Tim inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengunjungi Iran untuk meninjau langsung situs nuklir negara itu. Bersamaan dengan masuknya tim inspektur IAEA ke reaktor nuklir Arak, yang merupakan bagian dari kesepakatan nuklir antara Iran dan IAEA, Juru Bicara Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), Behroush Kamalvandi hari Sabtu (17/12) menyatakan bahwa pengujian pertama terhadap generasi terbaru sentrifugal sudah selesai. Kamalvandi menegaskan sikap Iran untuk melanjutkan pengolahan uranium demi memenuhi kebutuhan energi listrik dan medis.
Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) dalam sebuah pernyataan hari Rabu (4/12) mengatakan, "kunjungan Inspektur IAEA adalah indikasi niat baik Tehran untuk menghapus ambiguitas tentang status damai program nuklirnya." Sebelumnya, Direktur AEOI, Ali Akbar Salehi dan Direktur Jenderal IAEA, Yukiya Amano pada tanggal 12 November lalu menandatangani pernyataan bersama di Tehran mengenai peta jalan bagi kerjasama yang lebih luas mengenai nuklir Iran.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, Iran, secara sukarela, mengizinkan inspektur IAEA mengunjungi situs air berat, Arak dan tambang Gachin di Bandar Abbas, Iran selatan. Di sisi lain, Iran juga meminta IAEA bersikap objektif terkait masalah nuklir sipilnya.
Analis politik Iran mengatakan, tim penyelidik Badan Energi Atom Internasional (IAEA) harus menunjukkan sikap netralnya dalam melakukan inspeksi di instalasi nuklir Iran. Selain itu, tim inspektur IAEA juga harus menjaga kerahasiaan informasi mengenai instalasi nuklir Iran sesuai dengan perjanjian pelarangan produksi dan perluasan senjata nuklir (NPT), serta tidak menyerahkannya kepada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Di saat Iran menunjukkan sikap kooperatifnya dengan membuka jalan bagi inspektur IAEA mengunjungi situs nuklirnya, para pejabat AS melancarkan statemen kontraproduktif yang berada dalam pengaruh lobi Zionis, sebagaimana yang dikemukakan oleh Menlu AS John Kerry dan Menhan Chuck Hagel. Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Barack Obama hari Sabtu (7/12) mengungkapkan sikapnya mengenai diplomasi nuklir Iran dengan menyebut perundingan tersebut akan memberikan keuntungan lebih besar bagi Israel dan AS daripada aksi militer. Berbicara di Brookings Institution, Obama menjelaskan beberapa perbedaan antara dirinya dan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, yang terus menentang kesepakatan nuklir Iran.
Berdasarkan kesepakatan Jenewa, AS dan lima negara lainnya sepakat untuk mengurangi beberapa sanksi ekonomi terhadap Iran. Kesepakatan sementara tersebut juga memberikan waktu dan ruang untuk membahas perjanjian jangka panjang di mana Iran akan terus memperkaya uranium dalam "tingkat rendah", sedangkan enam kekuatan dunia akan mencabut sanksi terhadap Tehran.
"Tidak ada kubu politik di Tehran yang mentolerir apapun kecuali sebuah ‘solusi yang bermartabat' untuk sengketa nuklir selama satu dekade," tegas Obama. Pada kesempatan itu, Obama juga mengatakan AS tetap berkomitmen bagi kepentingan keamanan Israel.