Dampak Buruk Penangkapan Sheikh Nemr Bagi Rezim Al-Saud

Rate this item
(0 votes)

Kekhawatiran terkait kondisi Sheikh Baqir al-Nemr, ulama Syiah Arab Saudi setelah satu bulan setengah melakukan aksi mogok makan semakin meningkat. Lebaga HAM al-Sharq baru-baru ini menyatakan kekhawatirannya atas keselamatan Sheikh Nemr.

Lembaga HAM ini meminta masyarakat dunia menghubungi petinggi Arab Saudi untuk mengizinkan keluarga, pengacara dan aktivis HAM menemui ulama Syiah ini. Al-Shaqr menuding pemerintah Arab Saudi bertanggung jawab atas setiap bencana yang menimpa Sheikh Nemr dan menuntut Riyadh segera membebaskannya tanpa syarat.

Lembaga HAM ini menambahkan, Sheikh Nemr tidak membatasi aksi mogok makannya dan sipir penjara mengikatnya ke ranjang serta memaksanya untuk makan. Pasukan keamanan Arab Suadi bulan lalu menciderai Sheikh Nemr di pahanya baru kemudian menangkap ulama Syiah ini.

Situs al-Ahrar al-Qatif juga menyatakan bahwa Arab Saudi timur terus bergejolak memprotes penangkapan Sheikh Nemr. Arab Pers dalam sebuah analisanya berusaha membongkar tujuan rezim al-Saud menangkap Sheikh Nemr. Menurut situs ini, Sheikh Nemr termasuk tokoh yang kerap membuat rezim al-Saud berada dalam kesulitan dan ia menuntut penggulingan rezim despotik ini.

Majalah Foreing Policy, cetakan Amerika Serikat menulis, keluarga al-Saud berusaha mencitrakan kerusuhan yang tengah berlangsung adalah friksi antarmazhab (Sunni-Syiah) dengan menangkap Sheikh Nemr serta menutupi tujuan politik rakyat yang tengah melakukan aksi protes.

Televisi al-Manar melaporkan, penangkapan Sheikh Nemr yang didakwa oleh Departemen Dalam Negeri Arab Saudi sebagai pengobar fitnah, mungkin dapat disebut sebagai kesalahan terbesar rezim al-Saud, karena setelah penangkapan ini aksi gelombang protes rakyat semakin meningkat dan berkesinambungan. Televisi ini mengingatkan, sumber-sumber diplomatik Barat juga menekankan bahwa penangkapan Sheikh Nemr, ulama besar Syiah di Arab Saudi timur dan oposan terbesar pemerintah Riyadh termasuk langkah keamanan dan politik paling berbahaya bagi stabilitas di kawasan timur Arab Saudi ini.

Press TV dalam lapornnya terkait berlanjutnya kekerasan terhadap rakyat revolusioner Arab Saudi oleh rezim al-Saud menulis, meski kekerasan terhadap kubu revolusioner terus digalakkan, namun mereka tetap konsisten dengan aksinya serta tuntutanya untuk menggulingkan rezim al-Saud. Rakyat juga menuntut dibentuknya pemerintahan sipil.

Meluasnya aksi protes ke seluruh wilayah Arab Saudi dan dibarengi dengan keputusan sejumlah kelompok untuk membentuk pasukan bersenjata melawan rezim al-Saud telah memaksa Riyadh menghadapi krisis serius. Jika perlawanan ini telah dimulai maka dipastikan kita akan menyaksikan bentrokan berdarah di berbagai kota antara kubu anti pemerintah dan pasukan rezim al-Saud. Hal ini selain mengakibatan kerugian yang besar, juga pasti membuat sendi-sendi pemerintahan Arab Saudi goyah. (IRIB Indonesia/MF)

Read 1603 times