Pada suatu hari seorang pria dan anaknya pergi dari desa menuju sebuah kota. Selang berapa lama berjalan, mereka menemukan sebuah terompah. Pria desa tersebut berkata kepada anaknya: “Ambillah terompah itu mungkin bisa bermanfaat nantinya.” Putranya berkata: “Terompah ini tidak berharga bahkan dibanding tenaga untuk mengambilnya.” Akhirnya pria itu pun mengambil sendiri terompah tersebut dan mengantoginya.
Ketika di pertengahan jalan mereka tiba di sebuah desa, mereka menjual terompah itu ke penjual terompah dan membeli beberapa buah dengan uang itu, kemudian melanjutkan perjalanan mereka hingga sampai di sebuah padang pasir. Tidak ada air di padang gurun itu, dan putranya hampir mati kehausan. Ayahnya yang mendahului putranya melempar salah satu ceri ke tanah. Anak laki-laki itu pun jongkok dan mengambil ceri dari tanah tersebut hingga sampailah mereka ke tempat air dan sebuah desa, setiap beberapa langkah ayahnya melempar sebuah ceri ke tanah dan putranya mengambil dan memakannya.
Sampai pada akhirnya sang ayah berpaling ke putranya dan berkata: “Apakah kamu ingat saat aku berkata ambilah terompah itu, dan kamu berkata kalau hal itu tidak sebanding dengan tenaga untuk mengambilnya? Anaknya menjawab: “Ya, aku ingat.” Ayahnya berkata lagi: “Lihatlah aku yang telah mengambilnya dan uang hasil penjualannya pun dapat aku belikan ceri, supaya lebih jelas, aku akan rincikan kepadamu hingga kamu faham, buah ceri itu ada 37 buah dan kamu harus mengeluarkan tenaga untuk mengambilnya dari tanah sebanyak 37 kali, tapi sebenarnya jika kamu tidak mau repot kamu hanya butuh sekali jongkok dengan mengambil terompah itu.”