Kita sudah berbicara tentang pentingnya penetapan tujuan, perencanaan, disiplin dan manajemen waktu. Kepatuhan pada prinsip-prinsip itu memiliki pengaruh besar bagi gaya hidup kita. Ajaran Islam serta sirah Nabi Saw dan Ahlul Bait sangat menekankan hal tersebut. Semua tugas personal dan sosial kita dalam hidup ini bisa ditata dengan mematuhi prinsip-prinsip tersebut dan dapat dikerjakan dengan baik.
Yang dimaksud dengan tugas-tugas personal adalah suatu kegiatan perseorangan yang dilakukan oleh individu tertentu tanpa memperhatikan apakah ia berada di tengah keluarga atau masyarakat. Di antara tugas-tugas personal adalah membentuk pola pikir, menuntut ilmu pengetahuan, ibadah, menjaga kebersihan dan kesehatan, berolahraga, memilih model pakaian dan menggeluti pekerjaan tertentu.
Berapa lama waktu yang kita luangkan untuk berpikir dan belajar di sepanjang hari? Atau berapa buah buku yang selesai kita baca dan memperkaya pengetahuan kita di sepanjang bulan? Ketika kita memutuskan untuk melakukansesuatu, berapa lama waktu yang kita habiskan untuk berpikir?
Pemikiran inovatif
Pemikiran dan perenungan termasuk salah satu aset manusia paling berharga dan hal itu menjadi pembeda mereka dengan semua makhluk lain. Manusia adalah makhluk yang berakal dan bernalar, dimana mereka punya kemampuan untuk memikirkan berbagai masalah.
Pada dasarnya, kesempurnaan dan perkembangan manusia bergantung pada kapasitas pemikirannya. Jelas bahwa kegiatan berpikir dan memperkaya pengetahuan memainkan peranan besar dalam gaya hidup kita. Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Keselamatan dan kesehatan selalu ada bersama berpikir dan bernalar.”
Berpikir dan bernalar harus selalu menyertai setiap pekerjaan dan keputusan. Manusia adalah makhluk yang tergesa-gesa dan ingin cepat sampai pada sesuatu. Sifat ini kemudia membuat mereka tidak mampu membedakan mana yang baik dan buruk dan mana yang benar dan salah. Oleh sebab itu, tidak adanya penalaran dan perenungan telah menciptakan banyak kegagalan dan ketimpangan di ranah individu, keluarga dan masyarakat.
Rasul Saw bersabda, “Saya wasiatkan bahwa setiap kali kalian ingin melakukan sesuatu, maka pikirkanlah akibatnya, jika pekerjaan itu membawa kemajuan maka lakukanlah, tapi jika it mendatangkan kerusakan dan kerugian, maka tinggalkanlah.”
Kelalaian terhadap kekuatan akal dan pemahaman dalam kehidupan material dan spiritual justru akan memperlemah manusia. Namun, penggunaan akal dan nalar secara optimal akan meningkatkan efektifitasnya. Menghabiskan waktu dengan kemalasan dan tidak punya kegiatan, juga akan mengurangi kemampuan otak seseorang.
Imam Shadiq as dalam sebuah pesan kepada salah seorang sahabatnya yang meninggalkan pekerjaannya dan memilih untuk menjadi penganggur, berkata, Mulailah kembali berdagang dan bekerja, karena menganggur akan mengurangi kemampuan akal.”
Dari sisi lain, Islam juga mencela kesibukan yang berlebihan dan mengikat diri dengan pekerjaan. Karena kebiasaan itu akan merampas kesempatan untuk mengevaluasi hal-hal yang sudah dikerjakan serta menjerumuskannya ke dalam khayalan dan kekacauan pikiran. Selain menata dan memikirkan urusan-urusan hidup, menimba ilmu pengetahuan dari perspektif Islam juga termasuk sebuah realitas yang suci dan luhur.
Antri kerja
Islam telah membangkitkan motivasi kaum Muslim untuk menuntut ilmu dan memuliakan orang-orang yang berilmu. Ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah Saw di gua Hira berbicara tentang ilmu. Allah Swt dalam surat al-‘Alaq memperkenalkan dirinya sebagai pengajar umat manusia. Dalam al-Quran, pendidik dan perintah untuk belajar dianggap sebagai salah satu keistimewaan para utusan Allah Swt.
Al-Quran juga memberikan kedudukan yang tinggi kepada orang-orang yang berilmu dan memuliakan mereka dari golongan yang lain. Berbagai ayat al-Quran mempertegas tentang ketidaksamaan antara orang alim dan jahil. Dalam ajaran Islam, seseorang tidak mungkin bergerak meraih kesempurnaan jika tanpa pemikiran dan ilmu pengetahuan. Tuhan juga memberikan tempat istimewa kepada orang-orang alim dan menganggap mereka lebih mulia dari kelompok lain.
Berkenaan dengan pentingnya ilmu pengetahuan, Islam mewajibkan setiap umatnya untuk menuntut ilmu dan kesuksesan di dunia serta keberuntungan di akhirat sangat ditentukan oleh ilmu, tentu saja ilmu yang berguna. Ilmu yang tidak membawa manfaat sama seperti obat yang tidak memberi kesembuhan. Penalaran dan perenungan akan memperkuat pandangan manusia terhadap dunia dan akhirat serta memberinya kekuatan untuk mengevaluasi maslahatnya di dunia dan akhirat. Pada akhirnya, ia akan bertindak sesuai dengan maslahat hakikinya.
Penalaran sangat penting bagi kesempurnaan dimensi spiritual manusia sampai-sampai Islam menyebut kegiatan berpikir sebagai ibadah terbaik dan berpikir satu jam akan memperoleh pahala 70 tahun ibadah. Penalaran dan kegiatan berpikir akan memacu perkembangan otak dan melatih kekuatan akal manusia. Hal ini membantu manusia untuk mencapai tujuan-tujuan luhur. Individu yang meliburkan akalnya ia akan lalai terhadap awal penciptaan dan mungkin saja terjebak dalam penghambaan kepada selain Tuhan.
Oleh karena itu, setiap Muslim harus meluangkan waktu setiap hari untuk belajar dan memperkaya pengetahuannya.
Mengenai pentingnya berpikir dan menuntut ilmu, Rasul Saw bersabda, “Hari dimana pengetahuanku tidak bertambah di dalamnya dan tidak mendekatkanku kepada Tuhan, maka matahari yang terbit pada hari itu tidak berkah bagiku.”
Dalam sebuah riwayat yang lain, Imam Ali as menganjutkan umat Islam untuk menimba ilmu, karena ilmu akan menguatkan badan. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan akan membekali manusia untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Dan yang dimaksud dengan penguatan badan adalah memanfaatkan anugerah dunia di bawah petunjuk ilmu. Seorang mufassir besar Islam, Allamah Muhammad Husein Thabathabai mengatakan, “Pemikiran yang lebih sahih akan semakin memperkuat kehidupan. Kehidupan yang tangguh berkaitan dengan pemikiran yang kuat.”
Sejumlah riwayat lain juga menyebut kegiatan belajar sebagai kesempurnaan agama. Ilmu yang dimaksud di sini tentu saja pengetahuan yang membimbing manusia menuju kebahagiaan dan keselamatan, bukan ilmu yang mengantarkan mereka pada penyimpangan. Setiap ilmu harus menjadi pengarah dan penerang jalan. Jika seseorang terus bertambah ilmunya, tapi ia tidak menjadi lebih baik, maka hal itu akan semakin menjauhinya dari Tuhan.
Kehidupan keluarga
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan Islam, ilmu dan pengetahuan harus mengabdi untuk tujuan-tujuan mulia dalam hidup ini, bukannya menjadi alat penyimpangan manusia. Oleh sebab itu, kegiatan berpikir dan bernalar dalam beberapa masalah dirasa sangat penting, termasuk berpikir dalam masalah akidah seperti tauhid, kenabian dan Hari Kiamat. Ketika landasan ideologi diperkuat dengan argumentasi-argumentasi rasional, maka tentu saja ia akan menunjukkan hasil-hasil positifnya dalam gaya hidup manusia.
Islam menekankan umatnya untuk mempelajari semua cabang ilmu yang dibutuhkan untuk menata hidup. Dalam ajaran agama ilahi, semua disiplin ilmu dan teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat harus dipelajari, begitu juga dengan keahlian untuk membuat sarana yang tidak membawa kerusakan dan dosa.
Dapat disimpulkan bahwa setiap usaha ilmiah dan penelitian untuk tujuan kemajuan masyarakat memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam. Kegiatan berpikir dan menimba ilmu pengetahuan merupakan landasan penting bagi gaya hidup Islami dan setiap Muslim harus memanfaatkannya dengan baik dan benar.