Air Zam-zam selalu memukau para pendengarnya. Ia memancar dari zaman Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim as. Sudah beribu tahun usianya tapi ia masih memancarkan air sucinya. Tak pernah kering walupun hidup di padang pasir.
“Sebaik-baiknya air di muka bumi adalah air Zamzam. Air tersebut bisa menjadi minuman yang mengenyangkan dan penawar rasa sakit.” (HR Thabrani).
Nu Online mengabarkan bahwa air zamzam adalah air yang sangat istimewa. Banyak nash, hadits, atsar, ataupun khabar yang menjelaskan tentang keutamaan dan keistimewaan air zamzam. Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan Thabrani di atas. Di situ dijelaskan bahwa air zamzam bisa menjadi pengganti makanan karena ia mengenyangkan. Dia juga bisa menjadi obat yang menyembuhkan.
Selain itu, air zamzam juga memiliki keistimewaan lain. Yakni tetap steril meski tercemar. Terkait hal ini, ada kisah menarik dari seorang insinyur kimia, Yahya Kausyak. Pada tahun 1980-an, Yahya Kusyak menjadi salah satu orang yang terlibat dalam penataan dan renovasi sumur zamzam setelah terjadi pencemaran.
Dalam buku Air Zamzam Mukjizat yang Masih Terjaga (Said Bakdasy, 2015) dijelaskan, bersamaan dengan itu Yahya bin Kusyak juga melakukan penelitian terhadap air zamzam. Dia meyakini bahwa hasil risetnya akan menunjukkan kalau air zamzam mengalami pencemaran dalam skala besar. Oleh karena itu, ia meminta agar penggunaan air zamzam harus dilarang. Ia juga menyarankan agar air zamzam disedot, dinding sumur harus dicuci dan disterilisasi dengan menggunakan bahan-bahan yang bersih.
Ketika itu Sami Anqawi dan Abdul Hafidh Salamah, anggota lain dalam tim penataan dan renovasi sumur zamzam, tetap meminum air zamzam sebelum hasil riset Yahya Kusyak keluar. Benar saja, hasil penelitian Yahya Kusyak menunjukkan bahwa saat itu terjadi pencemaran terhadap air zamzam dalam skala besar.
Akan tetapi, Anqawi dan Salamah yang meminum air zamzam –pada saat air zamzam dinyatakan tercemar- tetap baik-baik saja. Keduanya tidak mengalami masalah kesehatan apapun. Begitupun dengan para jamaah haji dan para pekerja yang tetap meminum air zamzam bersama dengan dua orang tersebut. Itulah keistimewaan air zamzam yang bersifat inderawi dan nyata.
Begitupun dengan orang-orang pada zaman dulu. Mereka dari luar Makkah datang ke sumur zamzam dengan unta yang tidak bersih. Selama perjalanan itu pula, mereka bisa saja terkena bakteri, penyakit, dan kotoran. Ketika sampai di sumur, mereka kemudian mengambil air zamzam dengan menggunakan timba. Para dokter berpendapat bahwa penyakit menyebar melalui air dengan cara pengambilan seperti itu. Namun nyatanya, tidak ada dari mereka yang terkena penyakit. Malah mereka menjadi sembuh oleh air zamzam.
“Air zamzam adalah sesuai dengan tujuan orang yang meminumnya.” Kata Nabi Muhammad saw. dalam sebuah hadits riwayat Ahmad.
Demikian keistimewaan air zamzam. Ia tetap steril, sehat, dan menyehatkan, meski ‘divonis’ sedang tercemar. Tidak lain, ini adalah bentuk perhatian khusus dan penjagaan Allah terhadap air yang diberkahi-Nya itu. Bukankah penjagaan Allah di atas segalanya. Waallahu ‘Alam