Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengundang para pemimpin Kongres ke Gedung Putih, Kamis (3/4) malam untuk membicarakan krisis Ukraina, di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Moskow.
 
Sepekan setelah perjalanan ke Eropa yang didominasi oleh pertemuan untuk membahas masalah integrasi Crimea oleh Rusia, Obama duduk bersama dengan para pemimpin Senat dan DPR AS dari Partai Demokrat dan Republik.
 
Obama dan Wakil Presiden Joe Biden bertemu dengan pemimpin mayoritas Senat Harry Reid dan ketua fraksi Partai Demokrat di DPR, Nancy Pelosi, serta mitra mereka dari Republik, ketua DPR John Boehner dan pemimpin minoritas Senat Mitch McConnell.
 
Dalam pertemuan itu, Obama mengatakan bahwa AS terus memimpin upaya internasional yang terkoordinasi untuk mendukung Ukraina dan mengisolasi Rusia atas pelanggaran kedaulatan Ukraina dan integritas teritorial.
 
Kebijakan Moskow dalam proses pemisahan Crimea dari Ukraina dan integrasi wilayah itu ke Rusia, telah mendulang kritik dari kubu Republik terhadap kebijakan luar negeri Gedung Putih mengenai Kremlin.
 
Pada dasarnya, Obama ingin meyakinkan para pemimpin Demokrat dan Republik bahwa pemerintahannya telah bertindak untuk menekan Moskow. Dia juga mengapresiasi para pemimpin Kongres yang meloloskan sebuah draf bantuan satu miliar dolar untuk Ukraina.
 
Ekonomi Ukraina terjebak dalam sebuah krisis serius dan menurut para pejabat Kiev, negara itu akan menghadapi kebangkrutan jika tanpa menerima bantuan asing.
 
Obama juga menyeru para pemimpin Kongres untuk menyetujui paket reformasi Dana Moneter Internasional (IMF) agar lembaga keuangan itu memiliki kemampuan lebih besar untuk membantu negara-negara seperti, Ukraina.
 
Presiden AS berusaha memanfaatkan isu ekonomi Ukraina untuk meyakinkan para rivalnya di Republik. Salah satu dari program reformasi itu adalah meningkatkan peran semua negara anggota dalam menjamin anggaran IMF.
 
Akan tetapi, kubu Republik tidak puas dengan prestasi kebijakan luar negeri Obama dalam menangani Rusia. Hasil pertemuan Obama dengan para pemimpin Uni Eropa di Brussels juga tidak seperti yang diharapkan oleh Partai Republik.
 
Para pemimpin Eropa dan AS memutuskan bahwa jika Rusia melangkah lebih jauh dan mengambil aksi militer terhadap Ukraina atau negara-negara tetangganya yang lain, negara itu akan menghadapi sanksi ekonomi yang lebih keras, terutama di sektor energi.
 
Keputusan kolektif itu menyiratkan penerimaan bahwa Crimea telah menjadi bagian dari wilayah Rusia dan hanya sebuah peringatan agar Moskow tidak mengulangi aksi serupa di kemudian hari.
 
Energi merupakan sektor utama ekonomi Rusia dan mungkin sektor yang paling rentan terhadap sanksi, akan tetapi Eropa khususnya negara-negara Eropa Timur dan Tengah sangat tergantung pada sumber-sumber energi Rusia.
 
Obama sebelumnya meminta para pemimpin Eropa agar mengurangi ketergantungan mereka terhadap energi Rusia sehingga Moskow tidak bisa memanfaatkannya sebagai alat tekanan.
 
Namun, Washington juga perlu memperhatikan bahwa Kiev sepenuhnya tergantung pada impor energi Rusia dan Eropa harus menjamin kebutuhan energi Ukraina untuk mencegah krisis energi di negara tersebut.
 
Amerika sendiri tidak bisa menjamin pemenuhan kebutuhan energi Eropa, sebab Kongres melarang pemerintah mengekspor sumber-sumber energi ke negara lain.