Meski Abu Nawas tidak menyukai pejabat tinggi yang sombong pada pemerintahan Harus Ar-Rasyd, akan tetapi Abu Nawas tidak igin menaruh dendam dalam hati.
Suatu hari Abu Nawas berjalan menuju ke rumah pejabat tersebut dengan maksud silaturahmi dan menghapus segala kebencian. Sesampainya di rumah pejabat tersebut, Abu Nawas langsung dipersilahkan untuk masuk, tuan pejabat kemudian bertanya,
Baca Juga : Menyindir Pejabat
“Wajah yang mana yang engkau bawa mengunjungiku kali ini wahai Abu Nawas?” tanya tuan pejabat menyindir Abu Nawas.
“Aku membawa wajah ketika aku bertemu Tuhanku. Karena ternyata dosaku kepada-Nya lebih besar daripada kepada kamu!” Jawab Abu Nawas.
Tuan pejabat kemudian terdiam mendengar jawaban Abu Nawas, ia sangat tertegu dengan kerendahan hati Abu Nawas yang sama sekali tidak menyukai permusuhan. Akhirnya mereka pun menjalin persahabatan.
Hikmah dari kisah di atas adalah setiap insan biasa pasti pernah dan akan melakukan sebuah aib dan tergelincir pada jalan yang tidak diridhoi Allah swt. maka dari itu jangan berharap bahwa manusia biasa akan selalu melakukan sesuatu yang benar pada kita. Namun jika mereka pernah menyakiti dalam Islam kita mengenal istilah maaf dan kita bisa memaafkan mereka.
“Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu menjadi kafir kembali setelah kamu beriman, karena rasa dengki yang ada dalam diri mereka setelah tampak jelas kebenaran bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapangdadalah, sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S Al-Baqarah: 109)