Mahmoud Abbas, Pemimpin Otorita Palestina hari Senin malam (27/05) mengingatkan, rencana Kesepakatan Abad tidak akan terlaksana dan masalah Palestina hanya diselesaikan lewat jalur politik.
Konferensi Bahrain diumumkan sebagai tahap pertama implementasi rencana Kesepakatan Abad yang penyelenggaraannya diagendakan mulai 25 hingga 26 Juni di Manama, ibukota Bahrain. Perencanaan pelaksanaan konferensi ini dilakukan di balik bayang-bayang dukungan sejumlah rezim Arab atas rencana Kesepakatan Abad dan dalam kerangka normalisasi hubungan dengan rezim Zionis Israel.
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat telah menyampaikan rencana Kesepakatan Abad sejak tahun 2017 dan sejak itu pula selalu menekan Arab Saudi, Bahrain dan Uni Emirat Arab agar menjamin biaya ekonomi rencana ini.
Sekaitan dengan hal ini, Salman Razavi, pakar masalah Palestina tentang rencana AS Kesepakatan Abad mengatakan, “Sebagian negara-negara Arab akan membiayai pendanaan implementasi rencana ini. Sesuai dengan kesepakatan ini, Amerika Serikat akan membayar 20 persen, Eropa 10 persen dan sisanya 70 persen akan dibiayai oleh negara-negara Arab.
Pembagian saham pembiayaan konferensi Manama menunjukkan Amerika Serikat berusaha mengimplementasikan rencana Kesepakatan Abad dengan pendekatan Arab, dimana tidak ada kesamaan dengan kenyataan sejarah Palestina. Dukungan Amerika Serikat atas keamanan sebagian negara-negara Arab, termasuk rezim Arab Saudi telah menempatkan negara-negara ini di jalur pengkhianatan akan cita-cita Palestina.
Sheikh Isa Qassim, ulama senior dan pejuang Bahrain hari Senin malam (26/05) dalam sebuah pernyataan mengatakan, “Tujuan dari presentasi rencana Kesepakatan Abad adalah konspirasi bersama Amerika Serikat, rezim Zionis Israel dan sebagian penguasa negara-negara Arab anti masalah Palestina.”
Rencana Kesepakatan Abad telah mengabaikan prinsip pertama cita-cita Palestina dan lebih banyak aspek promisi. Selain itu, rencana sebelumnya AS yang juga tentang Palestina telah menemui jalan buntu. Perundingan normalisasi adalah contoh jelasnya yang dilakukan dengan dukungan pemerintah AS waktu itu, tapi dikarenakan tidak menghormati hak bagi cita-cita Palestina akhirnya menemui kegagalan.
Sekaitan dengan hal ini, Hossein Ajorloo, analis masalah Timur Tengah mengatakan, “Pelbagai rencana AS tentang Palestina sampai sekarang bukan saja tidak dilaksanakan, tapi juga tidak memiliki kredibilitas. Karena melihat dirinya sebagai penguasa dunia, Amerika Serikat ingin mengatakan mereka memiliki rencana untuk masalah Palestina dan menunjukkannya.
Dengan mencermati pengalaman kegagalan berbagai rencana sebelumnya AS soal masalah Palestina, rencana Kesepakatan Abad tidak akan mendapat perhatian dengan persatuan rakyat, semua faksi-faksi Palestina dan negara-negara pendukung cita-cita Palestina dan rencana Kesepakatan Abad hanya akan tetap berada di atas kertas.
Mengabaikan hak-hak jutaan para pengungsi Palestina, pelucutan senjata Muqawama, pembentukan pemerintah Palestina tanpa militer dan memberikan cita Zionis ke kota Quds yang diduduki termasuk dari butir-butir rencana Amerika Kesepakatan Abad yang bahkan tidak diakui oleh satupun dari faksi-faksi Palestina.
Tanda-tanda seperti ini dari rencana Kesepatan Abad menyebabkan tidak ada satu pun dari kelompok-kelompok Palestina yang sudi hadir di balik meja perundingan soal rencana ini. Penolakan Mahmoud Abbas, Pemimpin Otorita Palestina akan konferensi ekonomi Manama dan memboikotnya harus dimaknai dari kerangka ini.