Meski Imam Hasan Askari as, cucu Rasulullah Saw, gugur syahid di tahun 260 hijriah, yang membuat umat Muslim tenggelam dalam kesedihan, akan tetapi berita gembira kepemimpinan Imam Mahdi as, putra beliau dan sekaligus hujjah terakhir Allah Swt di muka bumi, menerangi dan memberikan harapan besar pada hati umat. Oleh karena itu, pada hari ini; hari dimulainya kepemimpinan Imam Mahdi as sang juru selamat dan penegak keadilan sejati di dunia, diperingati sebagai hari raya.
Rasulullah Saw bersabda: "Bintang-bintang adalah tempat tinggal untuk mereka yang berada di langit, jika bintang-bintang itu musnah maka mereka yang di sana juga akan musnah. Jika Ahlul Bait tiada, maka manusia di muka bumi juga akan Sirna."
Imam Mahdi as merupakan hujjah terakhir di antara para imam maksum as dari keturunan Rasulullah Saw yang akan memenuhi bumi dengan keadilan—setelah dipenuhi dengan kezaliman dan ketidakadilan. Dia adalah hujjah tersembunyi Allah Swt untuk umat manusia . Dimulainya kepemimpinan matahari kemuliaan dan keadilan ini sejatinya adalah berkah bagi umat manusia.
Selama berabad-abad Imam Mahdi as berada di balik tabir ghaibah dan harapan kemunculan beliau menjadi penenang hati umat manusia yang selalu galau. Ghaibah bukan sebuah fenomena tunggal dan pertama terjadi terhadap Imam Mahdi as, karena banyak riwayat yang menyebutkan bahwa sejumlah nabi juga pernah mengalami ghaibah. Ini terjadi demi maslahat dan hikmah yang diketahui Allah Swt.
Imam Ja'far as-Shadiq as berkata, "Sesungguhnya untuk Imam Mahdi (as) kami akan terjadi ghaibah yang sangat lama." Perawi menanyakan sebab ghaibah Imam Mahdi as itu dan beliau menjawab, "Allah ingin memberlakukan sunnah para nabi dalam ghaibah mereka terhadap Imam Mahdi as."
Menanti kemunculan Imam Mahdi as itu berarti berharap dan mempersiapkan diri untuk masa depan yang lebih baik. Anggap saja seperti seseorang yang menanti anaknya yang sedang sakit, dia sedang menanti kesembuhan anaknya. Yakni dia ingin mengakhiri kondisi yang sedang terjadi dan menyambut kondisi lebih baik. Oleh karena penantian itu tersusun atas dua unsur; berakhirnya kesulitan yang terjadi dan munculnya kondisi ideal dan sesuai. Dengan kata lain, penantian yakni menerawang jauh menuju masa depan dan berupaya untuk kondisi ideal tersebut.
Penantian itu sendiri terbagi menjadi dua, pertama penantian yang dangkal dan tidak komitmen dan kedua penantian yang sejati dan berkomitmen. Penantian yang dangkal itu adalah bentuk penantian secara lahiriyah, temporal dan pengungkapan penantian itu hanya sekedar pada doa serta peringatan-peringatan keagamaan saja. Akan tetapi penantian yang sejati dan berkomitmen adalah sebuah gerakan berkomitmen yang dibarengi dengan upaya konstan dan konstruktif baik secara individu maupun sosial. Imam Ja'far as-Shadiq as dalam hal ini berkata, "Para penanti kemunculan Imam Mahdi as bergerak menuju kemunculan dan mengamalkan tujuan-tujuan kemunculan tersebut dan penantian seperti ini sendiri dinilai sebagai kedatangan dan keterbukaan."
Imam Ali al-Ridho as berkata, "Betapa indah kesabaran dan harapan menanti kedatangan (Imam Mahdi as)." Penantian adalah termasuk di antara tugas para sahabat Imam Mahdi as, yang merupakan amalan batin yang memiliki banyak pengaruh dan berkah lahiriyah. Penantian kemunculan dan kedatangan Imam Mahdi as berarti penantian penegakan keadilan dan nilai-nilai kemanusiaan sejati di dunia. Penantian seperti ini merupakan di antara ibadah terbaik. Penantian sang juru selamat dunia, bukan sekedar slogan saja, karena seorang penanti memiliki tugas-tugas yang harus dilaksanakan dengan serius dan mempersiapkan perwujudan janji-janji Allah Swt. Imam Ja'far as-Shadiq as berkata, "Pemerintahan keluarga Muhammad pada akhirnya akan terbentuk, maka siapa saja yang menjadi sahabat Imam Mahdi as, harus selalu berhati-hati dan bertakwa, menghiasi dirinya dengan akhlak yang baik dan kemudian menanti kemunculannya Imam Mahdi as."
Mengenal Imam Mahdi as adalah tugas pertama seorang mukmin yang menanti kemunculan beliau. Pengenalan tersebut tentunya berdasarkan prinsip-prinsip ketauhidan dan kenabian. Tugas terpenting seorang penanti adalah berusaha mencapai makrifat wujud suci Imam Mahdi as, karena manusia yang tidak mengenal imam dan kedudukannya tidak akan dapat menentukan tugasnya. Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa mati tanpa mengenal imam zamannya, maka dia mati dalam kondisi jahiliyah."
Dapat dikatakan bahwa jika seseorang mengenal secara proporsional imam zamannya dan menyerahkan diri pada perintah imamnya, maka keutamaan yang didapatkannya dari imamnya adalah kestabilan di jalan dan makrifat Allah Swt, yang merupakan sumber dari semua keutamaan. Makrifat imam zaman merupakan sumber dan hulu seluruh kebaikan yang menjamin kebahagiaan sempurna.
Kemunculan sang juru selamat dunia itu menuntut unsur-unsur kemanusiaan yang siap dan bernilai, yang mampu memikul beban berat tugas islah di seluruh penjuru dunia. Kesiapan tersebut pada tahap awalnya memerlukan wawasan dan pengetahuan tingkat tinggi serta persiapan ruh dan jasmani dalam menjalankan tugas-tugas besar.
Termasuk di antara tugas penanti adalah membenahi, mendidik dan mempersiapkan diri untuk kemunculan Imam Mahdi as. Dalam al-Quran disebutkan, "Telah kami tulis dalam Zabur setelah Taurat, hamba-hamba saleh akan menjadi pewaris dunia." Oleh karena itu, para sahabat dan penanti sejati Imam Mahdi as, adalah para hamba saleh dan bertakwa yang memiliki iman kokoh. Berbagai riwayat dalam Islam juga menyebutkan mereka adalah orang-orang yang benar-benar mengenal Allah Swt, bertakwa, mencapai makrifat atas kepemimpinan para imam dan meyakini imamah hujjah terakhir Allah Swt di muka bumi. Para penanti seperti ini juga akan menghiasi diri mereka dengan akhlak mulia dan adab serta berpegang teguh pada agama dan meningkatkan keimanan dan keyakinannya, juga berserah diri di hadapan agama dan perintah Ahlul Bait as.
Salah satu dimensi lain dari penantian adalah persiapan untuk kebangkitan universal Imam Mahdi as. Manusia penanti selalu berharap pada masa depan dan terus bergerak maju serta tidak mungkin dapat stagnan pada satu titik. Oleh karena itu, penanti sejati bak seorang pejuang di medan perang yang selalu siap menanti perintah untuk melancarkan serangan. Pada saat yang sama, penanti hakiki berkewajiban untuk menjaga orang lain. Artinya, selain membersihkan diri sendiri, dia juga harus berusaha untuk mengislah orang lain, karena penantian ini bukan masalah individu melainkan sebuah program yang meliputi semua unsur revolusi dan dilakukan bersama-sama.
Pengaruh penting lain dari penantian Imam Mahdi as ini adalah tidak tercampur dalam kefasadan lingkungan dan tidak menyerah di hadapan pencemaran batin. Pemahaman penantian yang jelas dan benar menuntut manusia untuk berusaha secara berkesinambungan mempersiapkan diri dan masyarakat menyambut kemunculan Imam Mahdi as. Masa kemunculan sang juru selamat tidak diketahui oleh karena itu dituntut kesiapan setiap saat.
Rahbar atau Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, menjelaskan penantian Imam Mahdi as dan kondisi para penantinya mengatakan, "Para penanti Imam Mahdi as, mengharapkan terangnya kehidupan umat manusia serta diakhirinya era kezaliman dan pelanggaran. Kejahatan zalim dan penindasan para penguasa imperialis dunia tidak akan mampu memadamkan harapan di hati mereka. Para penanti Imam Mahdi as tidak pernah ragu bahwa era kezaliman, perusakan dan pelanggaran akan berakhir dan kekuatan kebenaran akan meruntuhkan semua pilar kefasadan dan pelanggaran. Kami percaya bahwa dengan kemunculan Imam Mahdi as, pemikiran serta akal manusia akan lebih inovatif dari semua era sebelumnya serta perdamaian dan keamanan akan ditegakkan secara universal. Kita semua harus berusaha demi mewujudkan era tersebut sehingga semakin hari dunia akan semakin mendekati era ideal tersebut."