersenjata Pakistan dalam sebuah pernyataan hari Jumat (19/8/2022) mengumumkan bahwa Jenderal Michael Eric Kurilla, Komandan CENTCOM, sebagai kepala delegasi militer AS, bertemu dengan Jenderal Qamar Javed Bajwa, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Pakistan, pada hari Kamis di kota Rawalpindi.

"Para pihak membahas isu-isu yang berkaitan dengan kepentingan bersama, situasi keamanan di kawasan, dan kerja sama AS-Pakistan di bidang militer dan keamanan, khususnya hubungan militer," kata humas angkatan bersenjata Pakistan.

"Selain itu, meninjau upaya Angkatan Bersenjata Pakistan dalam memerangi terorisme," tegasnya.

Dalam pernyataan Humas Angkatan Bersenjata Pakistan, tidak disebutkan masalah sengketa lain antara Islamabad dan Washington, seperti situasi di Afghanistan.

Pakistan telah berulang kali menyatakan penentangannya terhadap pembekuan aset Afghanistan di Amerika Serikat, dan meminta negara ini untuk membantu memperbaiki situasi kritis rakyat Afghanistan daripada menjatuhkan sanksi dan hukuman.

Tentara pendudukan Amerika meninggalkan negara ini pada akhir Agustus 2021 setelah melakukan kejahatan yang tak terhitung jumlahnya dan menghancurkan infrastruktur ekonomi Afghanistan.

Kelompok Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada 15 Agustus 2021.

 

Deputi sekjen Gerakan Perlawanan Islam Lebanon (Hizbullah) menyatakan, muqawama melapangkan jalan kemenangan dan akan mengakhiri era kekalahan.

Selama 22 tahun lalu, dunia menyaksikan bahwa Hizbullah Lebanon dengan memanfaatkan beragam peralatan militer dan perlawanan gagah berani berhasil memberi kekalahan telak kepada militer rezim Zionis dan di dua perang, 2000 dan 2006 juga memberi kekalahan tak terlupakan kepada rezim ilegal ini.

Baru-baru ini, Hizbullah Lebanon mengirim tiga drone ke ladang gas Karish di perbatasan laut yang disengketakan antara Lebanon dan Israel. Pengiriman drone tersebut telah memicu ketakutan dan kekhawatiran Israel.

Seperti dilaporkan IRNA, Sheikh Naim Qassem Minggu (14/8/2022) di pesan Twitternya menulis, 40 tahun sudah Hizbullah menunjukkan perlawanannya yang telah bekerja sama dengan banyak kelompok perlawanan dan partai politik lainnya untuk proyek kebebasan dan kemerdekaan (Lebanon).

Muqawama Lebanon Juni lalu merayakan HUT ke-40 Hizbullah dan menggelar perayaan ini dengan tema "40 Musim Semi".

 

Peran dan pentingnya Letnan Jenderal Syahid Hajj Qassem Soleimani, Komandan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) dalam Poros Perlawanan tidak tersembunyi dari siapa pun, baik itu teman atau musuh, dan kehadiran puluhan juta rakyat Iran dalam tasyi' jenazahnya menunjukkan peran dan posisinya yang sangat penting di mata masyarakat negara ini.

Kemenangan berulang Poros Perlawanan, baik dalam melawan rezim Zionis Israel maupun melawan gerakan dan kelompok-kelompok teroris takfiri yang tidak mungkin diraih oleh banyak negara dan pejabat politik dan militer, menunjukkan peran dan posisinya dalam persamaan militer dan politik di kawasan dan bahkan di dunia. Namun, seiring berjalannya waktu, aspek lain dari peran, karakter dan kemampuan pertahanan yang diprogramkan oleh Syahid Soleimani terungkap.

Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon Sayid Hassan Nasrullah adalah kawan seperjuangan Syahid Soleimani. Dalam film dokumenter berjudul "Dia bersama kami" menjelaskan aspek lain dari peran Syahid Soleimani dalam kemenangan bersejarah Hizbullah pada perang 33 hari melawan  rezim Zionis pada tahun 2006.

Dalam film dokumenter yang ditayangkan pada Sabtu (13/8/2022) malam di saluran 1 televisi Iran, Sayid Nasrullah menjelaskan faktor-faktor yang membuka jalan bagi kemenangan bersejarah Hizbullah Lebanon melawan militer Israel, yang gagal dicapai oleh militer negara-negara Arab baik sendiri atau dengan kerja sama di antara mereka.

Menurut Sayid Nasrullah, kemenangan Hizbullah merupakan hasil dari peran dan kecerdasan para pemimpin Poros Pelawanan dan pandangan ke depan dari perkembangan yang akan datang, yaitu pandangan yang dimulai enam tahun sebelum perang 33 hari dan setelah mundurnya militer rezim Zionis dari Lebanon selatan, yang sebelumnya menduduki daerah tersebut selama hampir dua dekade.

Pada saat itu, para pemimpin Poros Perlawanan, termasuk Syahid Soleimani, telah sampai pada kesimpulan bahwa rezim Zionis tidak akan mentolerir kekalahannya pada tahun 2000 dan akan menyerang dan menduduki Lebanon dalam skala besar pada waktu yang tepat.

 Letnan Jenderal Syahid Hajj Qassem Soleimani
Berdasarkan kesimpluan tersebut, Hizbullah membuat agenda untuk memperkuat dan melengkapi dirinya dengan segala jenis senjata pertahanan baru. Syahid Soleimani bertanggung jawab untuk itu.

Pada saat yang sama, Hizbullah sedang mempersiapkan rencana untuk membebaskan tahanan Lebanon dan Palestina yang mendekam di penjara rezim Zionis setelah penarikan sepihak pasukan rezim ini. Tidak  ada seorang pun atau pihak manapun kecuali Hizbullah yang memikirkan nasib para tahanan itu. Perang -33 hari memberikan kesempatan yang diperlukan bagi Hizbullah untuk membebaskan mereka.

Pembebasan para tahanan itu dan juga kemenangan pasukan Hizbullah dalam melawan militer rezim Zionis sama halnya dengan mencapai kemenangan politik baru. Selain itu, juga menjadi jembatan baru untuk persatuan dan solidaritas antara Hizbullah Lebanon dan rakyat Palestina dan gerakan-gerakan perlawanan Palestina.

Dengan persiapan sebelumnya yang dilakukan oleh para pemimpin Hizbullah Lebanon dan dengan bantuan Syahid Soleimani, mereka memiliki persiapan yang diperlukan dalam segala hal sebelum perang 33 hari, sehingga sebenarnya, rezim Zionis telah jatuh ke dalam perangkap Hizbullah dengan memasuki perang ini.

Selain mengalami kekalahan militer yang berat, rezim Zionis dan bahkan Amerika Serikat (AS) juga mengalami kegagalan besar di sektor intelijen. Sebab, pada masa itu, pemerintahan Bush tidak menyia-nyiakan bantuan apa pun kepada rezim Zionis, namun AS tidak mencapai hasil yang diinginkan, bahkan sebaliknya.

Kegagalan historis rezim Zionis tersebut tidak hanya menyebabkan terciptanya pencegahan baru dan menciptakan persamaan baru di kawasan, tetapi juga menyebabkan rezim ilegal ini bertindak lebih hati-hati terhadap Hizbullah. Contoh kehati-hatian itu adalah perilaku Israel di wilayah gas gabungan Karish sekarang ini. Rezim Zionis tidak berani untuk mengebor gas tersebut karena khawatir akan memicu perang baru seperti perang 33 hari.   

Israel memahami bahwa kemampuan Hizbullah lebih dari pada masa perang 33 hari lalu. Selain memiliki kemampuan yang meningkat di bidang rudal, Hizbullah juga mencapai kemampuan baru di sektor udara dan drone yang bisa dengan cepat melumpuhkan militer Israel.

Senin, 15 Agustus 2022 18:44

Jet Tempur Rezim Zionis Serang Suriah

 

Jet tempur rezim Zionis menyerang daerah Tartus yang terletak di wilayah barat daya Suriah.

Jet tempur rezim zionis melancarkan serangan rudal terhadap sejumlah sasaran di timur dan barat laut Suriah dengan melanggar wilayah udara Lebanon atau melalui Dataran Tinggi Golan yang didudukinya.

Pasukan penjaga perdamaian PBB yang ditempatkan di Lebanon telah berulang kali melaporkan bahwa rezim Zionis melanggar resolusi PBB dan kedaulatan wilayah udara Lebanon setiap hari.

Kantor berita resmi Suriah (SANA) melaporkan bahwa pertahanan udara Suriah menyerang target musuh di langit Tartus.

Menurut laporan, jet-jet tempur rezim Zionis menembakkan beberapa rudal ke arah Suriah dari wilayah udara Lebanon.

Belum ada rincian lebih lanjut yang dilaporkan mengenai serangan ini dan dampak yang ditimbulkannya.

Pada tanggal 2 Juli, rezim Zionis menargetkan beberapa peternakan unggas di sekitar kota Hamidiyah di selatan Tartus dengan beberapa roket dari atas Laut Mediterania di barat Tripoli.

Menurut laporan ini, dua warga sipil Suriah tewas dan seorang wanita terluka dalam serangan ini.

Rezim Zionis selalu menargetkan posisi dan infrastruktur tentara Suriah untuk mendukung teroris. Sejauh ini, tentara Suriah telah berulang kali menemukan pengiriman senjata dan amunisi yang dilakukan oleh tentara rezim Zionis untuk dari kelompok teroris yang berbasis di Suriah.

 

Gerakan Jihad Islam Palestina menilai gugurnya Mohammad al-Shaham di depan keluarganya sebagai contoh nyata dari sifat teroris rezim Zionis.

Militer rezim Zionis menembak seorang pemuda Palestina bernama Mohammed al-Shaham di Kafr al-Aqab, yang terletak di utara Al Quds yang tepat di bagian kepalanya hingga gugur.

Menurut laporan al-Ahed Senin (15/8/2022), Jihad Islam Palestina menyatakan, gugurnya Mohammad Ibrahim al-Shaham di tangan militer rezim Zionis telah membuktikan tingkat kejahatan rezim ilegal ini terhadap rakyat Palestina dan sifat teroris Tel Aviv.

Jihad Islam Palestina menyatakan, pembantaian dan penangkapan besar-besaran di berbagai kota dan desa Palestina pendudukan menunjukkan ketakutan mereka atas eskalasi operasi muqawama, khususnya setelah aksi heroik Quds.

Jihad Islam menegaskan, kejahatan mengerikan ini tidak akan berpengaruh pada tekad rakyat Pelestina untuk meraih kebebasan dari penjajahan dan keinginan mereka untuk melanjutkan jalan muqawama hingga pembebasan tanah air serta tempat suci mereka.

Lebih lanjut kubu muqawama ini optimis, darah warga tak berdosa adalah motivasi kuat untuk melawan tentara rezim Israel dan pemukim Zionis di Tepi Barat dan Quds pendudukan.

Militer Israel Senin pagi melancarkan operasi penangkapan luas di Tepi Barat dan Quds pendudukan, di mana sejumlah tahanan Palestina yang telah bebas dan aktivis Hamas termasuk di antara mereka yang ditangkap.

 

Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian mengatakan, beberapa hari mendatang adalah hari-hari penting terkait kesepakatan nuklir, dan kami menunggu keputusan pihak Amerika terkait isu ketiga.

Perundingan pencabutan sanksi zalim dan ilegal terhadap Iran mengalami kemajuan berkat inisiatif tim juru runding Iran, tapi kelambanan pemerintah Joe Biden untuk mengompensasi langkah ilegal pemerintah Amerika sebelumnya dan berlanjutnya kampanye represi maksimum memunculkan keraguan terkait keseriusan negara ini untuk kembali ke JCPOA dan semakin berlarut-larutnya proses perundingan.

Republik Islam Iran sebagai negara yang bertanggung jawab berulang kali menyatakan, mengingat Amerika sebagai pihak yang melanggar kesepakatan JCPOA, maka Washington yang harus kembali ke kesepakatan ini dengan mencabut sanksi dan komitmen AS akan diverifikasi oleh Tehran.

Putaran terbaru negosiasi pencabutan sanksi zalim terhadap Iran kembali digelar di Wina Kamis (4/8/2022) dan dengan berakhirnya putaran perundingan ini, delegasi Iran kembali ke Tehran.

Sekaitan dengan ini, Menlu Iran, Hossein Amir-Abdollahian Senin (15/8/2022) di pertemuan hangat dengan para wartawan bidang kebijakan luar negeri, seraya mendengarkan masalah dan kekhawatiran para wartawan, juga memaparkan berita terkait perundingan pencabutan sanksi.

Menurut laporan Iran Press, Amir-Abdollahian mengatakan, keputusan pemerintah adalah tidak mengikat negosiasi Wina dengan kehidupan rakyat, jadi kami tidak ingin memberikan negara hitungan mundur tentang negosiasi.

"Di isu nasional, semua pandangan selaras dan baik sayap kanan maupun kiri mengejar kepentingan nasional, di mana hal ini telah memberi kami kekuatan di negosiasi," papar Abdollahian.

Menlu Iran terkait komposisi tim juru runding menjelaskan, "JCPOA adalah hasil dari upaya berbulan-bulan rekan-rekan kami di Departemen Luar Negeri, di mana hal ini dapat dijadikan dokumen pengaduan mendasar, tapi yang berkaitan dengan kami adalah verifikasi dan ini harus dilakukan."

Kepala diplomasi Iran ini menambahkan, mungkin ada masalah dalam negosiasi, jadi kesepakatan yang dicapai adalah hasil kesepakatan tujuh negara, dan dalam teks kami, mungkin ada beberapa kekurangan di dalamnya.

"Jika garis merah kami ditentukan, kami tidak memiliki masalah mencapai kesepakatan; Salah satu alasan berlarut-larutnya negosiasi adalah karena kami tidak ingin melewati batas garis merah," ujar Amir-Abdollahian.

Menlu Iran menjelaskan, pihak Amerika secara lisan menyetujui dua isu Iran, kami menunggu isu ketiga dan hingga pukul 24:00 malam ini, kami akan mengirim usulan kami secara tertulis.

 

Salman Rushdie, penulis buku anti-Islam yang menghujat, telah diserang di atas panggung dalam sebuah acara di New York, menurut media AS.
Kondisi Rushdie tidak segera diketahui, tetapi rekaman video dari insiden itu menunjukkan orang-orang bergegas membantunya setelah dia diserang di acara di Kabupaten Chautauqua.

Seorang pria bergegas ke panggung di Chautauqua Institution dan menyerang Rushdie saat dia diperkenalkan, seorang saksi mengatakan kepada Reuters, menambahkan penyerang kemudian ditahan.

Polisi mengatakan Rushdie menderita luka tusukan di lehernya dan diangkut dengan helikopter ke rumah sakit.

Orang yang mewawancarai Rushdie juga mengalami cedera kepala ringan, kata polisi negara bagian itu.

Rita Landman, seorang ahli endokrin yang hadir di antara penonton, mengatakan bahwa Rushdie memiliki beberapa luka tusukan, termasuk satu di sisi kanan lehernya, dan ada genangan darah di bawah tubuhnya, New York Times melaporkan.

"Orang-orang berkata, 'Dia memiliki denyut nadi, dia memiliki denyut nadi, dia memiliki denyut nadi,'" kata Landman.

Bill Vasu, 72, yang menghadiri acara tersebut, mengatakan dia melihat pria itu bergegas ke Rushdie dan mulai menyerangnya. "Saya hanya bisa melihat tinjunya seperti memukul Salman," katanya.

“Hanya ada satu penyerang,” kata Elisabeth Healey, 75, yang berada di antara penonton. “Dia berpakaian serba hitam. Dia mengenakan pakaian hitam longgar. Dia berlari dengan kecepatan kilat ke arahnya.”

Beberapa saksi mengatakan penyerang dapat mencapai Rushdie dengan mudah, berlari di atas panggung dan mendekatinya dari belakang.

Roger Warner, yang sedang duduk di barisan depan di amfiteater, mengatakan dia melihat seorang pria jangkung dan ramping melompat ke atas panggung dari sisi kiri dan mulai menyerang Salman Rushdie.

Dia mengira pria itu telah meninju wajah Rushdie tiga atau empat kali. Kemudian dia melihat darah. "Dia berlumuran darah dan ada darah mengalir ke lantai," kata Warner. "Saya baru saja melihat darah di sekitar matanya dan mengalir di pipinya."

Rushdie adalah penulis "The Satanic Verses", sebuah novel penghujatan tentang Islam yang diterbitkan pada tahun 1988 yang memicu kemarahan umat Islam di seluruh dunia.

Menyusul penerbitan buku tersebut, Imam Khomeini, pendiri Republik Islam, mengeluarkan fatwa yang menyerukan kematian

 

Ayatullah Khamenei dalam menanggapi surat Sekjen Gerakan Jihad Islam Palestina, menilai perlawanan Jihad Islam yang berani menyebabkan peningkatan posisi gerakan ini dalam perlawanan dan menggagalkan tipu daya rezim Zionis serta menghinakan mereka.

Menurut Pusat Informasi Kantor Pemimpin Besar Revolusi Islam pada hari Kamis (11/08/2022), Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam, dalam menanggapi surat Ziyad al-Nakhalah", Sekretaris Jenderal Gerakan Jihad Islam Palestina, menyebut insiden baru-baru ini menggandakan kehormatan Gerakan Jihad Islam Palestina dan mengangkat posisi Jihad Islam dalam gerakan perlawanan mulia bangsa Palestina.

Menurut Ayatullah Khamenei, "Dengan perlawanan berani Anda, Anda menggagalkan politik licik dari rezim perampas dan membuktikan bahwa setiap bagian dari kelompok perlawanan seorang diri dapat menghancurkan musuh."

"Dengan menghubungkan perjuangan di Gaza dengan Tepi Barat, dan pasukan perlawanan lainnya dengan dukungan mereka untuk gerakan jihad, Anda telah menunjukkan kepada musuh jahat dan licik akan persatuan jihad bangsa Palestina," tambah Ayatullah Khamenei.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran
Ayatullah Khamenei menekankan bahwa semua upaya kelompok Palestina di seluruh tanah Palestina harus menjaga persatuan, dan mencatat, musuh perampas semakin lemah dan Perlawanan Palestina semakin kuat, dan kami masih di sisi Anda.

Dalam suratnya kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ziyad al-Nakhalah menunjukkan partisipasi luas Mujahidin Palestina, khususnya Gerakan Jihad Islam dan sayap militernya, Brigade al-Quds, di seluruh Palestina, terutama di Gaza dan Tepi Barat.

Menurutnya, "Dengan kehadiran berbagai brigade perlawanan jihad, tidak satu hari pun akan berlalu, kecuali terjadi ada konflik dengan rezim Zionis di Tepi Barat.

Dalam menggambarkan situasi di Gaza, Sekretaris Jenderal Gerakan Jihad Islam menunjuk pada perlawanan kuat wilayah ini melawan rezim pendudukan dan tentang bentrokan tiga hari baru-baru ini, Ziyad al-Nakhalah mengatakan, "Kami menyebut bentrokan ini "Wahdah al-Sahaat" (Persatuan Medan Tempur) untuk menekankan persatuan bangsa kita melawan musuh yang berusaha menghancurkan persatuan ini dengan semua kekuatan dan konspirasinya."

Siapa Pemenang Sejati Perang Tiga Hari Gaza ?
Ziyad al-Nakhalah menekankan bahwa dalam perang ini seluruh tanah Palestina yang diduduki berada di bawah jangkauan rudal perlawanan Jihad Islam.

"Pertempuran ini mengganggu prediksi rezim Zionis sedemikian rupa sehingga mereka dipaksa untuk menuntut gencatan senjata dalam waktu tiga hari dan tunduk pada syarat yang diajukan Perlawanan," ujar Sekjen Gerakan Jihad Islam.

Sekretaris Jenderal Jihad Islam menyebut rencana musuh untuk menciptakan perpecahan di antara pasukan Perlawanan dan menambahkan, "Mereka mengumumkan bahwa tujuan perang hanyalah Jihad Islam, tetapi Jihad Islam, dengan perjuangannya yang kuat dan berani, membangkitkan keheranan dan dukungan dari semua kekuatan Perlawanan di kawasan dan dunia. Dan itu disetujui dan didukung oleh rakyat Palestina dan semua organisasi Perlawanan dan di puncaknya adalah gerakan Hamas."

Sekjen Jihad Islam menyebut pencapaian perlawanan ini sebagai awal dari kemenangan yang lebih besar bagi bangsa Palestina di masa depan dan berterima kasih atas peran gerakan Hizbullah di bawah kepemimpinan Sayid Hassan Nasrallah, serta dukungan dan pengakuan Iran di semua dimensi dari Rahbar dan bimbingan Pemimpin Besar Revolusi Islam, dan mencatat, "Jika tanpa dukungan dan pendirian Anda yang berkelanjutan, kemenangan ini dan kemenangan masa lalu tidak akan tercapai."

 

Di awal kedatangannya di provinsi Kerman, Presiden Republik Islam Iran menekankan, Syahid Soleimani adalah simbol perlawanan dan sumber kebanggaan bagi Iran dan dunia Islam.

Menurut Pusat Informasi Kepresidenan, Sayid Ebrahim Raisi, Presiden Republik Iran hari Kamis (11/08/2022) setibanya di provinsi Kerman mengatakan, "Kerman adalah tempat lahir pria dan wanita besar dari penyair, penulis, seniman dan tokoh ilmiah terkemuka."

Memperingati memori dan nama Syahid Qassem Soleimani, Presiden Raisi menambahkan, "Syahid Soleimani adalah simbol perlawanan dan sumber kebanggaan bagi Iran dan dunia Islam."

"Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut Syahid Soleimani sebagai maktab yang harus selalu diperhatikan oleh semua orang," ujar Raisi.

Mengacu pada fakta bahwa provinsi Kerman telah menyumbangkan lebih dari 6.500 syahid dan lebih dari 19.000 veteran kepada Republik Islam dan menyebut provinsi ini sebagai ibu kota perlawanan.

Raisi: Iran Tolak Perubahan dalam Geografi Politik Regional
Menggambarkan kapasitas provinsi Kerman di bidang-bidang seperti pertanian, hortikultura, pertambangan, berbagai pusat ilmiah, sumber daya manusia yang efisien dan muda, Raisi mengatakan, "Kerman harus dinobatkan sebagai surga pertambangan Iran, dan provinsi ini juga memiliki kapasitas yang sangat luas di bidang pariwisata, dan yang paling penting dari semua kapasitas ini adalah tenaga kerja yang efisien, muda dan terdidik serta keberadaan sekitar 100 pusat universitas, pendidikan tinggi dan pelatihan tenaga kerja di provinsi ini."

 

Khatib shalat Jumat Tehran menekankan untuk mendapatkan jaminan yang diperlukan dalam negosiasi bagi mencabut sanksi Amerika Serikat yang kejam terhadap Iran.

Mengacu pada proses negosiasi untuk mencabut sanksi AS yang kejam terhadap Iran, Ayatullah Kazem Sedighi dalam khutbah Jumat Tehran mengatakan, "Republik Islam Iran terus memenuhi kewajibannya dan sebaliknya. pihak yang melanggar janji adalah mereka dan tidak mematuhi perjanjian internasional JCPOA."

Khatib shalat Jumat Tehran juga menyinggung serangan baru-baru ini dari rezim Zionis dan kejahatan rezim pendudukan ini terhadap rakyat Palestina.

Menurutnya, "Pada suatu waktu, Zionis Israel mampu menang melawan negara-negara Arab dalam Perang Enam Hari, tetapi dengan lahirnya Hizbullah di Lebanon, dalam Perang 33 Hari, legenda Zionisme yang tak terkalahkan itu terbantahkan oleh senjata-senjata kuat dari Perlawanan."

"Dalam perang baru-baru ini, meskipun semua pasukan Perlawanan tidak terlibat di medan tempur, Jihad Islam berhasil memaksa orang-orang zionis untuk berlindung di sarang mereka dengan meluncurkan ratusan rudal dan roket dari jalur Gaza, dan akhirnya terpaksa untuk berkompromi dan melakukan gencatan senjata.

Khatib shalat Jumat Tehran tidak lupa menyinggung soal peluncuran satelit Iran Khayyam.

"Mengirim satelit ini ke luar angkasa adalah salah satu pencapaian ilmiah baru Iran, yang diraih dengan kesadaran, harapan, tawakal, persatuan, berwilayah, dan keyakinan dalam memajukan tujuan negara," pungkas Ayatullah Sedighi.