Pada suatu hari Abu Nawas yang sedang bersantai beranda rumah bersama istrinya tiba-tiba didatangi oleh beberapa pengawal kerajaaan. Para pengawal tersebut diperintahkan baginda untuk menghadirkan Abu Nawas menghadap ke istana.
Mendengar titah baginda, Abu Nawas pun segera bergegas menuju istana bersama para pengawal itu. sesampainya di istana untuk menghadap, baginda langsung berkata,
“Wahai Abu Nawas, saat ini aku sangat membutuhkan bantuanmu menyelesaikan sebuah masalah.” Kata baginda.
“Ampun baginda, apa yang bisa hamba bantu?” Tanya Abu Nawas.
Baginda lalu mulai bercerita kepada Abu Nawas. Baginda mengatakan jika ia telah mendapat laporan tentang seorang saudagar kaya di negeri itu yang kikir dan menolak membayar zakat.
Mendengar cerita baginda, Abu Nawas lalu memberi usul,
“Mengapa Baginda tidak panggil saja dia ke istana? Lalu masukkan dia ke penjara?” Tanya Abu Nawas.
“Sebenarnya bisa saja aku berbuat demikian. Namun jika ada cara yang lebih halus untuk menyadarkannya kenapa harus menghukumnya. Karena Bagaimanapun dahulu sebelum menjadi saudagar ia adalah seorang yang sangat rajin bersedekah dan membayar zakat.” Kata baginda.
“Jadi Abu Nawas, adakah cara lain yang lebih halus darimu agar ia segera tersadar?” Tanya baginda
“Jika begitu, hamba mita waktu tiga hari untuk memikirkan jalan keluarnya wahai baginda.” Kata Abu Nawas.
Baginda lalu memberi Abu Nawas waktu selama tiga hari. Sekembalinya Abu Nawas dari istana, ia mulai memutar otak mencari jalan keluarnya. Secara pribadi Abu Nawas sangat menginginkan saudagar kaya itu dipenjara karena saudagar tersebut memang terkenal akan pelitnya dan enggan membayar zakat dan banyak orang yang membencinya. Tetapi karena tugas itu merupakan perintah dari baginda, mau tidak mau Abu Nawas harus menemukan cara untuk menyadarkan saudagar tersebut.
Kini tibalah pada hari ketiga, pagi itu Abu Nawas yang memang sudah menemukan cara segera bergegas menuju istana untuk menyampaikan idenya pada baginda. Begitu menghadap, baginda langsung bertanya padanya,
“Bagaimana Abu Nawas? Apa kau sudah menemukan cara?” Tanya raja.
“Sudah Baginda, sudah ditemukan caranya. Cuma, baginda juga harus ikut dengan hamba untuk menjadi pengemis dan mengemis di rumah saudagar itu, nanti di sana hamba yang akan menyelesaikan masalah tersebut. Apakah Baginda bersedia?” Tanya Abu Nawas.
Awalnya baginda merasa ragu pada ajakan Abu Nawas, tapi demi menyadarkan saudagar itu, akhirnya baginda pun bersedia.
Dengan memakai pakaian layaknya pengemis, Abu Nawas dan Baginda Raja pergi meluncur ke rumahnya saudagar pelit itu. mereka terus mengawasi sampai saudagar tersebut ada di rumahnya. setelah beberapa saat menunggu, terlihatlah saudagar itu sedang duduk bersantai di beranda rumahnya.
Abu Nawas dan baginda segera saja menghampiri dan mengucapkan salam menyapa saudagar itu.
“Apakah Tuan mempunyai uang receh?” Tanya Abu Nawas.
“Tidak ada!” Jawab Tuan Kabul.
“Kalau begitu, apakah Tuan punya pecahan roti kering, sekedar untuk mengganjal perut kami?” Tanya Abu Nawas.
“Tidak ada!” Kata saudagar.
“Kalau begitu, bolehkah kami minta segelas air saja, adakah Tuan?” Tanya Abu Nawas kembali.
“Sudah aku bilang dari tadi aku tidak punya apa-apa!” Kata Saudagar yang mulai jengkel.
Abu Nawas pun langsung mengeluarkan olah kata ajaibnya,
“Kalau Tuan tidak punya apa-apa, mengapa Tuan tidak jadi pengemis seperti kami saja?” Kata Abu Nawas.
Wajah Tuan Kabul terlihat tidak karuan, antara maran, kesal, tersinggung, sedih bercampur aduk. Saudagar itu pun terdiam teringan akan masa lalunya yang terbilang miskin tapi ia rajin bersedekah. Tapi sekarang dengan kehidupan yang lebih baik, ia malah menjadi kikir. Seketika itu tuan saudagar itu meneteskan air mata menyadari sifat kikirnya selama ini. Baginda pun tiba-tiba berkata,
“Bagaimana, apakah memilih menjadi orang kaya atau orang yang miskin ?” Kata raja. Kalau mau kaya, rajinlah bersedekah dan bayarlah zakat, kalau tidak mau kaya, mengemis saja kayak orang ini.” Kata raja sambil menunjuk ke Abu Nawas.
Abu Nawas lalu melanjutkan dengan membaca ayat-ayat Al Qur’an tentang orang yang kikir dan menolak membayar zakat. Dalam kesedihannya, tuan saudagar merasa sangat terkejut mengetahui jika salah seorang pengemis didepannya adalah baginda raja. Mulai saat itulah saudagar itu mulai berubah menjadi orang yang baik dan dermawan, dan pastinya ia rajin membayar zakat.