Guru Besar UIN Sulsel: Umat Beragama di Iran Harmonis !

Rate this item
(0 votes)
Guru Besar UIN Sulsel: Umat Beragama di Iran Harmonis !

 

Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar menilai toleransi antarumat beragama di Iran terjalin harmonis.

Prof. Dr. KH. Abd. Rahim Yunus, MA memandang positif tingkat kerukunan beragama di Iran yang disampaikan berdasarkan pengalamannya mengikuti program sabbatical leave di sejumlah kota di negeri Persia.

Wakil Rektor II UIN Alauddin periode 2007-2011 ini menjelaskan penelitiannya tentang peran negara dalam membangun kerukunan hubungan antarumat beragama melalui toleransi dengan studi kasus Iran.

"Saya temukan, sesungguhnya toleransi di [Iran] sini terjamin," ujar wakil rais PWNU Sulawesi Selatan kepada jurnalis IRIB Indonesia baru-baru ini.

"Saya mengunjungi gereja di Tehran dan Isfahan, juga Kanisah (sinagog) Yahudi, Zoroster dan lainnya. Semua merasa hidup damai, terlindungi oleh negara dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sehingga bisa menjalankan ajaran agamanya dengan baik," tegas Ketua Umum Forum Kerukunan Umat Beragama Sulawesi Selatan.

Menurutnya, tujuan kita bernegara dalam konteks beragama, supaya bisa hidup damai dan nyaman dalam melaksanakan ajaran agama masing-masing. 


Prof. Rahim juga menyampaikan pengalaman menariknya ketika mengunjungi Gorgan di provinsi Golestan, yang terletak 410 kilometer dari Tehran. 

Penulis buku Historiografi Islam ini mengunjungi sejumlah masjid dan pesantren Ahlussunnah. 

Wakil Koordinator Kopertais Wilayah VIII Sulawesi Selatan juga menyampaikan pengalamannya mengakses literatur Sunni di perpustakaan universitas dan pesantren Iran.

"Di al-Mustafa, saya menemukan berbagai buku fiqh seperti kitab-kitab Imam Syafei, juga kitab-kitab tafsir Al-Quran, termasuk Kashaf  [Zamakhsari] yang beraliran Mutazilah, bahkan hingga modernis seperti Rasyid Ridha. Jadi betul-betul ini yang saya kagumi," papar Prof. Rahim selepas menyampaikan ceramah pada peringatan hari santri di Qom, (22/10/2019).  

Selain Gorgan, tokoh NU Sulsel ini dengan antusiasi menceritakan pengalamannya datang ke Mashhad dan kesan positif dari kota ziarah Muslim Syiah dunia, tempat dimakamkan Imam Ridha.

"Saya shalat di masjid tidak ada yang kaget, meskipun saya melakukannya sesuai cara Sunni seperti bersedekap dan lainnya," ungkapnya.

Profesor Rahim Yunus telah lima kali mengunjungi Iran dan mengikuti berbagai kegiatan intelektual di negara ini sejak beberapa tahun lalu.  

Guru Besar yang produktif dengan menghasilkan berbagai karya di antaranya tentang posisi tasawuf dalam sistem kekuasaan di kesultanan Buton pada abad ke-19, buku sejarah Islam pertengahan, buku nazariyat martabat tujuh fi nizam al-mamlakah al-butaniyyah, Islam dalam sejarah keragaman konsep dan Sistem, reconstruction of Islamic civilization history learning at higher education in Indonesia dan lain-lain.

Selain mengikuti program sabbatical leave, KH. Rahim Yunus juga menyampaikan ceramah dalam acara peringatan 'Hari Santri 2019' dengan tema 'Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia' yang digelar atas kerja sama antara Ikatan Pelajar Indonesia di Iran (IPI) Gusdurian Tehran dan Hikmah Institute Almustafa University Qom pada Selasa (22/10/2019). 

Read 1030 times