Sejarah Palestina dan Pendudukannya
Apa sebenarnya kisah yang terjadi tentang Palestina? Sejumlah orang Yahudi berpengaruh di dunia berambisi membentuk sebuah negara independen untuk umat Yahudi. Pemerintah Inggris memanfaatkan ide tersebut dan berjanji akan merealisasikan angan-angan itu. Awalnya kelompok Zionis berencana mendirikan negara di Uganda, namun kemudian mereka melirik Tripoli, ibu kota Libya sebagai negara bagi Zionis. Maka mulailah mereka melobi Italia yang saat itu menjajah Libya. Namun pemerintah Roma menolak permintaan mereka. Akhirnya kelompok Zionis mulai mendekati Inggris yang saat itu memiliki kepentingan sangat besar di Timur Tengah. Inggris menilai baik jika dapat mendatangkan orang-orang Yahudi ke kawasan ini. Pada awalnya Inggris mengirim mereka ke kawasan secara bertahap dan menjadi kelompok minoritas di sana, namun lambat laun komunitas ini berhasil menguasai sebagian wilayah yang strategis, dan Palestina adalah wilayah strategis, lalu mereka mendirikan pemerintahan di sana yang menjadi sekutu Inggris di Timur Tengah dan menghalangi dunia Islam, khususnya negara-negara Arab untuk bersatu.
Benar, jika orang lain cerdas, untuk menghadapinya musuh akan membuat persatuan. Akan tetapi musuh yang didukung sedemikian besar dari luar dan memakai strategi mata-mata serta metode lainnya dapat menebar permusuhan dan perpecahan. Dan ini yang mereka lakukan. Satu saat mereka mendekati satu pihak dan menghancurkan yang lain. Oleh karena itu, pertama kali kelompok Zionis mendapat bantuan Inggris dan negara Barat lainnya, namun lambat laun mereka berpaling dari Inggris dan mendekati Amerika Serikat (AS). Di sisi lain, AS hingga kini selalu melindungi mereka. Dengan cara ini mereka membuat sebuah negara. Mereka datang dan mencaplok negeri Palestina. Pendudukan itu dilakukan pertama kali bukan dengan perang, tetapi pertama dengan cara penipuan. Mereka membeli ladang pertanian yang sangat subur yang digarap oleh para petani Palestina dengan tawaran harga berkali lipat, sehingga pemilik tanah-tanah itu yang umumnya berada di Eropa dan Amerika, tertarik dengan penawaran tersebut dan menjual tanah mereka kepada orang-orang Yahudi itu.
Tentunya di sini juga ada peran para broker. Menurut ceritanya, salah satu broker penjualan tanah warga Palestina kepada orang-orang Yahudi adalah Sayid Dziauddin yang terkenal itu, sekutu dekat Reza Khan saat melakukan kudeta tahun 1299 HS (1920 M). Dia meninggalkan negeri ini dan pergi ke Palestina. Di sana dia menjadi broker penjualan tanah-tanah milik warga Muslim Palestina kepada orang-orang Yahudi dan Israel. Ketika sudah merasa memiliki tanah yang cukup, mereka melakukan tindakan-tindakan yang keras dan kasar dengan gaya barbarisme dan bengis untuk memaksa warga Palestina keluar dari tanah milik mereka sendiri. Mereka mendatangi desa-desa Palestina, memukul dan membantai warganya, dan di sisi lain dengan tipu daya dan propaganda palsu mereka menarik simpati internasional.
Perampasan negeri Palestina oleh orang-orang Zionis memiliki tiga unsur pendukung. Pertama adalah kebencian mereka terhadap bangsa Arab. Mereka berlaku kejam kepada kelompok Arab dan tidak pernah mengenal kata toleransi dengan mereka. Kedua adalah propaganda bohong terhadap publik dunia. Penipuan opini dunia ini adalah salah satu hal yang menakjubkan. Sedemikian besarnya kebohongan mereka melalui media Zionis yang dikuasai oleh Yahudi, dan sejak lama mereka melakukannya, sampai-sampai banyak investor Yahudi sendiri yang mempercayai kebohongan tersebut. Banyak kalangan yang tertipu oleh Zionis, diantaranya seorang filsuf sosial Prancis, Jean Pill Sarter.
Sekitar 30 tahun yang lalu, saya membaca buku tulisan Jean Pill Sarter tentang sebuah bangsa tanpa negeri dan negeri tanpa bangsa. Yang dimaksud dalam buku tersebut adalah umat Yahudi yang tidak memiliki negara, datang ke Palestina. Ia menggambarkan bahwa Palestina adalah sebuah wilayah yang tidak ada penghuninya. Apa yang ia maksud dengan menyebut Palestina sebagai negeri tanpa penghuni. Berbagai bukti menyatakan dengan jelas bahwa di Palestina terdapat masyarakat yang hidup di sana. Seorang penulis asing menulis bahwa Palestina adalah negeri yang dipenuhi ladang gandum yang menghijau. Sejauh mata memandang akan nampak ladang itu. Kelompok Zionis menggambarkan Palestina adalah sebuah wilayah yang ditinggal penghuninya dan kemudian mereka mendatangi wilayah ini untuk memakmurkannya. Ini adalah upaya untuk membohongi opini publik. Mereka mengesankan bahwa mereka adalah bangsa teraniaya. Dan hal itu dilakukan sampai saat ini.
Di media-media mereka seperti majalah Times atau Newsweek, yang terkadang saya baca, sering ditemukan ulasan mereka yang mendetail ketika memberitakan tentang sebuah peristiwa yang menimpa sebuah keluarga Yahudi. Media-media tersebut meliput peristiwa itu dengan detail, sampai-sampai mereka juga memasang foto dan mencantumkan usia korban lalu membesar-besarkan kemalangan nasib anak-anak di keluarga itu. Namun, media ini tidak memuat satupun dari ratusan tragedi pembantaian dan kekejaman yang terjadi terhadap warga Palestina dan Lebanon. Tak ada singgungan tentang nasib anak-anak muda, perempuan-perempuan, dan anak-anak kecil Palestina di negeri pendudukan Palestina.
Unsur ketiga adalah apa yang mereka sebut dengan istilah lobi. Berbicara dan berunding dengan satu pemerintah, negara, pejabat, politikus, cendekiawan, penulis, atau bahkan penyair. Kinerja Zionis selama ini bersandar pada tiga unsur ini dan mereka berhasil merampas Palestina dengan licik. Saat itu Zionis juga mendapat bantuan serta dukungan dari negara-negara kuat khususnya Inggris. PBB, juga lembaga sebelumnya yang bernama Liga Bangsa-bangsa melakukan halnyang sama. Lembaga PBB dibentuk untuk apa yang mereka sebut dengan misi menjaga perdamaian dunia. Pada tahun 1948, PBB merilis resolusi pembagian wilayah Palestina tanpa alasan apapun. 57 persen wilayah Palestina diserahkan kepada Zionis, padahal sebelumnya mereka hanya menguasai lima persen tanah Palestina. Selanjutnya Zionis membentuk pemerintahan ilegal di tanah Palestina. Lalu mereka mulai melancarkan teror terhadap warga tak berdosa Palestina di banyak desa dan kota. Tentunya, negara-negara Arab juga bersalah. Kemudian meletus serangkaian perang.
Pada tahun 1967 dengan bantuan AS dan sekutunya, Israel berhasil menduduki sejumlah wilayah Mesir, Suriah dan Jordania. Tahun 1973, Israel kembali menyulut perang dengan dukungan AS dan mereka berhasil menguasai berbagai wilayah lainnya.
(Khotbah Jum'at 31 Desember 1999)
Dewasa ini sejumlah pihak mempertanyakan, mengapa kita membahas masalah Palestina, padahal masalah ini telah tuntas. Saya tegaskan bahwa masalah Palestina belum selesai dan masih berlanjut. Kalian mengira bahwa warga Palestina dan keturunannya harus hidup di luar negeri mereka sendiri, atau mereka yang berada dan bertahan di dalam negeri itu harus menjadi minoritas dan tertindas di negeri sendiri, sementara orang-orang asing datang dan menduduki negeri mereka? Hal ini tidak bisa dibenarkan. Banyak negara di dunia yang selama seratus tahun dijajah oleh kekuatan imperialis, seperti Kazakhstan, Georgia dan negara-negara di Asia tengah yang baru merdeka -sebagian merdeka dari Uni Soviet dan sebagian dari Rusia-. Oleh karena itu, tidak mustahil rakyat Palestina akan meraih kemerdekaan negerinya dan hal itu harus terjadi. Dan dengan izin Allah swt Palestina akan secepatnya kembali ke tangan bangsa Palestina. Karena itu, masalah ini belum selesai.
Saat ini Zionis dengan dukungan AS memanfaatkan isu perdamaian. Mereka meneriakkan dan menyerukan perdamaian di mana-mana. Memang benar perdamaian sangat baik, namun dimana dan dengan siapa perdamaiaan harus diterapkan. Misalnya saja, seseorang dengan secara paksa memasuki rumah kita dan menganiaya kita, melecehkan keluarga kita serta mengambil paksa dua kamar dari tiga kamar di rumah kita. Kemudian orang tersebut menegur kita, mengapa kita mengadukan perilakunya dan menentangnya, selanjutnya ia mengajak berdamai. Apakah perdamaian model seperti ini logis? Perdamaian yang sesungguhnya adalah orang tersebut pertama harus keluar dari rumah kita. Setelah itu jika ada permusuhan, biarkan orang ketiga datang dan mendamaikan kita. Kalian telah memasuki rumah kami dan melakukan kejahatan di sini. Saat ini pun jika mampu kalian tidak akan ragu melakukan kejahatan.
Saat ini nyaris setiap hari tentara Zionis menyerang Lebanon selatan. Mereka bukannya menyerang para pejuang, namun desa-desa dan sekolah di selatan Lebanon yang menjadi sasaran mereka. Belum lama ini Israel menyerang sebuah sekolah di Lebanon selatan dan menewaskan sejumlah anak kecil. Mereka membantai warga dan anak-anak tak berdosa. Bukankah para korban itu tidak memanggul senjata dan tidak melakukan serangan apapun? Esensi Zionis adalah agresi. Di saat Israel menduduki Lebanon dan ketika mereka membantai warga di Deir Yassin dan sejumlah wilayah lainnya, tidak ada yang mengutuk aksi brutal ini. Bukankah mereka yang menjadi korban itu adalah warga sipil? Memang ada sekelompok pemuda Arab yang penuh kecemburuan dan mengangkat senjata dengan alasan mengapa kalian masuk dan merampok negeri kami? Tetapi umumnya yang menjadi korban adalah warga yang tidak bersenjata.
Tabiat orang-orang Zionis adalah agresi. Kekerasan adalah ciri khas Rezim Zionis Israel. Tanpa kekerasan rezim ini selamanya tidak akan mencapai kemajuan. Apakah lantas kalian menyuruh kami berdamai dengan mereka? Perdamaian jenis apa? Jika mereka puas dengan haknya serta mengembalikan negeri Palestina kepada orang-orang Palestina dan pergi meninggalkan negeri itu, atau meminta izin kepada pemerintah Palestina untuk tinggal di Palestina, baik sebagian dari mereka atau seluruhnya, maka tidak akan ada yang memusuhi mereka. Peperangan hanya akan timbul jika ada pihak yang merampas negeri orang lain dengan paksa, mengeluarkan pemiliknya dari tanah mereka sendiri dan melakukan kejahatan. Saat ini pun orang-orang Zionis terus melanjutkan tindak kejahatan. Mereka siap menyerang negara-negara di kawasan dan berbuat zalim. Mereka adalah ancaman bagi semua. Perdamaian dengan mereka berarti membuka jalan bagi agresi mereka selanjutnya.
(Khotbah Jum'at 31 Desember 1999)
Krisis Palestina bukannya tidak bisa diselesaikan. Solusi tunggal untuk menyelesaikan masalah Palestina adalah membiarkan warga asli Palestina baik yang berada di dalam Palestina maupun yang berada di luar negeri itu -bukan para pendatang dan penjajah- untuk menentukan sistem pemerintahan di negeri mereka. Berdasarkan sistem demokrasi yang didengungkan di dunia yang menghormati suara suatu bangsa, maka warga Palestina juga sebuah bangsa. Biarkan mereka memutuskan. Sedangkan rezim Zionis yang bercokol di Palestina tidak berhak atas wilayah ini. Oleh karena itu, tidak seharusnya warga Palestina dituntut untuk mengakui rezim Israel. Jika ada umat Islam yang mengakui eksistensi rezim ini maka selain menorehkan cela bagi dirinya sendiri, apa yang ia lakukan hanya sia-sia belaka. Karena rezim ini tidak akan kekal dan akan segera runtuh.
Orang-orang Zionis mengira mereka telah berhasil menguasai Palestina akan akan selalu bercokol di sana. Tidak demikian. Palestina suatu hari pasti akan lepas dari pendudukan. Bangsa Palestina telah berkorban dan berjuang di jalan ini. Adalah tugas negara-negara Islam untuk mempercepat proses ini dan bertindak agar bangsa Palestina menyaksikan hari itu.
(Pidato Rahbar di depan para peziarah makam Imam Khomeini 4 Juni 2002)
Untuk masalah ini, ada solusi penyelesaian yang logis yang bisa diterima oleh hati nurani semua orang. Mereka yang meyakini prinsip-prinsip dunia saat ini, mau tak mau harus menerima solusi ini. Solusi tersebut sekitar satu setengah tahun lalu telah kami paparkan dan pemerintah Republik Islam Iran telah berulang kali menyampaikannya di forum internasional dan perundingan di tingkat dunia. Sekarang pun kami tetap menuntut pelaksanaan solusi tersebut.
Cara penyelesaiannya adalah dengan menggelar referendum yang menyertakan seluruh rakyat Palestina dan memulangkan mereka yang terpaksa mengungsi ke negeri-negeri lain, seperti Lebanon, Jordania, Kuwait dan Mesir serta negara Arab lainnya - tentunya mereka yang ingin kembali ke negeri asal, bukan dengan paksaan -. Juga referendum yang menyertakan semua yang tinggal di Palestina sebelum tahun 1948 -sebelum terbentuk rezim ilegal Israel-, baik Muslim, Kristen maupun Yahudi. Mereka semua diminta pendapat (lewat mekanisme referendum) untuk menentukan sistem pemerintahan di tanah Palestina. Ini adalah cara yang demokratis. Jika dikatakan demokrasi adalah sistem yang baik dan diterima oleh masyarakat dunia, mengapa hal ini tidak baik bagi warga Palestina?
Kalau semua bangsa di dunia berhak menentukan nasib mereka, mengapa bangsa Palestina tidak berhak. Sangat jelas sekali bahwa Israel sebuah rezim lahir lewat kekerasan, tipu daya, makar dan intimidasi. Orang-orang zionis tidak datang dengan cara damai. Mereka datang dengan tipu daya dan makar juga dengan senjata dan intimidasi. Karena itu rezim ini tidak sah.
Baik! Datangnya seluruh orang Palestina untuk menentukan sendiri sistem pemerintahan di negeri itu. Dengan pilihan mereka dibentuk sebuah sistem negara. Mengenai mereka yang datang ke Palestina setelah tahun 1948 dapat dibuat keputusan berikutnya. Jika diputuskan mereka bisa tinggal di sana, silahkan. Tapi jika diputuskan harus keluar, mwereka harus meninggalkan negeri itu. Dengan cara ini suara rakyat tersalurkan. Dan inilah demokrasi, Hak Asasi Manusia dan solusi yang sejalan dengan logika dunia saat ini.
Solusi ini harus dijalankan. Pihak penjajah tentu tidak akan menerima solusi ini dengan dada yang lapang. Di sinilah, semua pihak yang terlibat isu ini harus bertanggung jawab. Negara-negara Arab, Islam, dan bangsa-bangsa muslim khususnya rakyat Palestina, serta komunitas internasional harus berusaha mewujudkan solusi ini. Sebagian orang menyatakan bahwa solusi seperti ini lebih mirip angan-angan dan mimpi, dan tidak mungkin bisa dilaksanakan. Saya tegaskan bisa.
Negara-negara kawasan laut Baltik setelah hampir 40 tahun dikuasai Uni Soviet akhirnya memperoleh kemerdekaan. Begitu juga dengan negara-negara kawasan Kaukakus. 100 tahun sebelum berdirinya Uni Soviet, negara-negara itu berada di bawah kekuasaan Tzar Rusia, tetapi akhirnya mereka mendapat kemerdekaan. Saat ini Kazakhstan, Azerbaijan, Georgia dan lainnya telah merasakan kemerdekaan. Karena itu solusi yang diusulkan tadi bisa terealisasi. Namun diperlukan tekad dan kemauan yang kuat, serta keberanian. Siapakah yang harus menunjukkan keberanian dan pengorbanan? Rakyat ataukah pemerintahan? Rakyat dunia yang harus bergerak. Rakyat, pemberani dan tidak mengenal rasa takut. Rakyat telah menunjukkan bahwa mereka mampu.
Wajib Bagi Setiap Muslim Membela Perjuangan Islam Palestina
Kini tidak ada masalah paling urgen dalam kehidupan seorang muslim dan dunia Islam sepenting masalah Palestina. Ini merupakan musibah terbesar yang menimpa setiap muslim dalam periode terakhir. Bagaimana tidak. Musuh-musuh dunia Islam menjadikan sebagian dari rumah umat Islam sebagai tempat berlindung untuk memerangi barisan umat Islam. Membela perjuangan Islam Palestina hukumnya wajib ‘aini dan contoh paling jelas dari jihad difa’i (membela diri) yang ditekankan oleh seluruh ahli fiqih Islam.
Setiap jengkal dari tanah Palestina sama seperti sejengkal rumah umat Islam dan setiap kekuasaan selain pemerintahan Islam dan rakyat muslim Palestina di sana adalah pemerintah penjajah. Di sini bukan masalah anti Yahudi, tetapi masalah rumah umat Islam yang terampas.
Mensyukuri nikmat ilahi harus ditunjukkan oleh umat Islam di berbagai penjuru dunia dengan mendukung bangsa Palestina yang berjuang atas nama Islam secara luas di segala bidang seperti politik, media, dan militer.
Bersahabat dengan mereka yang mendukung secara mutlak perampas tanah Palestina bertentangan dengan sikap permusuhan terhadap Rezim Zionis. Oleh karenanya, menyandarkan diri pada para pendukung rezim ini pasti merupakan penyimpangan dan kesalahan besar. Siapa saja yang memberikan bantuan kepada orang-orang Zionis dan Israel atau melakukan perundingan dengan mereka berarti berada di pihak Israel. Berjuang untuk mengembalikan tanah air Palestina harus punya makna hakiki. Berjuang berseberangan dengan upaya perdamaian. Masalah Palestina adalah perjuangan adalah sebuah kewajiban, sementara perdamaian adalah sebuah pengkhianatan.
Seluruh cendekiawan, penulis, seniman dan mereka yang berkecimpung di media di dunia Islam harus melihat masalah Palestina dengan pandangan kewajiban. Kini mereka harus menyadarkan opini dunia akan ketertindasan luar biasa yang dialami rakyat Palestina. Aksi penyadaran ini harus dilakukan dengan segala bentuk seni.
Bagian dari pidato Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei saat bertemu dengan peserta Konferensi Islam Palestina pertama
Bukti Janji Ilahi
Kemenangan Hizbullah Lebanon menghadapi Rezim Zionis, keberhasilan Hamas di Palestina dan kemajuan Republik Islam Iran di berbagai bidang merupakan contoh besar bukti janji ilahi yang senantiasa mengobarkan harapan dan perlawanan.
Saat bertemu Sekjen Jihad Islam Palestina
Dukungan Terhadap Palestina
Kini bangsa muslim Palestina telah bangkit berjuang dan setiap muslim di berbagai penjuru dunia harus menjadikan dukungan terhadap jihad yang dilakukan oleh bangsa Palestina sebagai tujuannya.
Kami mendukung masalah Palestina dengan segala kekuatan. Kami menolak kalangan konservatif dan agen-agen perdamaian yang hanya menjadikan hak-hak bangsa Palestina hanya sekedar slogan. Kita harus memahamkan kepada dunia akan perimbangan ini.
Saat menerima Komite Pendukung Revolusi Islam Palestina
Palestina Hanya Milik Orang Palestina
Tanah air Palestina adalah jantung geografi dunia Islam. Dunia mustakbir punya keinginan untuk menumpas Islam lewat Palestina, menekan bangsa-bangsa Islam dan mencegah munculnya gerakan-gerakan Islam. Rezim Zionis sejatinya hanya perwakilan kehadiran kekuatan hegemoni dunia dan penjamin kepentingan Amerika di kawasan ini sebagai bagian dari dunia Islam. Propaganda bohong dan kebusukan mereka tidak akan pernah mampu menipu bangsa-bangsa di dunia.
Kami hanya menerima sebuah organisasi sebagai perwakilan hakiki rakyat Palestina bila berjuang di jalan cita-cita Palestina. Anasir-anasir yang ingin berdamai adalah orang-orang yang hanya mengkhawatirkan kepentingan pribadi mereka. Anasir-anasir ini melakukan transaksi dengan musuh soal cita-cita bangsa Palestina. Rakyat Palestina tidak mendapat dukungan dan bantuan yang sepantasnya dari umat Islam. Setiap muslim harus memberikan berbagai bantuan terhadap intifada dan perlawanan Islam rakyat pejuang di Palestina pendudukan. Bantuan yang diberikan ini harus dirasakan sebagai kewajiban syar’i, ilahi dan manusiawi.
Konspirasi besar yang dilakukan selama ini terkait masalah Palestina adalah upaya untuk memutarbalikkan fakta. Setiap orang yang berbuat demi masalah Palestina, yakni demi rumahnya, dengan alasan hak asasi manusia dan hak bangsanya dalam tradisi media-media kekuatan hegemoni dunia dan alat-alat propaganda yang berafiliasi ke mustakbir dan Zionis dianggap sebagai teroris! Kenyataan ini merupakan musibah besar. Musibah ini kemudian diterima dan diakui oleh dunia beradab dan dipaksakan kepada sebuah bangsa! Dunia yang diistilahkan beradab dan pendukung hak asasi manusia yang berpihak pada orang-orang yang tidak mempedulikan hak asasi manusia, ilahi dan legal sebuah bangsa.
Palestina hanya milik orang Palestina. Bila seluruh rakyat Palestina di dalam negeri, yakni di semua daerah Palestina –tanpa dipilah-pilah- membentuk sebuah pemerintahan, perdamaian bakal terwujud. Bila kalian memang benar dan jujur, bila kalian tidak punya niat buruk terhadap bangsa Palestina, bangsa-bangsa Islam dan Islam, ini adalah sebuah jalan keluar terbaik. Namun bila tidak ingin melaksanakan solusi ini, kalian kelompok istikbar harus tahu bahwa dengan segala konferensi dan keputusan yang diambil, masalah Palestina tidak akan pernah selesai. Palestina tidak akan padam dan tidak boleh padam.
Kini ada sekumpulan umat Islam, penuh pengorbanan, orang-orang terpilih bangsa Palestina, mulai dari tua, muda, pria dan wanita di tanah air suci Palestina bangkit melakukan perlawanan. Bantu mereka! Hanya ini satu-satunya jalan. Membantu Palestina artinya membantu mereka yang tengah melakukan perjuangan. Membantu Palestina tidak boleh bermakna membantu anasir yang ingin berdamai. Orang-orang yang tidak punya kepedulian terhadap nasib Palestina. Orang-orang yang hanya peduli akan kepentingan pribadinya. Organisasi yang diterima dan perwakilan hakiki rakyat Palestina adalah mereka yang berjuang di jalan cita-cita bangsa Palestina. Bukan organisasi yang menjual cita-cita bangsa Palestina kepada musuh.
Bagian dari pidato Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei saat bertemu dengan peserta Konferensi Internasional Pendukung Revolusi Islam Rakyat Palestina
Periode Kebangkitan Islam
Periode saat ini adalah periode kebangkitan Islam dan Palestina berada di pusat kesadaran ini. Palestina hingga kini dijajah hampir 60 tahun dan bangsa tertindas Palestina telah melewati berbagai ujian; mulai dari perlawanan tertindas dan putus asa yang mereka mulai, digelandangkan, keterasingan, menyaksikan hancurnya rumah mereka dan pembantaian orang-orang yang mereka kasihi. Mereka telah meminta perlindungan organisasi-organisasi internasional hingga menerima transaksi gagal politik dan perjudian yang kalah terus menerus dengan penjajah. Kekuatan-kekuatan yang sejatinya adalah pelaku kejahatan asli harus menjadi mediator, padahal merekalah yang menciptakan ujian berat ini bagi rakyat Palestina dan mengaturnya sedemikian rupa agar tetap berlanjut. Hasil dari pengalaman sejarah ini adalah munculnya generasi baru yang menyampaikan ketinggian bangsa yang matang dan pemberani ini ke puncak kesadaran dan kebebasan. Mereka berhasil menciptakan gunung berapi intifada.
Syarat utama kesuksesan dalam jihad Palestina dan jihad dunia Islam adalah keteguhan untuk mempertahankan prinsip-prinsip. Musuh selalu menjadikan prinsip-prinsip ini sebagai targetnya. Mereka akan merenggut prinsip-prinsip ini dengan segala cara; kebohongan, janji dan ancaman agar kita melepaskan prinsip-prinsip tersebut. Musuh berusaha menghapus prinsip-prinsip ini atau menguranginya agar dunia Islam kehilangan indikator penuntunnya. Dengan demikian mereka akan mengikuti aturan permainan yang ditentukan musuh dan hasilnya bisa ditebak apa yang bakal terjadi.
Biasanya sebagian dari umat Islam dan dari kita sendiri mengikuti permaian yang ditentukan musuh. Orang-orang seperti ini menganjurkan kita agar melepaskan prinsip-prinsip yang kita miliki dan menyebut itu sebagai strategi dan taktik belaka! Apa pun motifasi di balik itu; lalai, tamak atau khianat, mereka termasuk dari orang-orang yang disebut Allah dalam Al-Quran: “Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka” (QS. 5:52).
Mereka yang membantu musuh tidak akan mendapatkan manfaat apa-apa. Amerika dan Barat berkali-kali membuktikan betapa mereka tidak kasihan bahkan kepada mereka yang telah menyerah sekalipun. Karena waktu untuk bekerjasama telah usai, dengan mudah mereka disingkirkan. Sebagian lain malah membesar-besarkan kekuatan musuh dan menakut-nakuti para penuntut kebenaran bila ingin berhadap-hadapan dengan mereka. Ucapan ini sungguh tipuan yang berbahaya. Pertama, musuh yang menjadikan substansi, kepentingan vital dan keberadaannya menjadi target. Seorang yang berakal bila menghadapi musuh yang semacam ini akan memilih perlawanan. Ini adalah hukum pasti akal sehat manusia. Jelas, kerugian yang pasti diterima akibat menyerah di hadapannya sama dengan kerugian yang mungkin diterima saat menghadapinya ditambah kehinaan.
Kepada bangsa pemberani dan pejuang Palestina saya mengatakan:
Dengan jihad, kesabaran dan perjuangan cemerlang kalian berhasil membuat dunia Islam bangga. Kalian telah menjadi bangsa percontohan. Cobaan berat ini tidak berhasil membuat punggung kalian bungkuk. Darah syuhada kalian yang mulia membuat tekad dan perlawanan kalian semakin membaja. Musuh tidak berhasil memukul mundur kalian dengan melakukan berbagai kebiadaban seperti pembantaian, brutal, pembunuhan, perusakan, penangkapan dan kebuasan. Kini kalian tampak lebih kuat. Darah syuhada besar seperti Sheikh Ahmad Yasin, Fathi Syaqaqi, Rantisi, para pemuda yang melakukan aksi mati syahid dan syuhada tertindas kalian lainnya hingga kini berhasil mengalahkan pedang musuh. Setelah ini pula, dengan kehendak dan kekuatan ilahi kalian akan meraih banyak kemenangan.
Kami di Republik Islam Iran dan pasti jutaan umat Islam serta penuntut kebebasan di seluruh dunia merasakan kesedihan dan ujian yang kalian hadapi. Syuhada kalian adalah syuhada kami. Kesulitan dan kesedihan kalian adalah kesulitan dan kesedihan kami. Kemenangan kalian adalah kemenangan kami.
Pidato Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran dalam Konferensi Internasional Quds dan Dukungan atas Hak-Hak Rakyat Palestina ke-3