Perundingan tingkat ahli antara Republik Islam Iran dan enam kekuatan utama dunia di Wina telah berakhir pada Sabtu (5/4) dalam kerangka menyiapkan ruang untuk penyelenggaraan pembicaraan politik ketiga antarkedua belah pihak.
 
Ketua juru runding tingkat ahli Iran, Hamid Baidinezhad setelah pembicaraan tersebut menilai putaran terbaru perundingan tingkat ahli antara Iran dan Kelompok 5+1 (Rusia, Cina, Inggris, Perancis, Amerika Serikat ditambah Jerman) sebagai pembicaraan yang "menguntungkan."
 
Ia menambahkan, perundingan yang berakhir di Wina, ibukota Austria, mencakup serangkaian masalah teknis dan kedua belah pihak akan menyampaikan hasilnya kepada Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton pada hari Senin. Menurut rencana, babak ketiga perundingan nuklir antara Iran dan Kelompok 5+1 akan digelar pada tanggal 7-9 April di Wina.
 
Pembicaraan tingkat ahli di Wina dilaksanakan dalam kerangka perjanjian Jenewa untuk mencapai kesepakatan komprehensif. Menyusul perkembangan tersebut dan menjelang babak baru perundingan nuklir antara Iran dan Kelompok 5+1, sejumlah pejabat dan senator Amerika Serikat menuntut peningkatan tekanan terhadap Tehran dalam pembicaraan itu.
 
Sikap tidak konstruktif tersebut langsung direaksi oleh juru bicara Kementerian Luar Iran, Marzieh Afkham. Ia mengatakan, ancaman dan tekanan terhadap bangsa Iran tidak berpengaruh dan hanya perundingan yang berdasarkan sikap saling menghormati dan pengakuan atas hak-hak mutlak bangsa Iran yang akan membuahkan hasil.
 
Afkham lebih lanjut menandaskan, Iran berusaha menikmati hak legalnya dalam mendayagunakan energi nuklir untuk tujuan damai dalam kerangka Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT), dan Tehran siap untuk meredakan setiap "keprihatinan yang logis."
 
Babak baru perundingan nuklir Iran dan Kelompok 5+1 memasuki fase baru setelah tercapainya kesepakatan sementara pada tanggal 24 November 2013 sebagai mukhadimah untuk mencapai kesepakatan final, dan negosiasi itu akan berlanjut hingga tercapai kesepakatan komprehensif.
 
Kesepakatan dengan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman tentang agenda nuklir Iran adalah prestasi penting dan merupakan langkah awal untuk mencapai kesepakatan final, di mana perjanjian itu tidak tercapai tanpa menjamin hak-hak bangsa Iran.
 
Sekarang perundingan berjalan seimbang, di mana selama enam bulan, sesuai kesepakatan sementara, yaitu hingga bulan Juli, akan tercapai kesepakatan final. Tujuan dari negosiasi itu adalah menciptakan kepercayaan mengenai agenda nuklir Iran. Namun satu-satunya syarat kesuksesan pembicaraan itu adalah kepercayaan dan penghormatan terhadap hak-hak bangsa Iran.
 
Berdasarkan kesepakatan sementara antara Iran dan Kelompok 5+1, tidak ada aktivitas nuklir Iran yang dihentikan, dan Tehran hanya membatasi kapasitas pengayaan uraniumnya selama enam bulan. Atas dasar itu pula, masalah pengayaan uranium, aktivitas reaktor air berat Arak, dan kerjasama internasional di bidang teknis damai nuklir merupakan tiga poros utama dalam perundingan tingkat ahli di Wina.
 
Yang jelas, tujuan dari perundingan-perundingan tersebut adalah mencapai kesepakatan final di bidang nuklir Iran. Berlanjutnya proses itu menunjukkan bahwa kedua belah pihak telah mencapai kemajuan dalam pembicaraan meskipun dibayangi dengan rumor yang beredar. Sebagai contoh, sejumlah pejabat AS melontarkan berbagai pernyataan negatif untuk merusak proses perundingan dan berupaya menekan Iran dengan cara-cara lain seperti melalui isu-isu pelanggaran HAM dan ancaman rudal-rudal balistik Iran.