Troy Bagnall: Saya Merasa Nyaman Saat Mengamalkan Islam

Rate this item
(0 votes)

Nama saya Troy Bagnall. Saya berusia 22 tahun, seorang mahasiswa di Universitas Arizona State(ASU) dari Phoenix, Arizona Amerika. Saya juga belajar di bidang film dan media di ASU. Saya menerima Islam dikarenakan banyak sebab. Saya cenderung kepada Islam agak lama, karena ia merupakan topik hangat ketika berita dan even-even membicarakannya.

 

Saya memang meminati sejarah lama dan sejarah dunia termasuk peperangan dan politik. Ketika saya mendengar konflik dalam berita yang terjadidi Sudan, Somalia, Palestina, Irak, Afghanistan, Pakistan, Chechnya, Lebanon, dan lain-lain, saya melakukan penelitan terhadap konflik-konflik yang terjadi karena ingin memahami apa sebenarnya yang terjadi. Karenamedia di sini agak condong atau berat sebelah dalam memberikan penjelasan tentang apa yang berlaku.

 

Saatmelakukan penelitian terhadap konflik-konflik yang terjadi, saya juga menjadi berminat untuk mempelajari tentang sejarah dunia Islam. Saya menghabiskan masa untuk belajar lebih tentang sejarah dan budaya Islam. Saya juga mengambil kelas Peradaban Islam di ASU. Semakin saya mempelajari sejarah dan budaya dunia Islam, saya menjadi minat dengan agama Islam. Saya dibesarkan dalam agama Kristen dan tidak lagi mengamalkan ajarannya ketika berusia 15 tahun.

 

Secara pribadi saya mendapati Kristen amat membingungkan dan tidak masuk akal. Trinitas dan doktrin penebusan dosa benar-benar tidak dapat diterima mengingatkan adanya naskah dari Injil yang bertentangan dengan doktrin-doktrin tersebut.

 

Saat saya mengambil kelas Sejarah Islam, saya bertemu dengan seorang Muslim bernama Mohammad Totah yang begitu berpengetahuan tentang Injil, Quran, dan kesemua tiga keyakinan Abrahamic. Kami banyak melakukan perbincangan berkaitan perbandingan agama. Saya turut melakukan penelitian sendiri. Saya mulaimengetahui lebih banyak betapa Kristen kontradiksidengan kitabnya sendiri.

 

Saya juga mendapat banyak pengetahuan tentang naskah dalam Injil yang sebenarnya mendukung Islam. Malah saya juga bertemu dengan Gospel of Barnabas yang menyebut nama dan kedatangan Muhammad Saw. Gospel ini juga dikeluarkan dari Injil.

 

Manakala Quran melampaui ketakjubanku. Saya mendapati Quran agak simpel dan mudah untuk difahami. Islam sendiri merupakan ajaran yang amat mudah dan sederhana tanpa kerumitan.

 

Islam tidak menunjukkan keimanan buta seperti Kristen. Ia juga mempunyai rasa pengisian yang tidak dimiliki oleh Judaisme karena Judaisme menolak nabi-nabi kemudian seperti Nabi Isa as dan Nabi Yahya.

 

Semakin saya mempelajari Islam, saya menyadari bahwa ia menjelaskan ketidakpastian yang saya miliki terhadap Kristen. Saya semakin mengetahui tentang Injil dan Kristen sekarang setelah memeluk agama Islam dari sebelumnya semasa saya masih Kristen. Saya merasa lebih dekat dengan Tuhan sebagai Muslim. Saya tidak bermaksud untuk memberi tamparan kepada Kristen, tetapi saya mendapati saya lebih senang dengan ajaran Nabi Paul dan nabi-nabi lain dari ajaran Nabi Isa as.

 

Saya juga menghabiskan masa mempelajari sejarah agama-agama lain setelah menemukan Islamdan bagaimana ia berkembang di seluruh dunia. Saya tahu Islam digambarkan sebagai agama eksotik Timur di Barat, tetapi sebenarnya ia seperti apa yang ingin disampaikan oleh nabi-nabi lain, yaitu menyerah pada Tuhan. Amat mengecewakan bagaimana media sering saja mengambarkan Islam dalam bentuk negatif.

 

Memang terdapat konflik dan kekerasan di bagian dunia Islam, tetapi konflik tersebut sebenarnya lebih kepada politik. Saya mengaku bahwa memang agak sulit untuk mengamalkan Islam dengan melihatsaya tinggal di Amerika dan media di sini memberikan gambaran negatif tentang Islam setiap waktu. Ia juga bukan satu hal yang mudah bagisaya, karena tidak banyakmahasiswa Amerika yang meninggalkan kehidupan carefree dan memeluk agama Islam.

 

Sekalipundemikian hal itutidak menjadi masalah berat bagi saya, karena saya adalah seorang yang rajin belajar. Saya sering ditanya oleh non Muslim berkaitan dengan politik dan budaya Timur Tengah, dan saya terpaksa menunjukkan perbedaan antara apa sebenarnya Islam dan apa itu ideologi politik dan perilakubudaya.

 

Timur tengah merupakan pusat dunia Islam, sayangnya kita melihat media memberikan gambaran stereotip terhadap Muslim yang datang dari Timur Tengah, sedangkan Muslim datang dari seluruh penjuru dunia. Saya kira rasisme turut memainkan peran di sini, karena Barat tampaknya tidak melihat bahwa Judaisme dan Kristen juga berasal dari Timur Tengah sama seperti Islam.

 

Sebagai kesimpulannya, saya menerima Islam karena saya mengakuinya sebagai agama yang benar. Islammudah, sederhana, dan tidak membingungkan. Saya juga mencintai bagaimana Islam mempunyai keterikatan persatuan universal dikalangan penganutnya. Islam telah membantu saya menjadi orang yang lebih baik. Saya merasa nyaman ketika mengamalkan Islam. Ia membantu saya merasai lebih baik tentang kehidupan dan membantu saya menangani stres dan problem kehidupan.

 

Saya sungguh berharap orang di sini di Barat menjadi lebih mengetahuitentang dunia Islam dan apakah Islam itu sebagai agama dari sekadar mendengar kepada apa yang digambarkan oleh media tentang Islam. Saya berharap kisah saya ini memberikan inspirasi kepada mereka yang berminat kepada Islam dan membuat mereka ingin belajar tentangnya.

Read 2171 times