Menteri Pertahanan Amerika Serikat Chuck Hagel mendukung berlanjutnya kehadiran pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Afghanistan. Hagel dalam pernyataannya di depan militer AS di Provinsi Helmand pada Ahad (8/12) menyinggung situasi keamanan Afghanistan. Ia mengatakan, Gedung Putih mendukung kehadiran pasukan NATO di Afghanistan pasca tahun 2014.
Menhan AS mengklaim bahwa keberadaan pasukan AS dan NATO di Afghanistan tergantung pada keputusan rakyat negara ini. Hagel menambahkan, jika rakyat Afghanistan menginginkan kelanjutan aktivitas tentara AS dan NATO di negara mereka maka Washington dan sekutunya akan menghormati tuntutan tersebut.
Pejabat teras Pentagon itu menandaskan, para komandan AS sedang berusaha membangun tahap baru untuk melatih militer dan polisi Afghanistan dalam memerangi terorisme, dan memberikan pengarahan kepada mereka tentang masalah itu.
Hagel dalam kunjungan singkatnya ke Provinsi Kandahar juga menyinggung ketidakjelasan kondisi militer asing di Afghanistan pasca tahun 2014. Ia berharap perjanjian keamanan antara Kabul dan Washington akan segera ditandatangani. Menhan AS tiba di Kabul pada Sabtu dalam kunjungan yang tidak diumumkan sebelumnya.
Ketika tiba di Kabul, ibukota Afghanistan, Hagel mengatakan, dalam lawatan ini saya tidak memiliki agenda untuk bertemu dengan Hamid Karzai, Presiden Afghanistan, dan hanya bertemu dengan pasukan AS yang ditempatkan di negara ini. Menurut kantor berita Perancis, AFP, beberapa jam setelah tiba di Kabul, Menhan AS meyakinkan mitranya dari Afghanistan bahwa perjanjian keamanan dengan Amerika pasti akan ditandatangani.
Hagel adalah pejabat senior AS ketiga yang berkunjung ke Afghanistan setelah Loya Jirga menyetujui penandatanganan pakta keamanan antara Kabul dan Washington hampir dua pekan lalu. Sebelumnya, Susan Rice, Penasehat Keamanan Nasional Gedung Putih dan James Dobbins, Utusan Khusus Amerika Serikat untuk Afghanistan dan Pakistan telah berkunjung lebih dulu ke Kabul untuk membahas pakta keamanan dua negara dengan sejumlah pejabat senior Afghanistan.
Pernyataan mendukung Menhan AS atas kelanjutkan kehadiran pasukan NATO di Afghanistan dan statemen Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen beberapa waktu lalu tentang perlunya penandatanganan pakta keamanan Kabul-Washington menunjukkan upaya Amerika dan NATO untuk melanggengkan kehadiran mereka di Afghanistan. Rasmussen pekan lalu memperingatkan dampak dari tidak ditandatanganinya pakta keamanan Kabul-Washington bagi pemerintah Afghanistan.
Menurut Reuters, Sekjen NATO dalam wawancaranya dengan para wartawan di Brussels menyinggung tentang kesepakatan Loya Jirga Afghanistan terhadap penandatanganan pakta keamanan dengan AS. Rasmussen memperingatkan bahwa jika Karzai tidak menandatangani pakta tersebut maka NATO terpaksa menarik semua tentaranya dari Afghanistan hingga akhir tahun 2014.
Ia menambahkan, jika pakta keamanan antara Washington dan Kabul tidak ditandatangani maka militer asing tidak memiliki alasan lagi untuk tetap tinggal di Afghanistan pasca tahun 2014 khususnya para pelatih militer. Sekjen NATO berharap presiden Afghanistan akan menuruti nasihat Loya Jirga dan bersedia menandatangani pakta keamanan itu.