Kasak-kusuk AS Jelang Babak Baru Negosiasi Nuklir Iran

Rate this item
(0 votes)

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Muhammad Javad Zarif Ahad (16/3) dalam jumpa pers bersama sejawatnya dari Belarusia, Vladimir Makey di Tehran mengatakan, "Dalam babak baru negosiasi nuklir akan dibicarakan dimensi damai aktivitas nuklir Iran khususnya isu pengayaan uranium dan air berat Arak."

 

Rencananya babak baru negosiasi nuklir Iran dan Kelompok 5+1 akan digelar hari Selasa serta ditandai dengan pertemuan Zarif dan Catherine Ashton, kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa.

 

Dalam hal ini menlu Iran tidak memprediksikan kesepakatan final terkait program nuklir Iran bakal tercapai di babak baru negosiasi Tehran dan Kelompok 5+1. Ia menjelaskan, dalam perundingan hari Selasa dan Rabu di Wina, Austria akan dibicarakan dimensi aktivitas nuklir Iran, pencabutan sanksi dan kerjasama internasional di bidang teknologi nuklir damai.

 

Iran pasca kesepakatan November tahun lalu dengan Kelompok 5+1 telah menangguhkan pengayaan uraniumnya selama enam bulan dengan imbalan peringanan sanksi Barat. Langkah Iran ini diambil secara sukarela. Namun pasca sidang AIPAC yang dinilai gagal di awal bulan ini, kini berbagai indikasi menunjukkan sebuah gerakan tengah terbentuk. Gerakan ini ditujukan untuk melemahkan hak nuklir Iran dengan dalih isu Hak Asasi Manusia (HAM) dan terorisme.

 

Dalam hal ini, sejumlah senator Amerika Serika pada hari Ahad (16/3) menandatangani surat yang rencananya bakal dikirim kepada Barack Obama. Surat tersebut mengungkapkan syarat yang diinginkan mereka untuk menerima sebuah kesepakatan komprehensif. Dalam surat ini, para senator Amerika menyinggung tuntutan penutupan instalasi nuklir Fordow dan Arak.

 

Menyimak perilaku Barat di masa lalu dan petinggi Rezim Zionis Israel, maka langkah ini dapat dicermati sebagai tindakan terorganisir untuk menekan Republik Islam Iran di bidang nuklir. Mengingat pergerakan ini maka upaya diplomasi di negosiasi nuklir Iran dan Kelompok 5+1 semakin sulit dan tidak dapat diprediksi.

 

Statemen Zarif juga mengisyaratkan pergerakan ini. Namun ia sebelumnya saat menjawab pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika, John Kerry terkait perundingan nuklir mengatakan, Amerika sebaiknya menerima kenyataan untuk selamanya. Iran dan Kelompok 5+1 saat ini harus melewati masa-masa sulit dan rumit untuk menggapai kesepakan final.

 

Namun yang pasti dan pengalaman yang ada menunjukkan bahwa sikap keras kepala untuk melanjutkan sanksi akan semakin menyulitkan Amerika. Khususnya kini kondisi berbeda dengan masa lalu dan AS bukan dalam posisi sebagai pihak yang mampu memaksakan kebijakan sepihaknya dalam hubungan internasional kepada negara lain.

 

Friksi tajam Rusia dan Cina dengan Amerika Serikat terkait kebijakan irrasional Washington di tingkat regional dan internasional serta penolakan negara-negara Eropa terhadap sanksi sepihak Gedung Putih terhadap Tehran sejak lama telah tampak di dalam tubuh Kelompok 5+1. Kini friksi tersebut semakin lebar dan petinggi Eropa tidak ingin melanjutkan sikapnya mengamini kebijakan sepihak Amerika Serikat.

Read 1803 times