
کمالوندی
Rusia: NATO Siap Benarkan Penggunaan Senjata Nuklir
Departemen Luar Negeri Rusia menyatakan bahwa dalam waktu dekat, negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan membenarkan penggunaan senjata nuklir.
Amerika Serikat menjatuhkan bom nuklir pertama kali di dunia di kota Heroshima Jepang pada 6 Agustus 1945 dan tiga hari kemudian pada 9 Agustus 1945, menjatuhkan bom atom lainnya di kota Nagasaki.
Alasan penggunaan bom atom tersebut adalah untuk memaksa Kekaisaran Jepang menyerah di Perang Dunia Kedua.
Serangan tersebut merupakan satu-satunya penggunaan senjata nuklir di sejarah umat manusia hingga saat ini.
Seperti dilaporkan berbagai media, Andrey Belousov, deputi delegasi Rusia di Konferensi membahas NPT mengatakan, komunitas non-proliferasi nuklir (NPT) masih perlu menganalisis implikasi dari situasi ini, yang memaksa kita untuk melihat secara berbeda status anggota non-nuklir blok ini, terutama mereka yang di wilayahnya ditempatkan senjata nuklir AS.
Diplomat Rusia ini seraya merujuk bahwa Moskow sebelumnya mendengar statemen yang menyatakan bahwa metode ini tidak melanggar NPT dan bahwa menjalankan misi tersebut telah disepakati selama tahap persiapan perjanjian NPT.
Deputi delegasi Rusia di konferensi membahas NPT menyebut alasan seperti ini untuk menjustifikasi langkah-langkah yang melanggar isi vital NPT yang diakui sebagai landasan keamanan internasional. Ia menambahkan, jika kita merangkum semua fakta ini, dapat disimpulkan bahwa di masa depan kita dapat mengharapkan negara-negara anggota NATO untuk membenarkan penggunaan senjata nuklir.
Sekjen PBB, Antonio Guterres hari Sabtu lalu di pidatonya memperingati perdamaian Hiroshima menekankan bahwa senjata nuklir tidak rasional dan meminta kekuatan dunia menghilangkan opsi nuklir dari meja.
Kondisi Memprihatinkan Demokrasi di Amerika Serikat
Presiden AS Joe Biden menghabiskan hampir dua jam minggu lalu di salah satu periode tersibuk kepresidenannya untuk bertemu dan berbicara dengan sekelompok akademisi yang menyampaikan peringatan tentang keadaan demokrasi yang sangat memprihatinkan di dalam Amerika Serikat dan di luar negeri.
Dalam percakapan 4 Agustus, sejarawan menggambarkan saat ini sebagai salah satu waktu paling berbahaya dalam sejarah modern untuk pemerintahan yang demokratis.
Mereka membandingkan ancaman yang dihadapi Amerika Serikat dengan periode sebelum Perang Saudara dan gerakan pro-Fasis sebelum Perang Dunia II.
Para sejarawan ini menunjuk pada hal-hal seperti serangan 6 Januari di US Capitol, penolakan terus-menerus terhadap hasil pemilu 2020 oleh sejumlah Republikan, terutama mantan Presiden AS Donald Trump, dan upaya penyangkalan pemilu untuk mencalonkan diri.
Ini bukan pertama kalinya peringatan serius diberikan tentang prospek suram demokrasi Amerika Serikat.
Pada dasarnya, gagasan ilusi tentang keberadaan demokrasi di Amerika, mengingat perkembangan beberapa tahun terakhir di negara ini, yaitu pemilihan umum presiden pada November 2020 dan peristiwa-peristiwa setelahnya, telah dipertanyakan sepenuhnya.
Donald Trump, presiden saat itu dan kandidat Partai Republik dalam pemilu ini, telah berulang kali mempertanyakan proses pemilu, termasuk cara pemungutan suara dan kesahihan suara pemilu, sebagai salah satu simbol demokrasi yang paling jelas, selama kampanye pemiu melawan lawan Demokratnya, Joe Biden.
Dan akhirnya, setelah kekalahan dalam pemilu Amerika Serikat, dia tidak hanya mempertanyakan hasilnya, tetapi sebagai kepala eksekutif, menggambarkan keberadaan demokrasi di Amerika Serikat sebagai kebohongan nyata.
Pada tahap selanjutnya, dengan mendorong para pendukungnya untuk menyerang Kongres AS pada 6 Januari 2021, Trump sebenarnya bertujuan untuk melakukan semacam kudeta di AS dan menurut banyak analis, menciptakan situasi yang mirip dengan keadaan demokrasi di beberapa negara berkembang atau negara-negara terbelakang di AS.
Trump menyebabkan krisis politik yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan menyebut sistem pemilu Amerika korup dan terjadi kecurangan yang luas dalam pemilu ini.
Karena banyaknya tuduhan terhadap Trump, terutama upaya untuk menghancurkan dokumen pemerintah dan tidak menyerahkannya ke Arsip Nasional AS, Polisi Federal AS (FBI) menggeledah vila pribadinya di Florida untuk pertama kalinya dalam sejarah AS. Isu tersebut memancing reaksi para pendukungnya, termasuk beberapa Republikan.
Presiden AS Joe Biden menghabiskan hampir dua jam minggu lalu di salah satu periode tersibuk kepresidenannya untuk bertemu dan berbicara dengan sekelompok akademisi yang menyampaikan peringatan tentang keadaan demokrasi yang sangat memprihatinkan di dalam Amerika Serikat dan di luar negeri.
Setelah pengumuman Trump bahwa rumahnya digeledah oleh agen federal, yang dinyatakan sebagai penggerebekan olehnya, ancaman dan permintaan untuk mengangkat senjata di setiap sudut Amerika Serikat telah meningkat di halaman virtual oleh ekstrem kanan.
Reaksi kekerasan ini termasuk ancaman terhadap agen federal dan bahkan pembunuhan Jaksa Agung AS Merrick Garland.
Christopher Ray, direktur BA menyebut ancaman terhadap petugas dan pelaksana hukum sebagai berbahaya setelah penggeledahan rumah Trump oleh agen polisi federal.
Masalah ini menunjukkan bahwa bahkan isu independensi lembaga hukum telah dipertanyakan di Amerika Serikat.
Isu lain yang mempertanyakan dasar demokrasi di Amerika adalah upaya pembatasan hak pilih, terutama bagi minoritas dan orang kulit berwarna.
Setelah pemilu presiden AS November 2020, upaya Partai Republik untuk membatasi hak suara, terutama untuk ras minoritas seperti kulit hitam dan Latin, telah menjadi arena konfrontasi dengan Demokrat.
Dalam satu setengah tahun terakhir, legislator Republik telah menempatkan persetujuan RUU pembatasan pemungutan suara dalam agenda mereka dan mampu meloloskan RUU yang diinginkan di majelis negara bagian beberapa negara bagian, seperti Texas.
Presiden AS Joe Biden menyebut RUU ini sebagai pelanggaran nyata dan menganggapnya sebagai upaya bagi menekan hak rakyat untuk memilih di Amerika Serikat dan pemilihan umum yang bebas.
Bagaimanapun, jika sampai sekarang Amerika Serikat mengklaim sebagai pemimpin sistem demokrasi liberal di dunia, perkembangan beberapa tahun terakhir menunjukkan betapa demokrasi di negara ini dalam kesulitan dan terancam.
Kamala Harris, Wakil Presiden Amerika Serikat
Masalah ini telah berkembang ke titik bahwa Kamala Harris, Wakil Presiden Amerika Serikat, juga telah mengumumkan bahaya dalam hal ini.
Dalam wawancara akhir Desember 2021, menanggapi pertanyaan apa ancaman keamanan nasional terbesar bagi Amerika, Harris mengatakan, "Kondisi lemahnya demokrasi di Amerika Serikat merupakan ancaman keamanan bagi negara ini."
Israel Lakukan Gencatan Senjata, Warga Gaza Rayakan Kemenangan
Warga Palestina di Jalur Gaza turun ke jalan setelah kelompok-kelompok perlawanan berhasil memaksakan tuntutan mereka terhadap rezim Zionis Israel dan dilakukan gencatan senjata.
Menurut Shehabnews, sejumlah besar warga Gaza merayakan pelaksanaan gencatan senjata yang diberlakukan terhadap rezim Zionis pada Senin (8/8/20220 pagi, sambil memegang dan mengibarkan bendera Palestina.
Kegembiraan rakyat Gaza karena berhasil memaksa rezim Zionis untuk menyetujui perjanjian gencatan senjata terjadi setelah pasukan perlawanan menembakkan lebih dari 700 rudal ke wilayah pendudukan sejak hari Jumat sebagai balasan atas serangan Israel ke Gaza. 58 distrik Zionis berada di bawah tembakan rudal tersebut.
Perjanjian gencatan senjata dilaksanakan pada Minggu malam pukul 23.30 waktu setempat dengan mediasi Mesir dan Qatar.
Sejak hari Jumat, militer rezim Zionis memulai babak baru serangan terhadap Gaza, yang telah menyebabkan 44 warga Palestina, termasuk dua komandan Gerakan Jihad Islam Palestina, 15 anak dan dua perempuan gugur syahid, dan lebih dari 360 orang terluka.
Di antara para syuhada adalah Komandan Saraya al-Quds untuk Zona Utara Tayseer al-Ja'bari 'Abu Mahmud. Gugurnya Tayseer menyebabkan serangan basalan Jihad Islam Palestina menjadi lebih intens.
Hizbullah: Rudal Perlawanan Paksa Zionis Menerima Gencatan Senjata
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon Sayid Hasan Nasrullah mengatakan, jelas bahwa hari ini adalah Israel yang mencari gencatan senjata, karena tidak mampu menahan lebih banyak rudal, dan rudal-rudal perlawanan telah memaksa rezim Zionis untuk menerima perjanjian gencatan senjata.
"Saya menekankan keberanian Palestina untuk menanggapi (serangan), sebab, jika pembunuhan terhadap Tayseer al-Ja'bari tidak direspons, rezim Zionis akan terus melakukan kejahatan seperti ini," kata Sayid Nasrullah pada Minggu (7/8/2022) malam seperti dlansir IRNA.
Dia menambahkan, perlawanan dan stabilitas rakyat Gaza harus dipuji.
"Perlawanan di Palestina, seperti di Lebanon, mampu membela bangsanya dan membuktikan persamaan baru dalam mendukung dan menghalangi serta memaksakan kondisinya pada musuh Zionis," tegasnya.
Penyataan Sayid Nasrullah dilontarkan setelah rudal-rudal perlawanan Palestina berhasil memaksa rezim Zionis untuk menerima perjanjian gencatan senjata.
Perjanjian gencatan senjata dilaksanakan pada Minggu malam pukul 23.30 waktu setempat dengan mediasi Mesir dan Qatar.
Sejak hari Jumat, militer rezim Zionis memulai babak baru serangan terhadap Gaza, yang telah menyebabkan 44 warga Palestina, termasuk dua komandan Gerakan Jihad Islam Palestina, 15 anak dan dua perempuan gugur syahid, dan lebih dari 360 orang terluka.
Serangan Terbaru Israel, 45 Warga Palestina Gugur dan 1746 Rumah Rusak
Kantor informasi pemerintah di Jalur Gaza mengumumkan bahwa serangan militer rezim Zionis Israel selama tiga hari telah menyebabkan 45 warga Palestina gugur syahid dan ratusan lainnya terluka.
Serangan militer Zionis juga menyebabkan 18 unit rumah hancur total dan 71 unit lainnya rusak parah dan tidak bisa lagi untuk ditinggali. 1.675 unit rumah lainnya rusak sebagian, namun dapat dihuni setelah kerusakan diperbaiki.
Menurut FNA, kantor informasi pemerintah di Gaza dalam sebuah pernyataan pada hari Senin (8/8/2022) meminta masyarakat internasional untuk mencabut blokade Gaza dan memberikan izin masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah ini.
Disebutkan bahwa operasi rekonstruksi Gaza menghadapi masalah keuangan dan tidak ada sponsor kecuali Qatar dan Mesir.
Uni Eropa dan negara-negara sahabat dan saudara diminta untuk memberikan dukungan keuangan untuk rekonstruksi Gaza. Mesir juga diminta untuk mengadakan konferensi internasional guna mengumpulkan bantuan keuangan untuk rekonstruksi wilayah Palestina yang diblokade rezim Zionis Israel itu.
Jet-jet tempur rezim Zionis membombardir daerah-daerah di Gaza mulai Jumat malam, yang mendapat tanggapan dari kelompok-kelompok perlawanan. 360 warga Palestina dilaporkan terluka dalam serangan tersebut.
Akhirnya, ratusan rudal kelompok perlawanan Palestina yang ditembakkan ke wilayah pendudukan telah memaksa rezim Zionis untuk menerima perjanjian gencatan senjata pada Minggu malam pukul 23.30 waktu setempat dengan mediasi Mesir dan Qatar.
Serangan Zionis di Gaza menuai gelombang kecaman di tingkat internasional, terutama di dunia Islam. Negara-negara, para pejabat, dan para tokoh menekankan perlunya penghentian serangan tersebut, dan tanggung jawab Israel atas kejahatan mengerikan ini.
Asyura, Rakyat Iran Tenggelam dalam Duka
Hari ini, Senin, 10 Muharam 1444 H/8 Agustus 2022 adalah hari memperingati Asyura. Rakyat Republik Islam Iran tenggelam dalam duka mengenang kesyahidan Imam Husein as, cucu tercinta Rasulullah Saw.
Bendera merah kebebasan dan kebanggaan yang membawa semangat Huseini berkibar di seluruh wilayah Republik Islam Iran. Warga negara ini menghadiri acara dan majelis duka untuk mengenang Tragedi Karbala yang menimpa keluarga Nabi Muhammad Saw.
Masyarakat di Republik Islam Iran dari berbagai kalangan dan usia memenuhi majelis-majelis duka yang digelar di masjid, huseiniyah, pusat-pusat ziarah, lapangan, bundaran dan tempat-tempat umum lainnya.
Selain mendengarkan ceramah dan berdoa bersama di majelis-majleis duka, mereka juga mengadakan acara pawai Muharam di jalan-jalan sebagai bentuk ungkapan kesedihan atas tragedi yang menimpa keluarga Nabi Muhammad Saw.
Tanggal 10 Muharam 61 H, Imam Husein as, cucu tercinta Rasulullah Saw dan keluarga beserta para pengikutnya gugur syahid dibantai oleh pasukan Umar bin Saad di Padang Karbala. Imam Husein as gugur pada usia 57 tahun.
Meski telah berlalu berabad-abad, namun peristiwa heorik itu tidak pernah berkurang urgensi dan kedudukannya, bahkan semakin berlalu, pesan Asyura justru semakin tersebar luas.
Kebangkitan Imam Hussein melawan pemerintahan tiran Yazid bertujuan untuk menjaga kelangsungan agama Islam yang terkena erosi kerusakan di berbagai sendi kehidupan masyarakatnya.
Oleh karena itu, motivasi perjuangan cucu tercinta Rasulullah Saw ini demi menjaga kesucian Islam dari berbagai penyimpangan yang dilakukan penguasa lalim di masanya. Imam Husein bangkit melawan Yazid bin Muawiyah bukan karena menghendaki kekuasaan, tapi karena ketulusannya membela ajaran agama Islam dan mengembalikan umat Islam dari berbagai penyimpangan.
Imam Hussein dalam salah satu munajatnya berkata,"Ya ilahi, Engkau tahu tujuan kebangkitanku bukan bersaing untuk meraih kekuatan politik atau merebut kekayaan dan kemegahan dunia. Tetapi motif utama kebangkitanku demi menghidupkan kembali ajaran-Mu, mengibarkan tanda-tanda keagungan agama-Mu dan memperbaiki urusan di muka bumi. Kami akan membela hak-hak mereka yang dilanggar dan mengembalikannya kepada mereka. Kami akan mengikuti aturan yang telah Engkau wajibkan kepada para hamba-Mu untuk mengikutinya..."
Imam Husein dalam munajatnya ini dan berbagai perkataannya yang lain memiliki motif ketuhanan yang terlihat jelas di berbagai bidang, termasuk dalam gerakan perlawanannya menghadapi rezim lalim Yazin bin Muawiyah.
Menlu Iran: Rezim Zionis hanya Mengerti Bahasa Kekuatan
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Hossein Amir Abdollahian mengatakan, rezim Zionis Israel hanya mengerti bahasa kekuatan.
Hal itu dikatakan Amir Abdollahian ketika merespons serangan terbaru rezim Zionis ke Jalur Gaza yang dimulai pada hari Jumat, 5 Agustus 2022.
"Badan diplomatik Republik Islam Iran telah melakukan konsultasi dan pembicaraan dengan para sekutu dan negara-negara tetangganya, dan mengutuk kejahatan rezim Zionis serta akan selalu mendukung perlawanan aktif yang bisa mencegah kejahatan-kejahatan penjajah," tulis Amir Abdollahian di instagram.
Dia menambahkan, rezim Zionis, yang berusaha untuk menyebarkan kejahatan mereka dari laut ke sungai, hari ini telah membangun tembok di sekitar mereka yang terisolasi total, dan dari waktu ke waktu, untuk menutupi krisis di wilayah pendudukan, mereka melakukan serangan membabi buta terhadap perempuan dan anak-anak Palestina, dan setiap kali mereka kalah, mereka melanjutkan pembangunan tembok di sekitar mereka.
Menlu Iran telah mengadakan percakapan telepon dengan mitranya dari Qatar, Suriah dan Lebanon, juga dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk membahas serangan terbaru Israel ke Gaza.
Amir Abdollahian juga mengirim surat yang ditujukan kepada Menlu negara-negara Islam dan Muslim, Sekjen PBB, Sekjen Organisasi Kerja Sama Islam, Ketua Gerakan Non-Blok dan Sekjen Uni Afrika, untuk mengungkapkan keprihatinan mendalam Iran mengenai peristiwa terkini di Gaza.
Sejak hari Jumat, militer rezim Zionis memulai babak baru serangan terhadap Gaza dan sejauh ini telah menyebabkan 44 warga Palestina, termasuk dua komandan Gerakan Jihad Islam Palestina, 15 anak dan dua perempuan gugur syahid, dan lebih dari 360 orang terluka.
Gerakan Jihad Islam Palestina mengumumkan pada Sabtu malam bahwa kesepakatan telah dicapai mengenai rencana Mesir yang menjadi penengah untuk melakukan gencatan senjata, yang telah segera memasuki tahap implementasi.
Lagi, Tentara Rezim Zionis Serbu Tepi Barat
Pasukan rezim Zionis kembali menyerang beberapa daerah di Tepi Barat Sungai Yordan, serta melukai dan menangkap beberapa warga Palestina.
Kantor berita Palestina Shahab pada Rabu (3/8/2022) malam melaporkan bahwa pasukan Zionis menyerang daerah Al-Sharqiya di Nablus, yang terletak di Tepi Barat Sungai Yordan dengan 30 kendaraan lapis baja.
Kantor berita ini juga melaporkan penangkapan dua pemuda Palestina oleh tentara Zionis dan bentrokan di pintu masuk kamp Al-Dahisheh di selatan Betlhehem, di Tepi Barat.
Dilaporkan, sejumlah warga Palestina terluka dalam bentrokan tersebut.
Tareq Ezzeddin, Juru Bicara Gerakan Jihad Islam Palestina mengutuk kejahatan rezim pendudukan Zionis dan menyatakan bahwa cepat atau lambat Zionis akan menghadapi balasan atas tindakannya itu.
Hizbullah: Jika Tahu Senjata Kami, Israel Tak akan Bisa Tidur
Anggota Dewan Eksekutif Hizbullah Lebanon mengatakan, jika orang-orang Israel tahu apa yang sudah disiapkan Hizbullah untuk fasilitas minyak dan militer Tel Aviv, pasti mereka tidak akan bisa tidur.
Syeikh Nabil Kaouk, Kamis (4/8/2022) menuturkan, "Video yang dipublikasikan Pusat Informasi Perang Perlawanan Islam, Al I'lam Al Harbi beberapa hari lalu, adalah pesan tegas bagi Israel, bahwa Hizbullah siap dan sudah menyiapkan rudal-rudalnya untuk anjungan gas lepas pantai Karish, dan wilayah-wilayah setelahnya."
Ia menambahkan, "Jika para pemimpin musuh mengetahui apa yang sudah disiapkan Hizbullah untuk fasilitas-fasilitas strategis minyak, gas dan militernya, maka mereka tidak akan bisa tidur di malam hari."
Syeikh Kaouk menegaskan, "Sebelumnya Lebanon menunggu dan meminta bantuan Amerika Serikat, tapi sekarang perimbangan sudah berubah. Sekarang berkat perimbangan Hizbullah, Israel lah yang menunggu dan mencari bantuan AS."
"Sehubungan dengan ini, Ketua Kabinet Zionis dengan tegas dan terbuka meminta AS berusaha segera mencapai kesepakatan penentuan garis batas laut dengan Lebanon, karena mereka takut atas kekuatan Hizbullah, dan tahu janji Sekjen Hizbullah, Sayid Hassan Nasrullah adalah benar," pungkasnya.
Imam Husein as dalam Karya Pemikir Ahli Sunnah
Kesyahidan Imam Husein as bukan hanya menciptakan kehangatan di hati orang-orang Syiah yang tidak akan pernah padam, tetapi juga menjadi sumber hidayah bagi banyak pencari kebebasan dari berbagai agama dan kepercayaan di dunia. Sepanjang sejarah, banyak pemikir dengan agama yang berbeda telah berbicara tentang kebangkitan Asyura.
Pada kesempatan kali ini, kita akan berbicara tentang tokoh-tokoh dari Ahli Sunnah yang hatinya melekat pada cinta Ahlul Bait Nabi Saw. Abbas Mahmoud Akkad adalah seorang penyair, penulis, sejarawan dan jurnalis Mesir yang memiliki buku-buku yang memperkenalkan Ahlul Bait dan Imam Husein as. Abbas Mahmoud al-Akkad adalah salah satu pelopor sastra kontemporer di Mesir. Ia mampu menulis lebih dari seratus buku dan ribuan artikel di berbagai bidang dengan jiwanya yang puitis dan lembut.
Abbas Mahmoud al-Akkad
Akkad muncul dari masa remajanya dengan kepribadian yang kuat, kecerdasan yang kaya, dan mampu menaklukkan ilmu pengetahuan yang tinggi. Untuk alasan ini, ia mengembangkan pemikirannya dan dengan menjalin hubungan dengan para pemikir kontemporer dan belajar bahasa Inggris, Jerman, dan Prancis, sehingga ia diperhatikan oleh para tokoh waktu itu. Pada tahun 1934, sekelompok ilmuwan, penulis, jurnalis, dan tokoh politik mengadakan pertemuan untuk melindungi upaya ilmiah dan sastranya dan menghormatinya.
Ahlul Bait as dalam pendapat ulama Sunni berdasarkan Shuri ayat 33 yang mengatakan, “Katakanlah, ‘Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali mencintai keluargaku’.” Keluarga Nabi selalu memiliki keistimewaan dan kedudukan yang tinggi. Abbas Mahmoud al-Akkad juga meninggalkan banyak karya di bidang ini. Dia telah memperkenalkan Nabi Saw dalam buku “Abqariyyah Muhammad” dan fajar kenabian dalam “Matla al-Nur”.
Buku “Husein Abu al-Syuhada” adalah tentang asal-usul gerakan Asyura dan karakteristik Bani Hasyim dan Bani Umayah. Dalam buku ini, dia menganggap posisi Imam Husein as begitu tinggi sehingga dia tidak membiarkan dirinya membandingkannya dengan Yazid. Karena Yazid tidak memiliki keutamaan untuk dibandingkan dengannya. Oleh karena itu, ia menulis, “Saya tidak mencoba membandingkan Husein dan Yazid. Karena menurut karakteristik pribadi mereka, tidak ada alasan untuk perbandingan ini. Karena bagi Yazid, tidak ada keutamaan baik kecil atau besar. Sedangkan Husein as tidak memiliki kekurangan, bahkan menurut pengakuan orang-orang seperti Muawiyah. Ketika Muawiyah meminta pengikutnya untuk menulis sesuatu yang merendahkan Husein, mereka berkata, "Tidak ada ruang untuk kekurangan Husein.”
Dari sudut pandang Akkad, Husein as berasal dari keluarga yang tumbuh di atas prinsip keadilan dan keadilan dan berusaha untuk mendirikan Imamah yang religius, sementara keluarga Umayah mencari kesempatan untuk membentuk pemerintahan duniawi dan mencapai tujuan duniawi mereka. Dalam menggambarkan karakteristik kedua keluarga ini, Akkad menyebutkan bahwa keluarga Bani Hasyim tinggal di Mekah dan melayani orang-orang, tetapi keluarga Umayyh berpindah-pindah kota untuk mendapatkan lebih banyak kekayaan duniawi, dan ketika Mekah ditaklukkan, Abu Sufyan dan putranya Muawiyah, rupanya masuk Islam.
Bahkan kemenangan ini dianggap duniawi, ketika Abu Sufyan berkata kepada Abbas, paman Nabi, "Betapa besar kerajaannya" Abbas berkata, "Tidak ada kerajaan dan monarki, sebaliknya, itu adalah kenabian.” Akkad meyakini bahwa perjuangan antara Bani Umayah dan Bani Hasyim berlanjut hingga mencapai titik perbedaan dimana tidak ada gambaran tentang ikatan antara keduanya.
Pertentangan ini tidak pernah berhenti dan terus berlanjut dari generasi ke generasi, meskipun sempat menghilang pada masa Rasulullah Saw dan pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar, namun manifestasi perbedaan antara dua keluarga ini dan perbedaan utama telah muncul di bidang yang berbeda, termasuk satu keluarga melayani dan satunya lagi mengkhianati, yang satu tidak bergantung pada dunia dan bersikap dermawan kepada yang membutuhkan yang satunya lagi mengumpulkan kekayaan dan harta benda, mementingkan diri sendiri, dan mencari untung. Kedua keluarga ini adalah dua perwakilan dari kebajikan dan kejahatan dan telah menunjukkan diri mereka dalam sejarah.
Muhammad Shafi Deobandi
Selain itu Akkad, ada Muhammad Shafi Deobandi, seorang ahli hukum, penulis, penyair, penulis Pakistan bermazhab Hanafi. Ia lahir di Deoband pada tahun 1897 dan lulus dari Darul ‘Ulum Deoband pada tahun 1917, di mana ia mengajar Hadits dan menjabat sebagai Grand Mufti. Mufti Besar Pakistan ini telah menulis sebuah buku tentang Asyura dan pergerakan Imam Husein as berjudul “Syahid Karbala”. Yang membedakan bukunya dengan buku-buku lain adalah pernyataannya dalam pendahuluan buku, yang menyatakan bahwa dia mengumpulkan isi buku hanya melalui narasi yang benar dan terdokumentasi.
Maulana Muhammad Shafi Deobandi, dalam buku “Syahid Karbala” dalam deskripsi kekejaman dan kejahatan Muawiyah putra Abu Sufyan, dan perannya dalam kesyahidan Imam Husein as menulis, “Abdullah bin Muslim menulis surat kepada Yazid dan menyatakan di dalamnya bahwa “Muslim bin Aqil” datang ke sini dan mengambil sumpah setia dari orang-orang untuk Husein ra dan menambahkan, “Jika Anda membutuhkan Kufah dan menginginkannya menjadi milik Anda, segera kirim orang yang kuat dan cakap ke sini yang bisa menjalankan keputusan.” Penguasa saat ini Numan bin Bashir adalah lemah.
Orang lain, seperti Ammarah bin Walid dan Amr bin Said bin Abi Waqqas dan ..., menulis dan mengirim surat kepada Yazid tentang masalah ini. Karena surat-surat ini sampai ke tangan Yazid, ia segera memanggil penasihat ayahnya Sarjun bin Mansur dan meminta nasihatnya tentang siapa yang harus dikirim ke Kufah. Sarjun mengusulkan untuk menjadikan Ubaidullah bin Ziyad sebagai penguasa Kufah. Tentu saja, hubungan Yazid dengan dia tidak baik, karenanya Sarjun berkata, “Jika hari ini Muawiyah, semoga Allah meridhoinya, kembali ke kehidupannya lagi dan menawarkan Anda sebuah proposal, apakah Anda akan menindaklanjutinya atau tidak?”
Yazid menjawab, “Saya pasti akan menindaklanjutinya.” Pada saat itu, Sarjun mengeluarkan sebuah surat di mana Muawiyah menunjuk Ubaidullah bin Ziyad sebagai penguasa Kufah. Karena Sarjun mengusulkan Ibnu Ziyad sebagai penguasa Kufah, Yazid menerima dan menjadikannya penguasa Kufah dan Basra, dan dia menulis dan mengirim surat kepadanya, “Bila surat ini sampai kepadamu, segera pergi ke Kufah lalu menangkap Muslim bin Aqil dan bunuh dia. Dari sini, kesyahidan Husein as, putra Rasulullah dipastikan dengan menetapkan orang haus darah seperti Ubaidullah bin Ziyad.
Kesyahidan Imam Husein as menurut Ahli Sunnah adalah contoh keberanian, pengorbanan dan pembelaan yang benar dan berusaha mendapatkan hak dari para penindas. Maulana Muhammad Shafi Deobandi menggambarkan keberanian Sayid al-Syuhada as pada puncak pengasingannya di hari Asyura, dalam buku Syahid Karbala menulis, “Syimr menyerang Imam Husein as dengan sepuluh orang, dan terlepas dari parahnya luka dan kehausannya, dia menghadapi mereka dengan berani.
Para sejarawan telah menulis bahwa peristiwa ini unik, bahwa Imam Husein as berjuang dengan penuh keberanian dan ketabahan meskipun terluka parah dan haus. Setiap kali Imam Husein menyerang satu sisi musuh, mereka langsung melarikan diri. Ketika Syimr melihat bahwa masing-masing dari mereka menolak untuk menggugursyahidkan Imam Husein, dia berkata, “Kalian semua menyerangnya sekaligus dan menghancurkannya.”
Mereka akhirnya menyerangnya dari semua sisi dan putra Rasulullah, salah satu hamba terbaik Allah gugur syahid. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun.