Alkisah, di sebuah desa terjadi musibah paceklik dan kelaparan, semua penduduk pun dirundung kesedihan.
Pada suatu hari seorang arif sedang melewati gang di desa tersbut dan melihat seorang budak yang sangat bahagia dan ceria. Dia pun bertanya kepadanya bagaimana budak tersebut masih bisa tertawa dan bersukacita dalam situasi seperti itu?
Dia menjawab bahwa dia adalah seorang budak dari seorang tuan yang memiliki beberapa peternakan, dan selama dia bekerja untuknya, dia yang memberinya penghidupan, jadi mengapa dia harus bersedih ketika dia sudah mempercayainya?
Arif tersebut pun berkata: “Saya merasa malu pada diri saya sendiri melihat seorang budak yang menyandarkan penghidupannya kepada tuan yang memiliki beberapa kambing tapi dia tidak bersedih, sedangkan saya yang mempunyai Tuhan penguasa seluruh alam masih merasa khawatir akan penghidupan saya.”