Kita meyakini bawha Allah lah yang mengatur rizki seluruh makhluk hidup, mulai dari binatang melata hingga manusia yang memiliki ikhtiar untuk melakukan sesuatu.
Namu setiap dari kita selalu bertanya-tanya dalam hati, Bagaimana Allah mengatur rezeki? Ini adalah pertanyaan yang sangat menarik. Apakah menusia bisa menakar bagaimana Allah membagi rizki seluruh makhluk hidup yang jumlahnya miliaran, dan tetap menjaga konsep keadilan dalam pembagian tersebut.
Anda sudah duduk di meja makan, dengan hidangan tertata di atas meja. Apakah itu rezeki Anda? Belum. Anda harus berikhtiar, memasukkannya ke piring, lalu menyuapnya ke mulut Anda, kunyah, lalu telan. Barulah hidangan tadi menjadi rezeki Anda.
Artinya, Allah memberi rezeki kepada yang mengikhtiarkannya. Berikhtiar mencari rezeki (karunia) Allah itu adalah perintah-Nya. Orang yang mengharap rezeki tanpa berikhtiar, itu menyalahi perintah Allah.
Jadi apa konteksnya ungkapan bahwa rezeki itu diatur oleh Allah? Konteksnya, jangan mencari rezeki dengan cara-cara yang dilarang oleh Allah. Misalnya dengan mencuri, menipu, atau menzalimi orang. Konteks kedua, jangan mencari rezeki sampai lupa pada Allah. Jangan jadikan harta sebagai tujuan hidup.
Ungkapan di atas sering disalahgunakan oleh orang yang enggan bekerja. Orang yang enggan berusaha untuk memperbaiki hidup. Ia berprinsip, rezeki ada yang mengatur. Jadi, kalau ia miskin, artinya yang mengatur rezeki dia anggap tidak memberinya rezeki. Itu pandangan yang keliru.
Ada juga orang yang tidak berhitung dalam membelanjakan uang. “Ntar ada aja rezeki lagi, kan Allah yang ngatur,” katanya. Itu salah juga. Dalam mencari rezeki kita wajib berikhtiar. Dalam menjaga dan mengelola rezeki yang sudah kita dapat, juga harus dengan ikhtiar. Tanpa ikhtiar, sebanyak apapun harta dan uang kita, akan habis tanpa keperluan yang jelas.
Ingat, mengelola harta, membelanjakannya dengan bijak, itu bagian dari sikap bersyukur pada Allah. Ada banyak orang yang mendapat harta tanpa perlu bekerja keras, misalnya dari warisan orang tua mereka. Tidak sedikit dari mereka yang kemudian jatuh miskin, karena tidak pandai mengelola. Mereka tidak cukup berikhtiar dalam menjaga rezeki dari Allah.
Jadi, mengelola uang, membelanjakannya dengan bijak itu wajib. Tidak bisa kita bersikap masa bodoh, mengaggap Allah pasti akan memberi kita rezeki lagi. “Jangan kau jadikan tanganmu mencekik lehermu, jangan pula kau ulurkan seluas-luasnya, belanjakanlah sedang-sedang saja.” Itu panduan dari Quran.
Tapi bukankah Allah juga menjanjikan rezeki yang sifatnya tak terduga? Iya. Itu janji untuk orang bertakwa. Sebaiknya jangan terlalu percaya diri mengira diri kita sudah masuk dalam golongan itu. Lagipula, itu wilayah misteri yang kita tidak bisa mengikhtiarkannya. Fokuslah pada wilayah yang bisa kita ikhtiarkan. Yang merupakan wilayah keputusan mutlak dari Allah, biarlah Allah yang mengaturnya.
Itu namanya faktor tak terduga. Jangan rencanakan hidup berbasis pada faktor tak terduga, padahal yang bisa kita duga, bisa kita hitung, sangat banyak.