Haji Kamal Dasti mengusap wajahnya sambil tersenyum, lalu bertanya dengan raut keheranan, "Pendapatku tentang Haji Qasem (Syahid Qasem Soleimani)? Aku tidak punya pendapat tentangnya, ia telah ditunjuk oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam sebagai komandan Pasukan Quds, banyak prajurit di Divisi 41 Tsarallah bersedih.
Mereka berpikir tidak lagi bisa bertemu Haji Qasem, tapi rekan-rekan dekatnya tahu bahwa sikap Haji Qasem tidak akan berubah. Memang seperti itu yang terjadi, kami masih bisa berkumpul bersamanya dua sampai tiga kali dalam setahun, semua teman-teman juga datang. Haji Qasem tidak melupakan siapa pun selama masa itu, semua pejuang masa lalu adalah orang-orang baik, tapi Haji Qasem sosok yang istimewa."
Haji Kamal Dasti adalah salah satu mantan veteran dari Divisi 41 Tsarallah. Ia adalah seorang veteran yang terkenal di kota Kerman dan termasuk teman dekat Letjen Soleimani.
Para mantan veteran mulai mengenang kembali pengalaman mereka di medan perang dan jalinan persahabatan yang terajut di antara mereka. Kesyahidan Letjen Soleimani seakan mengulang kembali hari-hari revolusi dan Perang Pertahanan Suci. Dada mereka terasa sesak dan darahnya membara. Darah segar kembali mengaliri urat nadi Islam dan semua bangkit untuk membela Islam.
Haji Qasem secara rutin mengadakan peringatan acara duka dan pengajian di rumahnya yaitu hari wafatnya Sayidah Fatimah az-Zahra dan bulan Ramadhan. Acara ini menjadi ajang nostalgia para mantan veteran perang. Mohammad Shahmuradi, komandan Divisi 420 dan veteran perang, adalah salah satu teman Haji Qasem yang sangat terpukul dengan berita kesyahidan komandan Pasukan Quds ini.
Syahid Soleimani bersama rekan-rekannya di Divisi 41 Tsarallah.
Dia menuturkan, "Pertemuan terakhir kami dengan Haji Qasem terjadi pada bulan Ramadhan tahun lalu. Ia bercerita tentang kitab Nahjul Balaghah kepada kami dan mengingatkan kami tentang nilai-nilai moral. Ia juga sedikit bercerita mengenai perang Suriah dan Irak, hanya secara global dan kami tidak mengetahui detailnya, tapi analisanya tentang situasi di kawasan sangat bagus. Seperti biasanya, kami saling bercengkrama dan kemudian pulang ke rumah masing-masing. Kami bertemu Haji Qasem dua kali setiap tahun, tapi sekarang kami menjadi yatim."
Mungkin banyak orang mengenal Letjen Soleimani karena pengorbanannya di medan perang, tetapi selain itu, ia juga termasuk salah satu tokoh budaya. Syahid Soleimani memainkan peran besar di bidang budaya khususnya dalam melestarikan warisan para syuhada. Ia sangat aktif dalam kegiatan budaya dan dapat dikatakan bahwa Syahid Soleimani adalah salah satu petinggi Korps Pasdaran yang sangat peduli dengan budaya. Ia selalu menjadi tumpuan bagi anak-anak dan keluarga syuhada.
Kisah kehidupan Syahid Soleimani telah memberikan makna kepada cinta dan para pecinta. Setiap kali ia menghadiri acara yang diadakan oleh keluarga syuhada, para hadirin langsung mengurumuninya. Anak-anak para syuhada bergegas ke arahnya dan mereka duduk di sampingnya, seakan mereka sedang menemui ayahnya.
Haji Qasem sangat ramah sehingga anak-anak tidak sungkan untuk mendekatinya, mereka menumpahkan keluh-kesahnya kepada sang komandan dan tidak lagi mempedulikan jalannya acara.
Suatu hari, Letjen Qasem hadir di sebuah acara yang diadakan oleh keluarga syuhada. Ia masuk dengan tenang dan duduk di salah satu sudut ruangan. Namun begitu salah seorang anak melihatnya, ia langsung berteriak dengan ucapan, "Salam Haji Qasem!"
Seketika seisi ruangan riuh melantunkan shalawat dan para hadirin tidak lagi memperhatikan penceramah. Penceramah pun meminta Letjen Soleimani untuk naik ke mimbar dan menyampaikan sambutan. Anak-anak selalu ingin dekat dengannya, bercerita kepadanya, dan berfoto bersama.
Keakraban anak-anak syuhada dengan Letjen Soleimani.
Acara keluarga para syuhada dengan Letjen Soleimani, tidak pernah dibatasi oleh aturan protokoler. Mereka ingin suasana berlangsung akrab dan bisa digunakan untuk berkeluh kesah. Letjen Soleimani selalu meminta agar acara pertemuan dengan keluarga syuhada diadakan pada hari-hari besar sehingga anak-anak mereka bisa merasakan kegembiraan yang lebih besar.
Di acara peringatan Syahid Soleimani, Ibu Fatimah Jakfari, istri Syahid Ansari menuturkan, "Malam ini kami berkumpul bersama, seperti sebuah keluarga besar yang kehilangan ayahnya, dengan harapan pertemuan ini bisa mengurangi kesedihan anak-anak dan keluarga kami. Kami saling memahami perasaan masing-masing, kami memahami duka anak-anak kami. Meski kesyahidan ini menjadi cita-citanya, namun anak-anak kami kembali berduka dan menangis. Anak-anak balita memegang erat kain hijab ibunya dan menangis hebat, orang-orang dewasa kembali mempererat ikatan tali sepatu tempurnya."
Dalam Islam, salah satu syarat masuk surga adalah mengasihi anak yatim, sementara berbuat kezaliman dan merampas hak-hak dan harta mereka akan mendatangkan azab Ilahi. Anak-anak sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Mereka yang telah yatim, benar-benar haus akan kasih sayang dan perhatian.
Haji Qasem selalu berusaha mengobati kesedihan anak-anak yatim dan membuat mereka merasa memiliki seorang ayah. Ia memeluk anak-anak, mengusap pundak mereka, dan menyuapkan makanan kepada mereka. Haji Qasem merasa gembira saat sebuah senyuman merekah di wajah anak seorang syahid.
Haji Qasem memiliki hati yang lembut dan penyayang, ia mengambil setangkai mawar yang diberikan oleh seorang anak syahid meski ia sedang shalat. Seakan ia sudah akrab dengan sabda Rasulullah Saw yang berkata, "Ketika seorang anak yatim menangis, maka Arsy Allah akan bergetar karena tangisannya… Allah berfirman, 'Aku bersumpah dengan kemuliaan dan keangugan-Ku, barang siapa yang menghapus tangisan anak yatim, maka surga wajib baginya.'"
Haji Qasem tidak hanya menjadi tokoh Iran yang paling dikagumi di semua polling, tapi ia juga menjadi figur yang paling populer di kawasan. Oleh karena itu, ia sangat dibenci oleh musuh yang paling bengis dan paling kejam. Ia berulang kali mengagalkan skenario Amerika Serikat dan Israel di Lebanon, Palestina, Irak, dan Suriah.
Di Irak, Haji Qasem membantu memperkuat persatuan di antara warga Syiah dan mendamaikan konflik horizontal di negara itu. Stabilitas politik yang tercipta di Irak tentu saja tidak sejalan dengan kepentingan pasukan pendudukan. Masalah tersebut juga menjadi perhatian Haji Qasem dalam beberapa pekan terakhir.
Pukulan lain yang tidak akan pernah dilupakan oleh musuh adalah kehancuran kelompok teroris Daesh di Irak dan Suriah. Letjen Soleimani berjihad di medan perang, tetapi ia tidak pernah mengenakan seragam militer dalam perang yang berkecamuk itu, karena misi utamanya adalah memobilisasi masyarakat di kawasan.
Sekarang para pemuda revolusioner – demi menjaga keamanan negara – berperang melawan musuh jauh di luar perbatasan Iran dan mereka sedang menggagalkan konspirasi-konspirasi musuh.
Kepergian Haji Qasem telah menyisakan duka dan kesedihan yang mendalam, tapi tetesan darahnya akan menumbuhkan pohon yang subur dan membangkitkan kesadaran masyarakat.
Seorang bocah Iran berteriak lantang di tengah kerumunan demonstran, "Dunia perlu mengetahui bahwa jika Letjen Qasem Soleimani telah kalian ambil dari kami, kami anak-anak akan dididik seperti Qasem Soleimani. Ketahuilah, aku adalah Qasem Soleimani!."