Pada tanggal 1 Dzulqadah 173 Hijriah, lahir seorang bayi mulia di rumah Imam Musa Kadhim. Sang ayah menamainya Fatimah, dan lebih dikenal dengan sebutan Maksumah.
Kelahirannya juga disambut dan dirayakan para pencinta Ahlul Bait Rasulullah Saw, bahkan hingga kini. Meskipun telah berlalu lebih dari seribu tahun, tapi hari kelahiran Sayidah Maksumah setiap tahun diperingati dengan suka cita.
Ayahnya, Imam Musa al-Kadhim as dan ibunya Sayidah Najmah Khatun adalah sosok mulia dan agung. Selain mereka, Sayidah Maksumah memiliki saudara laki-laki yang menjadi pembibingnya yaitu, Imam Ali Ridha as. Di bawah bimbingan mereka, Sayidah Maksumah tumbuh menjadi wanita agung.
Kebahagiaan Sayidah Maksumah as bersama mereka di masa kecil tidak bertahan lama. Karena ayahnya, Imam Kadhim as gugur syahid di penjara penguasa lalim saat itu. Wanita mulia ini berusia 10 tahun ketika ayahnya gugur syahid. Setelah itu, Imam Ridha as menjadi satu-satunya pelindung setia dan pembimbing Sayidah Maksumah.
Sayidah Maksumah senantiasa menuntut ilmu dan membela kebenaran dalam kondisi apapun. Ia mengamalkan ilmu pengetahuan yang didapatkan dari ayahnya. Kehadiran aktif Sayidah Maksumah dalam kegiatan mengajar dan ibadah menunjukkan posisi dan kedudukan tinggi wanita dalam sejarah kebudayaan Islam.
Kehidupan Sayidah Maksumah menjadi bukti bahwa Islam sangat menghargai wanita dan menempatkannya pada kedudukan tinggi, sehingga dari keutamaan spiritual, keilmuan, dan kemuliaan akhlak menjadi teladan bukan hanya bagi wanita saja.
Kelahiran Sayidah Maksumah sangat istimewa bagi Ahlul Bait, karena beberapa tahun sebelum kelahirannya, Imam Jafar Shadiq as yang juga kakeknya telah menyampaikan kabar gembira ini. Ia berkata, "Salah satu putri dari anakku berhijrah ke kota Qom (salah satu daerah di Iran). Dia bernama Fatimah binti Musa bin Jafar." Imam Shadiq menambahkan, "Dengan keberadaan putri itu, kota ini (Qom) menjadi haram atau kota suci keluarga Rasulullah Saw."
Dengan demikian warga kota Qom termasuk cendekiawan dan ulama telah mengetahui akan kedatangan putri mulia ini. Mereka menghitung hari untuk menyambut keturunan Rasulullah ini dan mempersiapkan kedatangannya ke Qom.
Kota Qom menjadi kota suci karena kota ini disebut sebagai haram para imam maksum. Hal ini telah disebutkan dalam puluhan riwayat dari Rasulullah Saw, Imam Ali dan para Imam lainnya yang berbicara tentang kesucian dan kemuliaan kota Qom.
Ayatullah Mar'ashi Najafi mengatakan, "Alasan saya berhijrah ke Qom karena ayah saya, Sayid Mahmoud Mar'ashi Najafi selama 40 malam beritikaf di makam Imam Ali as. Suatu malam ketika ayah saya sedang beritikaf, ia melihat Imam Ali as sambil berkata, 'Sayid Mahmoud apa yang kamu inginkan?' Ayah saya berkata, 'Aku ingin mengetahui di mana makam Sayidah Fatimah az-Zahra supaya aku bisa menziarahinya.' Imam Ali berkata, 'Saya tidak bisa melanggar wasiatnya dan mengungkapkan kuburannya.' Kemudian ayah saya berkata, 'lalu apa yang saya lakukan jika ingin berziarah kepada Sayidah Zahra? Imam Ali berkata, 'Allah Swt telah memberikan hadiah Fatimah kepada Fatimah Maksumah, maka siapa saja yang ingin berziarah ke makam Sayidah Zahra, hendaknya ia menziarahi makam Sayidah Maksumah.'"
Sayidah Maksumah sama seperti neneknya, Sayidah Fatimah az-Zahra as menjadi teladan untuk keluarga Ahlul Bait as dan dalam kondisi sulit yang dihadapi keluarga Rasulullah Saw, ia menunjukkan kesabaran dan keteguhan yang luar biasa. Dia adalah teladan dalam ibadah, ketakwaan, perilaku, kesabaran, dan perjuangan menghadapi tekanan.
Sayidah Maksumah memiliki beberapa sebutan mulia seperti, Shadiqah, karena dikenal sebagai seorang yang terpercaya. Selain itu ia dipanggil dengan nama mulia seperti Karimah Ahlul Bait dan Thahirah, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Shadiq as. Selain itu, ia juga dijuluki Muhaddatsah yang berarti perawi hadis.
Di antara hadis yang diriwayatkan Sayidah Maksumah adalah hadis Manzilah yang menjelaskan kedudukan mulia Imam Ali as. Hadis ini menjelaskan kedudukan Imam Ali as di sisi Nabi Muhammad Saw sama seperti posisi Harun bagi Nabi Musa as. Wanita suci ini juga menjelaskan peristiwa penting di Ghadir Khum agar umat Islam tidak melalaikan amanah Rasulullah Saw tentang kepemimpinan setelahnya.
Saat ini, mengenal sosok seperti Sayidah Maksumah sangat penting di tengah penyebaran nilai-nilai budaya Barat, yang merendahkan perempuan dan menghancurkan kepribadian serta identitas mereka. Budaya Barat juga mempromosikan tindakan amoral kepada para gadis dan perempuan.
Sayidah Maksumah dengan memanfaatkan pengetahuan dari al-Quran dan upaya tak kenal lelahnya dalam menuntut ilmu, mampu memainkan peran penting di masyarakat. Selama perjalanannya dari Madinah ke kota Mashhad untuk bertemu dengan saudaranya, Imam Ridha as, ia terus menjawab pertanyaan orang-orang seputar agama.
Dalam setiap penyambutan di berbagai kota, Sayidah Fathimah selalu menggunakan kesempatan itu untuk memberikan pencerahan kepada para pecinta Ahlul Bait. Dalam berbagai pidatonya, ia membongkar kedok penguasa Bani Abbasiyah.
Hal inilah yang membuat antek-antek Bani Abbasiyah memburu rombongan Sayidah Maksumah. Ketika kafilah ini tiba di kota Saveh, mereka diserang oleh pasukan Makmun dan kelompok pembenci Ahlul Bait. Sejumlah pengikutnya gugur syahid dalam perang yang tak seimbang ini. Akibat peristiwa ini, Sayidah Maksumah terpukul batinnya dan jatuh sakit. Atas arahan Sayidah Maksumah, rombongan kemudian menuju kota Qom.
Tokoh dan ulama Qom yang mendengar kedatangan Sayidah Maksumah langsung keluar menyambut rombongan keluarga Nabi ini. Wanita suci ini tak lebih dari 17 hari hidup di Qom, ia akhirnya menghembuskan nafasnya akibat penyakit yang dideritanya pada 10 Rabiul Tsani tahun 201 H.
Sebenarnya, Sayidah Maksumah sengaja berhijrah dari Madinah ke Marv sebagai bentuk protes terhadap kondisi yang ada. Perjalan itu merupakan bagian dari perjuangan Sayidah Maksumah terhadap intimidasi dan kezaliman penguasa.
Kedatangan Sayidah Maksumah telah mengubah keadaan kota Qom dalam waktu singkat. Kedatangan Ahlul Bait Nabi menorehkan sejarah baru bagi kota ini. Orang-orang dari jauh dan dekat mengunjungi kota ini untuk bertemu dengan Ahlul Bait Rasulullah. Kedatangan wanita agung ini memberikan berkah tersendiri bagi kota Qom.
Sayidah Maksumah terkenal sosok yang banyak beribadah dan karena ia menjaga dirinya dari dosa, Imam Ridha as menjuluki wanita mulia ini sebagai Maksumah. Sayidah Maksumah adalah contoh nyata dari individu yang mencapai derajat kesucian berkat penghambaan dan ibadahnya. Kesucian ini diraih melalui ketaatan, penghambaan, dan menjahui hawa nafsu.
Selamat atas kelahiran Sayidah Maksumah as
Islam memandang gender bukan ukuran kemuliaan dan keutamaan manusia. Sebab, kemuliaan dan keutamaan ditentukan oleh keimanan, ilmu dan akhlaknya. Berbagai ayat al-Quran menjelaskan penolakan segala bentuk ukuran keutamaan manusia, kecuali ketakwaannya.
Semua manusia, baik laki-laki dan perempuan bisa mencapai kesempurnaan dengan ketakwaan, ibadah, dan amal shalihnya. Salah satu contoh terbaik adalah Sayidah Maksumah. Selain memiliki akhlak mulia, ia juga dikenal sebagai orang yang ahli ibadah, suci, dan berilmu tinggi.