Tanggal 12 Ordibehesht di Iran yang bertetapan dengan tanggal 2 Mei, merupakan haul syahadah guru besar Murtadha Muthahhari dan demi memperingatinya, hari ini ditetapk sebagai Hari Guru.
Tanggal 12 Ordibehesht adalah hari peringatan syahadah seorang guru besar. Murtadha Muthahhari dengan kesyahidannya menjadi alasan untuk memuliakan dan menghormati guru. Karena guru adalah pendidik manusia dan membentuk masa depan anak, dimana memuliakan dan menghormatinya sama artinya dengan mengagungkan ilmu pengatahuan. Apresiasi dan penghormatan terhadap guru adalah bak mengapresiasi seorang tukang kebun yang setiap pagi membawa sekeranjang keakraban ke dalam kelas dan dengan jari-jari penuh kasih sayangnya ia menyambungkan cabang-cabang hati dengan esok hari penuh harapan.
Nabi Muhammad Saw bersabda, "Perumpamaan seorang alim di atas bumi seperti bintang-bintang di langit, dimana dengan bintang-bintang tersebut seseorang dapat mencapi jalan yang benar ketika kegelapan menyelimuti darat dan laut. Ketika bintang terbenam, betapa banyak orang yang telah menemukan jalannya kembali terjerumus dalam kesesatan."
Kami mengucapkan selamat atas Hari Guru dan sekaitan dengan ini, akan kami ulas tentang derajat guru dan pemikiran Syahid Murtadha Muthahhari.
Syahid Murtadha Muthahhari
Sains meningkatkan nilai manusia dan pertumbuhan rasionalnya, sementara guru adalah sarana belajar dan pembelajaran. Oleh karenanya, guru memiliki hak yang besar bagi para murid dan bahkan semua masyarakat. Guru memelihara amanat ilahi dari polusi dan kehancuran dan berusaha mempersiapkan sarana bagi pertumbuhan dan kesempurnaan mereka melalui pengajaran dan pendidikan mereka.
Nabi Muhammad Saw bersabda, "Sesungguhnya, Allah, para malaikat dan orang-orang di bumi, bahkan semut yang ada di dalam sarang dan ikan laut, menyampaikan salam kepada para guru yang mengajarkan segala kebaikan kepada masyarakat." Beliau meminta kepada murid-muridnya agar mengagungkan para gurunya dan menunaikan hak-haknya. Nabi Muhammad Saw tiga berkata, "Ya Allah rahmatilah para penggantiku." Mereka bertanya, "Siapa penerusmu?" beliau bersabda, "Mereka yang menyampaikan hadis dan sunnah saya kepada semua orang, lalu mengajarkannya kepada umatku."
Indikasi paling mendasar dan pertama dari seorang guru adalah kemampuannya mendidik manusia. Al-Quran memperkenalkan Nabi Muhammad Saw sebagai guru besar dalam sejarah manusia. Al-Quran menyebutman, "Dia mencintai orang-orang beriman dan bersikeras untuk bimbingan dan bimbingan mereka." Kecintaan untuk membimbing dan menuntun manusia bagi seorang guru adalah sebuah kesempurnaan dan tidak ada guru yang berhasil tanpa kecintaan dan semangatini. Sejatinya, hakikat semangat ini adalah motor penggerak seorang guru untuk mengajar dan mendidik. Cinta dan semangat guru membuat lingkungan menjadi lingkungan yang hidup. Dalam lingkungan ini, guru dan siswa berharap untuk masa depan dan bekerja untuk hari yang lebih baik.
Menjadi seorang guru berarti menjadi seorang seniman. Yaitu, menjadi akrab dengan seni mengajar. Menjadi seorang guru bukan hanya monopoli informasi, tetapi di samping pengetahuan dan keahlian setiap guru, ia harus akrab dengan seni mengajar. Pengetahuan, Berpikir dan Inovasi adalah karakteristik seorang guru yang sejalan dengan ilmu pengetahuan saat itu. Guru yang berhasil adalah orang yang mengetahui informasi dan kemajuan hari itu dan menggunakannya untuk mengajar dan mendidik siswa mereka.
Karena pengaruh spiritual guru, para siswa banyak mendapat teladan darinya yang terkadang mengubah nasib bangsa. Kebanyakan orang sukses berutang kesuksesannya dari gurunya dan begitu juga sebaliknya, mereka yang frustrasi dan gagal berasal dari guru yang buruk. Syahid Mutahhari, salah satu murid yang mengatakan tentang pengaruh gurunya Haji Agha Mirza Ali Shirazi, "Ia adalah pribadi yang besar. Ia memperkenalkan Nahjul Balaghah kepadaku untuk pertama kalinya. Belajar kepadanya merupakan masa paling berharga dalam kehidupanku dan saya tidak mau menukarnya dengan apapun. Siang dan malam aku selalu menggambarkan ingatanku tentangnya dalam pikiranku dan selau mengingatnya dan menyebut-nyebut namanya."
Syahid Ayatullah Murtadha Muthahhari dilahirkan pada 13 Bahman 1298 HS yang bertepatan dengan tahun 1919, di kota Fariman yang terletak 75 kilometer dari kota suci Mashhad. Syahid Muthahhari dilahirkan dari keluarga ulama. Setelah melewati masa kanak-kanak di sekolah agama, ia pergi ke sekolah dan mulai belajar di sekolah dasar. Pada usia dua belas tahun, ia pergi ke Hauzah Ilmiyah Mashhad dan mulai mempelajari dasar ilmu-ilmu Islam. Pada 1316 HS (1927), meskipun di masa itu Reza Khan berusaha keras membungkam para ulama dan sekalipun keluarga dekat dan teman-temannya menentang, tapi Syahid Muthahhari pergi ke kota Qom untuk menyelesaikan pendidikan keagamannya.
Selama 15 tahun tinggal di Qom, Syahid Muthahhari belajar kepada Ayatullah al-Udzma Boroujerdi di bidang fiqih dan ushul fiqih, kepada Imam Khomeini selama 12 tahun dalam filsafat Mulla Sadra, irfan, akhlak dan ushul fiqih dan Allamah Sayid Mohammad Hossein Tabataba'i dalam filsafat, teologi Abu Ali Sina dan lain-lain. Pada 1331 HS (1952) Syahid Muthahhari pindah ke Tehran, pada ia telah dikenal sebagai guru terkenal dan harapan masa depan di Hauzah Ilmiah. Ia mengajar di Madrasah Marvi di Tehran dan menulis serta menyampaikan ceramah ilmiah. Pada tahun 1334 HS (1955), sesi pertama dari tafsir Asosiasi Mahasiswa Islam diselenggarakan oleh Syahid Mutahhari.
Syahid Murtadha Muthahhari adalah salah satu pilar utama pengorganisasian ulama selama pengasingan Imam Khomeini ra. Demi membimbing dan memimpin masyarakat, ia seperti gunung kokoh berhasil menutup jalan bagi segala bentuk penyimpangan di aliran sungai curam Revolusi Islam dan dan sepenuhnya percaya pada kemampuan Islam dalam mengelola masyarakat, Syahid Muthahhari menguraikan pandangan Revolusi Islam dan menyajikan berbagai aspek kepada semua orang. Syahid Muthahhari mengikuti Imam Khomeini ra membela cita-cita Revolusi Islam dalam situasi dimana ia mendengar berbagai suara dari semua pihak untuk mempromosikan sistem non-Islam dan eklektik.
Pemikiran Syahid Murtadha Muthahhari yang dikenal sebagai ilmuan terkenal, selalu menjadi ilmuwan yang terkenal, mengenal masanya, ilmuan yang merasakan masalah dan filsuf hebat sangat digemari para ilmuan dan kaum muda. Ia adalah pribadi yang memberikan jawaban atas keraguan waktu itu dan untuk menghadapi penyimpangan pemikiran dan ideologis, sampai mengorbankan hidupnya demi cita-citanya dalam kaitannya dengan upaya keilmuan besar-besaran ini. Imam Khomeini ra dalam pesan menyusul syahadah guru besar ini mengatakan, "Saya kehilangan anak saya yang sangat mulia dan saya duduk menangisinya. Karena ia merupakan salah satu pribadi yang merupakan hasil dari hidup saya. Dalam Islam yang mulia, syahadah pemuda agung dan ulama abadi ini menjadi lobang dimana tidak ada yang menggantikannya."
Imam Khomeini ra: Saya kehilangan anak saya yang sangat mulia dan saya duduk menangisinya
Mempertimbangkan dampak mendalam dari pemikiran dan karya Syahid Muthahhari pada masyarakat Islam, Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menilai Syahid Muthahhar sebagai mata air yang memancar, dimana demi perkembangan intelektual dan kemajuan masyarakat, pekerjaan intelektual harus dilakukan pada pemikiran dan karyanya. Para peneliti dan mereka yang berminat pada karya ilmiah harus mengeluarkan pandangan dan pemikiran Syahid Muthahari di berbagai bidang.
Ayatullah Khamenei mengatakan, "Tentu saja, karya-karya tokoh besar ini hidup seperti mengingatnya. Buku-buku Syahid Muthahhari tidak dapat musnah dan diselesaikan. Jangan sampai ada yang beranggapan bahwa kita setelah kemenangan revolusi hingga sekarang hanya mengulangi untuk mencetak dan mempublikasikan buku-buku Syahid Muthahhari. Tidak ada pengulangan dalam ucapan yang benar dan kata-kata bijak. Masyarakat, generasi muda, komunitas budaya dan ilmiah kita masih membutuhkan untuk mengetahui tema-tema yang disampaikan oleh lisan dan pena Syahid Muthahhari dan diserahkan kepada umat Islam."