Di tengah kemajuan perundingan nuklir antara Iran dan Barat, pemerintah Amerika Serikat mulai berulah dan mengajukan tuntutan yang tidak rasional mengenai kemajuan program rudal balistik Iran.
 
Seorang pejabat senior intelijen AS mengatakan Iran akan memperoleh rudal balistik antar-benua pada tahun 2015. Direktur Badan Pertahanan Intelijen AS, Letnan Jenderal Michael Flynn menyampaikan hal itu dalam sidang Komite Angkatan Bersenjata Senat. Dia menambahkan, prediksi itu didasari pada pernyataan Kepala Staf Gabungan Militer AS Jenderal Martin Dempsey dan pendapat itu layak dipercaya.
 
Berdasarkan pernyataan itu, para pejabat Washington menuntut Tehran untuk membongkar program rudalnya. Mereaksi permintaan itu, para pejabat Tehran menegaskan perundingan dengan enam kekuatan dunia secara eksklusif berfokus pada masalah nuklir, sementara isu pertahanan tidak bisa dirundingkan.
 
Kini, pertanyaannya adalah mengapa para pejabat Washington mengangkat masalah baru di tengah-tengah pembicaraan nuklir, padahal mereka menyadari bahwa Iran tidak akan bersedia merundingkan masalah program rudalnya.
 
Masalah itu tentu saja dapat dianalisis dari dua sudut pandang. Sudut pandang pertama didasarkan pada bagaimana Amerika-Israel melihat kegiatan nuklir dan militer Iran.
 
Republik Islam mencapai kemajuan signifikan dalam tiga sektor yang berbeda namun saling melengkapi. Oleh karena itu, AS dan sekutunya harus mencegah Iran dari menyempurnakan rangkaian itu. Kemajuan dalam tiga bidang ini akan memaksimalkan kemampuan sistem pertahanan Iran terhadap segala bentuk ancaman.
 
Ketiga sektor tersebut adalah:
 
1. Bidang kegiatan nuklir. Iran dapat memperkaya uranium untuk menghasilkan energi nuklir. Tehran memperkaya uranium sampai kemurnian 20 persen dengan mengoperasikan sekitar 19.000 sentrifugal. Prestasi Iran di bidang ini tidak bisa dihentikan. Negara ini hanya dapat diyakinkan untuk secara sukarela mengurangi tingkat pengayaan uranium sebagaimana dalam kesepakatan Jenewa, di mana Iran setuju untuk tidak memperkaya uranium di atas kemurnian lima persen.
 
2. Bidang produksi dan peluncuran rudal balistik. Menurut para pakar militer dan strategi AS, Iran mampu meluncurkan rudal dengan jarak 5.000 kilometer dengan berat hulu ledak satu ton. Dalam analisa mereka, Iran ÔÇô yang terletak 10.000 kilometer dari timur Amerika ÔÇô semakin dekat untuk mengembangkan rudal yang dapat menghantam wilayah negara itu.
 
3. Bidang navigasi dan penerbangan. Iran dengan mencegat sebuah pesawat tanpa awak AS ÔÇô membuktikan bahwa mereka telah mencapai prestasi signifikan di sektor pertahanan udara. Oleh karena itu, para pakar militer dan strategi AS mengatakan, Iran dapat memasang hulu ledak nuklir pada rudal balistik untuk menyerang target apapun.
 
Dalam pandangan strategis AS, setiap negara yang mampu mencapai kemajuan di ketiga sektor itu, maka ia adalah sebuah kekuatan nuklir potensial di mana Washington tidak bisa lagi menggertaknya. Oleh sebab itu, mereka menekankan bahwa Tehran seharusnya tidak diperbolehkan untuk meningkatkan jangkauan rudal di atas 10.000 kilometer. Dengan kata lain, isu nuklir Iran dan program pengembangan rudal harus dibahas secara bersamaan dalam perundingan Iran dengan Barat.
 
Sudut pandang kedua menetapkan bahwa negosiasi dengan Iran seharusnya tidak terbatas pada isu nuklir, tapi juga mencakup kemajuan militer Iran, yang diperoleh dalam 25 tahun terakhir. Pada dasarnya, isu itu sengaja dilontarkan untuk membuka ruang diskusi tentang program rudal balistik Iran di masa mendatang.
 
Sudut pandang pertama tentu saja jauh dari realitas dan dikampanyekan oleh kubu anti-Iran di Amerika dan Israel. Sebuah poros yang menuding Iran sedang berupaya mengembangkan bom nuklir. Para pendukung pandangan ini menyebut perundingan dengan Tehran sebagai langkah yang sia-sia dan upaya untuk mengulur waktu oleh Iran demi mencapai tujuan-tujuannya.
 
Padahal, program nuklir Iran sepenuhnya berada di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan lembaga nuklir PBB itu berkali-kali menegaskan aspek damai nuklir Tehran. Selain itu, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam fatwanya, mengharamkan pengembangan, produksi, dan penggunaan bom nuklir.
 
Adapun mengenai sudut pandang kedua, penting untuk diketahui bahwa Iran tidak pernah menyembunyikan prestasi militer dan rudalnya. Republik Islam menyatakan berhak untuk meningkatkan kekuatan militernya dan AS tidak bisa menuntut Iran untuk menutup program rudalnya.
 
Opini publik dunia masih ingat bahwa AS, Perancis, Inggris, Jerman, Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Soviet memasok Irak dengan senjata canggih selama menyerang Iran pada 1980-an.
 
Washington sengaja mengangkat isu rudal balistik Iran untuk menenangkan ekstremis Amerika-Zionis yang menentang pembicaraan nuklir. Negara itu juga ingin menetapkan agenda untuk pembicaraan masa depan antara Iran dan kekuatan dunia.
 
Bagaimana pun juga, Iran mustahil setuju untuk menegosiasikan hak absolutnya terkait sistem pertahanan negara. Iran telah menetapkan garis merah yang tidak bisa dirundingkan seperti, penangguhan kegiatan riset nuklir, penutupan reaktor Air Berat Arak, dan pembatasan jumlah sentrifugal sampai di bawah 10.000 unit.