Kepala Staf Gabungan Militer Amerika Serikat Jenderal Martin Dempsey melakukan kunjungan mendadak ke Afghanistan, Kamis (27/2).
 
Kunjungan itu dilakukan di tengah berlanjutnya ketegangan dalam hubungan antara Washington dan Kabul mengenai penandatanganan perjanjian keamanan bilateral.
 
Meskipun Dewan Adat Afghanistan (Loya Jirga) menyetujui perjanjian keamanan bilateral, namun Presiden Hamid Karzai tetap menentang penandatanganan kesepakatan kontroversial itu.
 
Menghadapi penolakan tersebut, pemerintah Amerika telah menggunakan berbagai cara untuk menekan Karzai agar menandatangani kesepakatan itu, tapi sampai sekarang belum berhasil.
 
Selain mengutus delegasi Kongres AS dan penasehat keamanan nasional untuk bertemu Karzai di Kabul, para pejabat Gedung Putih juga menggunakan instrumen ancaman demi mencapai tujuannya.
 
Karzai dalam wawancara dengan koran Perancis belum lama ini, membeberkan ancaman-ancaman Amerika yang dialamatkan kepada pemerintah Afghanistan, termasuk ancaman untuk menghentikan bantuan finansial dan mengobarkan perang saudara di negara itu.
 
Pemutusan bantuan finansial Amerika ke Afghanistan tentu saja sudah lebih dari sekedar ancaman dan sudah sampai pada tahap pelaksanaan. Kongres AS baru-baru ini memangkas dana program bantuan pembangunan Afghanistan sampai 50 persen dibanding tahun lalu dan untuk tahun 2014, lembaga itu hanya menyetujui 1,12 miliar dolar dana bantuan.
 
Pemerintah Barack Obama dalam rancangan anggaran tahun 2014 mengajukan sekitar 2,19 miliar dolar dana untuk program bantuan pembangunan Afghanistan, tapi Kongres hanya menyetujui sekitar setengah dari bantuan itu. Para politisi dan media-media Afghanistan menilai keputusan itu untuk menekan Karzai agar segera mengabulkan tuntutan Gedung Putih.
 
Pemerintah Amerika sedang mencari cara untuk kehadiran permanen di Afghanistan dan mengesankan ketidakmampuan pemerintah Kabul dalam menjamin keamanan negara itu pasca penarikan pasukan asing pada Desember 2014.
 
Sejalan dengan kebijakan itu, mantan kepala pasukan Amerika Serikat dan NATO di Kabul, Jenderal Stanley McChrystal memperingatkan Afghanistan akan berubah menjadi medan tempur jika Amerika menarik seluruh tentaranya pada akhir 2014.
 
Klaim itu disampaikan pada saat beberapa panglima pasukan asing di Kabul mengakui bahwa kemampuan militer dan polisi Afghanistan sudah lebih dari yang diharapkan. Juru bicara NATO di Afghanistan Gunter Katz mengatakan, kekerasan dan konflik menurun di daerah-daerah yang terjadi penyerahan tanggung jawab keamanan dari pasukan asing kepada militer Afghanistan dan negara itu tidak akan menghadapi kendala spesifik pasca 2014.
 
Di penghujung masa jabatannya ini, Karzai sepertinya tidak akan menandatangani perjanjian keamanan bilateral dengan AS. Oleh karena itu, kunjungan Martin Dempsey kecil kemungkinan mampu mengubah pendirian Karzai.
 
Di sisi lain, semakin lama Amerika memperoleh kepastian tentang masa depannya di Afghanistan, maka akan semakin mahal biaya yang harus dikeluarkan untuk penarikan penuh. Sebab, waktu yang sedikit akan memaksa AS untuk menggunakan transportasi udara dalam memindahkan pasukan dan peralatan tempurnya dari Afghanistan dan ini jelas lebih mahal dibanding biaya transportasi darat.
 
Pentagon saat ini berencana untuk mengurangi total kekuatan AS di Afghanistan ke level 20.000 personel pada pertengahan musim panas. Langkah itu akan memberi kesempatan kepada Pentagon untuk menarik semua pasukan pada 31 Desember jika tidak tercapai kesepakatan. Saat ini ada sekitar 33.600 tentara Amerika di Afghanistan.