Negara-negara Barat dan sekutunya yang terlibat perang di Suriah kini mulai melangkah lebih jauh dengan memaksa turun pesawat sipil Suriah di Bandara Esenboga, Ankara. Beberapa pengamat menilai aksi itu sebagai sebuah pembajakan terhadap pesawat sipil.
Para awak dan penumpang pesawat SyriaAir sangat ketakutan dengan aksi ilegal itu. Di suatu tempat di wilayah udara Turki, dua jet tempur F16 mencegat pesawat sipil Suriah dan mengusik kenyamanan seluruh penumpangnya pada Rabu malam.
Kita hanya bisa membayangkan ketakutan yang dialami oleh para penumpang dan awak pesawat, termasuk perempuan dan anak-anak, ketika mereka tiba-tiba diberitahu bahwa pesawat mereka sedang dikomandoi oleh jet tempur untuk melakukan pendaratan darurat di Ankara.
Para penumpang dan awak kemudian harus menunggu delapan jam di Ankara sebelum mereka diizinkan untuk melanjutkan perjalanan ke Damaskus. Pemerintah Rusia dan Suriah bereaksi keras terhadap pelanggaran kedaulatan dan hukum penerbangan sipil itu. Damaskus mengecam manuver Ankara sebagai tindakan pembajakan, sementara Moskow menyatakan keselamatan warganya terancam oleh tindakan arogan Turki.
Pemerintah Ankara mengklaim mereka menerima informasi bahwa pesawat itu membawa "peralatan tertentu" yang melanggar aturan penerbangan sipil. Langkah ini akan membahayakan penerbangan sipil ketika sebuah negara seenaknya mengerahkan jet tempur hanya atas dasar kecurigaan bermotif politik.
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengklaim pesawat SyriaAir membawa 'peralatan dan amunisi' untuk Kementerian Pertahanan Suriah yang tampaknya telah dipasok oleh lembaga ekspor senjata Rusia. Akan tetapi, setelah delapan jam memeriksa kargo pesawat, otoritas Turki belum mampu memberikan penjelasan yang kredibel atas aksi pembajakan pesawat sipil itu.
Tak heran jika Moskow marah dan menuntut Turki untuk memberikan klarifikasi dan alasan terkait keputusan itu. Sebuah sumber ekspor peralatan militer Rusia kepada Reuters menegaskan bahwa sama sekali tidak ada komponen militer di pesawat SyriaAir. Sumber tersebut menambahkan bahwa jika Rusia ingin memasok senjata, tentu mereka akan melakukannya melalui saluran transportasi militer dan tidak mempertaruhkan keselamatan warga sipil.
Sebaliknya, selama 19 bulan terakhir, Turki dan kekuatan asing lainnya, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, Arab Saudi, Qatar dan Israel, telah melakukan agresi terselubung terhadap Suriah. Mereka telah mendanai, mempersenjatai, dan memberikan pelatihan kepada para teroris untuk menciptakan pertumpahan darah di Suriah.
Barat dan sekutunya telah melakukan kejahatan perang dengan mengacaukan sebuah negara berdaulat untuk melaksanakan agenda perubahan rezim. Agenda kriminal itu tidak hanya terbatas pada Suriah. Ini adalah tentang upaya menjerumuskan seluruh kawasan ke dalam konflik sektarian Kristen terhadap Islam, Sunni terhadap Syiah, Arab terhadap Persia, semua demi memperluas kebijakan hegemonik Barat terhadap rivalnya yaitu, Iran, Rusia dan Cina.
Sekarang, embargo ilegal terhadap Suriah tampaknya sedang diperluas dan mencakup sektor penerbangan sipil. Pihak berwenang Turki mengatakan bahwa mereka akan menargetkan penerbangan sipil dari Rusia ke Suriah. Ini adalah ancaman yang melegalkan pembajakan pesawat sipil dan bukan tindakan pengamanan seperti yang diklaim Ankara. (IRIB Indonesia/RM/NA)