Nabi Muhammad Saw Dalam Pandangan Orientalis (13)

Rate this item
(1 Vote)
Nabi Muhammad Saw Dalam Pandangan Orientalis (13)

 

Allah Swt memberikan dua sarana kepada manusia untuk mengantarkan mereka menuju tujuan utama penciptaan. Salah satu dari sarana itu adalah akal yang menghiasi manusia dengan kekuatan ini.

Jika manusia hanya mengandalkan akal untuk sampai ke titik tujuan, tentu ia dengan sendirinya tidak dapat memenuhi keinginan mereka, karena cakupan hidayahnya terbatas. Oleh karena itu, Allah Swt mengutus nabi dan rasul di zaman yang berbeda untuk membimbing umat manusia dan Dia menjadikan para utusan-Nya sebagai penunjuk jalan.

Ketetapan dan sunnah Ilahi ini dimulai dari zaman penciptaan manusia, sesuai dengan keadaan dan kondisi masyarakat serta berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan akal manusia hingga berlanjut sampai periode Rasulullah Saw. Pada masa Nabi Saw, akal manusia mencapai kematangan dan pertumbuhan yang tidak memerlukan lagi kehadiran nabi baru. Manusia bisa mengadopsi aturan dan panduan kehidupannya dari ajaran yang dibawakan oleh Rasulullah.

Agama ini akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia hingga hari kiamat. Allah menutup pintu kenabian dengan mengutus Muhammad Saw dan menetapkannya sebagai nabi terakhir, artinya tidak akan ada nabi setelahnya. Umat manusia berkewajiban untuk mendengarkan dan mengikutinya.

Seruan global Nabi Muhammad Saw mendapat banyak rintangan. Suku-suku yang ingin dibimbing oleh Rasulullah tidak berada pada level yang sama dari segi budaya, peradaban, moralitas, dan wawasan. Kondisi ini menciptakan banyak rintangan baginya dalam menyebarkan agama Islam.


Tetapi, sosok agung ini tidak pernah menyerah dan terus menyeru orang-orang kepada Islam dan iman dengan akhlak mulianya. Imam Ali as pernah mengisahkan bagaimana perjuangan Rasulullah Saw dalam berdakwah dengan mengatakan, “Allah mengutus Nabi di saat manusia sedang tersesat dalam kebingungan dan sedang bergerak ke sana sini dalam kejahatan. Hawa nafsu telah menyelewengkan mereka dan tipu daya menyimpangkan mereka. Kejahilan yang amat sangat telah membuat mereka menjadi tolol. Mereka dibingungkan oleh ketidakpastian dan kejahatan jahiliah.

Kemudian Nabi Saw berusaha sebaik-baiknya dalam memberikan kepada mereka nasihat yang tulus; beliau sendiri berjalan di jalan yang benar dan menyeru (mereka) kepada kebijaksanaan dan nasihat yang baik.”

Kali ini kita akan mengkaji pandangan seorang orientalis dan sejarawan terkenal Barat, Arnold Joseph Toynbee tentang sosok Nabi Muhammad Saw. Ia dilahirkan pada 14 April 1889 di London, Inggris. Toynbee menimba ilmu di Winchester College and Balliol College yang berada di bawah Universitas Oxford.

Dia menulis banyak buku dan yang paling terkenal adalah A study of history sebanyak 12 jilid yang membutuhkan waktu 10 tahun untuk menyelesaikannya. Dia juga menulis buku-buku lain di bidang sejarah seperti, buku tentang sejarah dan peradaban Yunani, buku Nationality and The War, Civilization on Trial, The World and The West, Aquaintances (tentang sejumlah tokoh terkemuka), East to We, East to West: a Journey Round The World, dan Mankind and Mother Earth.

Toynbee memandang agama sebagai fondasi peradaban dan mengatakan, “Saya percaya bahwa setiap model peradaban, ada manifestasi agama di dalamnya. Saya sepenuhnya setuju bahwa agama menjadi sumber kekuatan kehidupan yang menciptakan peradaban dan membuat mereka tetap hidup.

Yang saya maksud dengan agama adalah pandangan hidup yang memberikan orang-orang kemampuan dalam memecahkan kesulitan tentang esensi manusia. Dalam arti bahwa agama memberikan jawaban yang bermakna dan meyakinkan atas pertanyaan-pertanyaan mereka tentang misteri ilmu dan peran manusia. Dan dengan menyediakan panduan praktis, mereka dipersiapan untuk hidup di alam ini.

Setiap kali orang kehilangan kepercayaan pada agamanya, maka peradaban mereka akan mengalami perpecahan sosial dan menyerah di hadapan agresi militer asing. Kemudian, peradaban yang telah hancur karena kehilangan kepercayaan pada agama, digantikan oleh peradaban baru yang diilhami oleh agama yang berbeda.”

Arnold Joseph Toynbee.
Nabi Muhammad Saw – dengan model peradaban Islam – mampu membawa perubahan fundamental di tengah masyarakat Arab dalam waktu singkat dan mengubah masyarakat jahiliyah menjadi komunitas yang beradab dengan pemerintah yang terpusat, yang dilengkapi dengan lembaga-lembaga politik, hukum, dan peradilan dengan hukum yang jelas dan solutif.

Gebrakan Nabi Muhammad Saw menyebabkan perubahan struktur masyarakat jahiliyah dan meletakkan dasar-dasar peradaban yang orisinil, kreatif, dan inklusif, sehingga masyarakat Islam dan manusia sampai sekarang masih memperoleh manfaat dari pencapaian material dan spiritual Rasulullah.

Arnold J. Toynbee menyajikan sebuah bab khusus tentang Muhammad: Nabi dan Negarawan dalam bukunya, Mankind and Mother Earth: A Narrative History of the World. Meskipun ia memuji Islam dan peradaban Islam sebagai sebuah agama dan peradaban, tetapi ia kadang memiliki pandangan yang bertentangan tentang Islam dan Muslim.

Yang pasti, dia memperkenalkan Nabi Muhammad Saw sebagai utusan Tuhan yang merupakan sumber lahirnya peradaban Islam. “Agama Islam muncul dan berkembang berkat kejeniusan pemberian ilahi kepada Muhammad – Utusan Tuhan – dalam kaitannya dengan sejarah Arab Saudi," tulisnya.

Toynbee kemudian menggambarkan kondisi sosial dan politik Arab Saudi pada masa itu, dan menyebut Islam dan misi Nabi Muhammad sebagai pengalaman spiritual Muhammad. Dia menulis, “Wahyu pertama yang turun dari Tuhan kepada Muhammad sekitar tahun 610 Masehi. Pada masa itu ia menikah dengan Khadijah dan membangun keluarga di Mekkah. Pengalaman spiritual Nabi Muhammad terjadi dengan datangnya Jibril, malaikat Tuhan.”

“Muhammad mendengar Jibril mendiktekan kata-kata kepadanya untuk disampaikan kepada pengikutnya di Mekkah. Awalnya ia meragukan tentang kebenaran dan kevalidan pengalaman spiritual ini, tetapi ketika itu disampaikan berulang-ulang dan tegas, Muhammad mulai yakin dengan kebenaran wahyu dan misinya, dan kemudian berbicara seperti Isa sebagai sosok yang memiliki kekuatan ilahi,” tulisnya.


Menurut Toynbee, karena situasi sulit di kota Mekkah, hijrah Nabi Muhammad ke Madinah telah menyebabkan perkembangan dan kemajuan Islam. Dia menulis, “Nabi Muhammad sebagai pemimpin agama orang-orang Yathrib, menyatukan dan merekonsiliasi berbagai suku Yathrib satu sama lain dan juga orang-orang Mekkah yang hijrah bersamanya ke Madinah. Tampaknya mayoritas non-Yahudi dengan sukarela masuk Islam dan agama Islam telah menjadi ikatan yang efektif antara penduduk asli dan muhajirin.”

Di bagian lain bukunya, Toynbee membandingkan Rasulullah Saw dan Nabi Isa as dari segi kepemimpinan politik. “Situasi politik yang dihadapi Nabi Muhammad berbeda dengan situasi politik Nabi Isa ketika ia ditangkap. Isa salah satu penduduk Kekaisaran Romawi, dan jika ia memberontak melawan kekaisaran, maka pemberontakannya akan menelan banyak korban jiwa, tanpa memperoleh kemenangan militer. Nabi Muhammad tidak memiliki peluang apapun untuk menang, tetapi ia telah menang, ia menang sebagai seorang pemimpin/negarawan, dan Islam terlibat dalam urusan politik,” ujarnya.

Di tempat lain, Toynbee mengklaim agama Kristen akan menyebar di masa depan. Namun dalam bukunya Civilization on Trial, dia berbicara tentang penguasaan agama Islam atas dunia. “Pan-Islamisme telah mati, tetapi jika kaum tertindas dunia memberontak melawan hegemoni Barat dan berada di bawah satu kepemimpinan, ia akan bangkit lagi dan seruan pemberontakan ini mungkin efektif dalam mengobarkan semangat Islam, dan Islam kembali bangkit untuk memainkan peran efektif dan historisnya,” tulisnya.

Read 1024 times