Mari, Membuat Hidup Lebih Baik (20)

Rate this item
(0 votes)
Mari, Membuat Hidup Lebih Baik (20)

 

Menepati janji merupakan sebuah prinsip universal, dan termasuk di antara keutamaan akhlak terbaik yang diakui seluruh masyarakat dunia. Sebaliknya tidak menepati janji, atau melanggar janji merupakan keburukan akhlak dan termasuk pengkhianatan.

Untuk memiliki sebuah kehidupan yang baik dan sehat, kita membutuhkan hubungan sosial yang positif yaitu ketika orang-orang yang ada dalam kehidupan kita begitu berharga, layak dihormati dan penting. Kita memiliki sahabat-sahabat yang menolong kita di saat kita kesulitan. Orang-orang yang saat berada di samping mereka, kita merasa tenang dan membuat hidup kita nyaman.
 
Orang-orang yang ikhlas dan mengubah kesedihan kita menjadi kebahagiaan, adalah nikmat yang besar. Mereka bisa jadi salah satu anggota keluarga kita atau mungkin sahabat kita. Orang-orang yang keberadaannya harus kita hargai, dan berusaha kita jaga. Menjaga persahabatan, dan hubungan sosial yang baik membutuhkan kerja keras serta komitmen.
 
Dengan menjauhkan diri dari sikap sombong, takabur, harapan tinggi, dan memupuk sikap tepat janji, dan berbuat baik, kita bisa memperkuat persahabatan. Salah satu sikap sosial penting yang memainkan peran signifikan dalam mengokohkan hubungan sesama manusia adalah tepat janji. Banyak pertemanan dan persahabatan yang hancur gara-gara satu ingkar janji.
 
Kata janji atau ahd dalam bahasa Arab pada kenyataannya adalah sejenis kontrak moral, sosial dan duniawi yang diikat oleh dua orang, dua kelompok, beberapa orang, beberapa kelompok atau di antara banyak orang dari sebuah bangsa dengan pemimpin. Agama Islam sangat menekankan sikap tepat janji, dan menganggapnya sangat bernilai, sehingga dicatat dalam banyak ayat Al Quran. Salah satunya dalam Surat Al Isra ayat 34,
 
وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ ۖ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا
“…… dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.”
 
Menurut pendapat Allamah Tabatabaei, ayat suci ini seperti ayat-ayat Al Quran lainnya memuji sikap tepat janji, dan mengutuk sikap melanggar janji, ini mencakup janji seorang atau dua orang, juga mencakup janji sosial dan antar kaum, etnis, umat dan masyarakat dunia. Dalam pandangan Islam, menepati janji sosial dan internasional lebih penting ketimbang janji individu, karena keadilan sosial lebih penting, dan pelanggarannya lebih berat.
 
Al Quran dalam banyak ayatnya sangat menekankan sikap menepati janji, dan menganggap sikap mulia ini sebagai fitrah karena sudah dibawa manusia sejak dilahirkan. Artinya sejak kanak-kanak, orang sudah bisa memahami sikap melanggar janji, dan menganggap tepat janji sebagai sikap yang penting. Seorang anak akan langsung bersedih dan marah saat kedua orangtuanya melanggar janji, ia akan menganggap perilaku itu sebagai kebohongan, dan mencelanya.
 
Setiap manusia tumbuh bersama sikap ini, dan dalam setiap fase kehidupannya menganggap tepat janji sebagai sikap yang penting. Untuk menjalani hidup yang lebih baik, maka kita harus menjaga diri agar selalu menepati janji dalam kehidupan sosial kita. Al Quran dalam surat Maryam ayat 54, menyebut sikap tepat janji sebagai salah satu sifat menonjol Ismail, putra Nabi Ibrahim as.
 
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَّبِيًّا
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.”
 
Pada tafsir ayat ini yang dikutip dari Imam Jafar Shadiq as disebutkan, Nabi Ismail mengikat janji dengan seseorang namun orang itu tidak datang di tempat yang sudah dijanjikan. Nabi Ismail menunggu lama di tempat itu sampai para pengikut beliau khawatir. Akhirnya seseorang yang kebetulan melewati tempat  tersebut melihat Nabi Ismail dan berkata, Wahai Nabi Tuhan, kami khawatir karena Engkau tak kunjung datang. Nabi Ismail menjawab, saya berjanji untuk bertemu seseorang di tempat ini, tapi dia tidak datang, dan selama ia tidak datang saya akan tetap menunggunya di sini. Kemudian orang itu menyampaikan keterangan Nabi Ismail kepada masyarakat, dan mereka mendatangi orang yang berjanji bertemu Nabi Ismail, dan membawanya. Orang tersebut dalam keadaan malu berkata, Wahai Nabi Tuhan saya lupa telah berjanji untuk bertemu dengan Anda. Lalu Nabi Ismail menjawab, jika kamu tidak datang, aku akan terus berada di sini.
 
Menepati janji merupakan salah satu sifat Tuhan, dan teladan orang-orang berakal, sementara melanggar janji akan melahirkan kefasikan dan kerugian serta menyebabkan laknat Tuhan.
 
Para penyampai wahyu Tuhan yang mengajak umat manusia untuk menyembah Allah Swt, dan mengutamakan akhlak mulia dalam kehidupan, memberikan perhatian khusus pada janji. Mereka meminta umatnya untuk menepati janji yang benar dan sehat, dan yang lebih penting dari itu mengikat janji penghambaan dengan Tuhan. Saat seorang manusia menganggap dirinya sebagai hamba Tuhan, maka perilakunya akan indah.
 
Saat Allah Swt dijadikan sebagai inti penciptaan, kekuatan serta kecintaan mutlak, dan tetap di jalan penyembahan-Nya, maka kita telah tepat janji. Tidak lalai mengingat Tuhan, dan karena-Nya kita berbuat baik kepada sesama maka kita perlahan-lahan akan merasakan diri kita menjadi baik dan jernih. Maka dari itu tepat janji yang paling penting adalah tepat janji manusia kepada Tuhannya.
 
Menepati janji dalam kehidupan sosial, memainkan peran signifikan, dan merupakan salah satu hal yang sangat jelas. Manusia adalah makhluk sosial, dan kehidupan sosialnya menuntut dia untuk berinteraksi dengan sesama, di satu sisi interaksi seseorang dengan yang lain harus dilakukan berdasarkan komitmen dan kepercayaan sehingga urusan pribadi dan sosial bisa dilakukan dengan kepercayaan penuh.
 
Jika kita perhatikan secara seksama kehidupan sosial, kita akan menyaksikan seluruh aturan hidup bermasyarakat yang dengannya kita hidup lebih tenteram, berdiri di atas pondasi komitmen sosial. Islam untuk menjaga komitmen dan kepercayaan ini memerintahkan umat manusia untuk menepati janji. Keutamaan akhlak ini dan penekanan atasnya oleh Islam merupakan bentuk penghormatan atas hak seseorang, dan komitmen internasional Islam yang menyebabkan penguatan hubungan individu, sosial, politik, dan ekonomi.
 
Jika kita mendambakan sebuah masyarakat yang sehat, maka kita harus berubah menjadi masyarakat yang ideal, dan berperilaku dalam kerangka keutamaan akhlak terutama menjadi orang yang tepat janji. Untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang sehat, sikap menepati janji adalah salah satu prasyaratnya. Sebaliknya, sikap melanggar janji akan mengikis akar kepercayaan, dan melemahkan pondasi hubungan sosial. 
 
Imam Ali bin Abi Thalib as berkata, jangan mempercayai orang yang tidak menepati janji.
 
Masalah seputar janji dan komitmen akan selalu ada dalam setiap tahapan kehidupan manusia. Mulai dari rumah yang merupakan inti sosial terkecil, hingga ke masyarakat. Dalam setiap hubungan sosial sebagian janji dan komitmen itu dicatat, dan sebagian lain tidak dicatat, semuanya dimaksudkan untuk membuat hidup kita lebih baik. Sikap tidak menepati janji akan menurunkan kredibilitas seseorang, dan nilainya di mata orang lain akan jatuh.
 
Jika orang yang tidak menepati janji menduduki jabatan tertentu dan merupakan orang berpengaruh di masyarakat, maka pelanggaran janjinya akan lebih merusak, dan menyebabkan kepercayaan publik hilang, menimbulkan penindasan dan memecah belah masyarakat. Menepati janji bagi para politisi terhadap konstituennya sedemikian penting sampai Imam Ali as dalam suratnya kepada Malik Ashtar menyebut tepat janji sebagai sebuah urusan publik dan kemanusiaan. Imam Ali berkata, jangan sampai engkau mengikat janji dengan sebuah masyarakat lalu melanggarnya karena menganggap lebih bermanfaat.
 
Seorang raja pada suatu malam di musim dingin keluar dari istananya. Saat kembali ke istana, ia melihat seorang penjaga tua dengan pakaian tipis tengah berjaga di tengah dinginnya malam. Kemudian raja bertanya kepadanya, apakah kamu tidak kedinginan ? penjaga tua menjawab, saya kedingingan wahai raja, tapi saya tidak punya baju hangat, dan terpaksa harus menahan dingin ini. Raja berkata, sekarang saya akan pergi ke istana, dan memerintahkan pengawal untuk membawakan salah satu baju hangat saya untukmu.
 
Penjaga tua terkejut, dan berterimakasih kepada sang raja. Akan tetapi seketika masuk ke istana raja lupa dengan janjinya. Pagi hari kemudian ditemukan jasad penjaga tua yang sudah membeku di sekitar istana. Di sisi jasad tampak sebuah tulisan yang hampir tak terbaca, tulisan itu berbunyi, wahai raja saya setiap malam menahan dingin dengan baju tipis ini, tapi janji Anda untuk memberikan baju hangat, telah membunuh saya.

Read 871 times