Ayatullah Murtadha Muthahhari muda mengenyam pendidikannya hingga mencapai derajat mujtahid di Hauzah Ilmiah Qom dari tahun 1944 hingga1952. Kemudian, ia hijrah ke ibu kota Iran dan mengajar di Fakultas Teologi Universitas Tehran selama 22 tahun.
Muthahhari juga memberikan ceramah di Huseiniyah Irsyad, Tehran Utara selama delapan tahun. Bersama pemikir lainnya, Muthahhari mengobarkan spirit perlawanan menghadapi rezim diktator Reza Shah.
Di bawah bimbingan Imam Khomeini, Allamah Thabathabai, dan ulama terkemuka masa itu, Muthahhari mendalami khazanah klasik Islam dari fikih, akhlak hingga filsafat. Bahkan, Muthahhari tidak hanya mencerap gagasan sang guru. Ia pun fasih mengkritik pemikiran gurunya dan berhasil menelorkan pemikiran orsinil.
Tidak hanya mahir berorasi di mimbar, pemikir prolifik ini menulis berbagai isu penting tentang Islam, Iran, dan problem kontemporer. Saat ini, karya-karya Muthahhari yang melebihi 60 buku diterbitkan penerbit Sadra, Tehran.
Keluasan dan ketajaman pemikiran Muthahhari membuat dirinya mampu merespon beragam pemikiran yang berkembang saat itu, bahkan pandangannya masih relevan hingga kini.
Allamah Thabathabai ketika ditanya komentarnya mengenai kepribadian muridnya itu, berkata, "Syahid Muthahhari adalah seorang cendekiawan besar, pemikir dan peneliti. Ia sangat cerdas, punya pemikiran yang terbuka dan realistis. Berbagai karya gemilang dan riset yang dilakukannya ditulis dengan argumentasi kokoh dan menakjubkan".
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma sayid Ali Khamenei menilai Syahid Muthahhari sebagai guru sejati. Rahbar mengungkapkan, "Dilihat dari tulisan dan lisannya, serta perbuatan beliau dalam kehidupan sehari-hari, terutama caranya menyikapi zaman dan masyarakat, beliau adalah seorang pengajar dan guru sejati," Ayatullah Khamenei menegaskan, "Musuh-musuh umat manusia, musuh negara dan musuh Islam, mengambilnya dari kita, akan tetapi Alhamdulillah, karya-karyanya tetap lestari,".
Menurut Rahbar, karya-karya Syahid Muthahhari menyampaikan ajaran Islam yang benar dan kuat. Beliau menganjurkan agar semua kalangan, terutama generasi muda mempelajari karya-karyanya.
Syahid Muthahhari dikenal sebagai ulama yang memiliki dedikasi tinggi di dunia pendidikan, dan dikenal sebagai tokoh pendidikan terkemuka di Iran. Ceramah-ceramah, kelas dan buku-buku Syahid Mutahhari berperan penting dalam menjelaskan Islam sejati dan mendidik generasi muda Muslim Iran yang revolusioner.
Ayatullah Murtadha MuthahhariSetahun pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, tepat di saat kebangkitan rakyat dan Islam tengah berkembang dan tunas mudanya mulai tumbuh, kelompok teroris anti-revolusi dengan dukungan Barat, melancarkan aksi-aksi teror di Iran.
Aksi teror luas itu dilakukan untuk meruntuhkan pilar-pilar intelektual dari kebangkitan rakyat demi menurunkan bendera Republik Islam yang baru saja dikibarkan. Teror terhadap Syahid Muthahhari di awal kemenangan Revolusi Islam juga dilakukan untuk tujuan tersebut. Meski Iran telah kehilangan seorang pemikir besar dan guru mulia, namun tetap melanjutkan jalan perjuangannya.
Muthahhari meninggalkan banyak karya ilmiah yang masih tetap menarik dan diminati oleh berbagai kalangan terutama para pemuda pencari kebenaran. Salah satu kelebihan Muthahhari adalah perhatiannya terhadap berbagai masalah sosial ketika itu, termasuk mengungkap penyimpangan pemikiran Islam yang tumbuh di tengah masyarakat, sekaligus memberikan jawabannya. Syahid Muthahhari dalam berbagai bukunya menjelaskan tugas Muslim dalam menghadapi upaya distorsi dan perusakan agama dan tatanan masyarakat.
Syahid Muthahhari menilai Islam sebagai agama yang dapat menjawab seluruh tuntutan pada zamannya. Di antara karya komprehensif beliau adalah buku berjudul "Islam dan Tantangan Zaman".
Beliau berpendapat bahwa umat manusia memiliki ketergantungan terhadap unsur-unsur material dan non-material. Cara untuk memenuhi tuntutan tersebut pun sangat beragam dan berbeda-beda pada setiap zaman. Sebab itu, manusia harus menyesuaikan diri dengan tantangan zamannya.
Menurut Muthahhari, setiap individu dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan zamannya serta memiliki kemampuan untuk mengontrol dan membenahi dirinya yang mengikuti panduan ajaran Islam.
Umat manusia harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi zamannya seperti memanfaatkan teknologi yang terus berkembang. Namun pada saat yang sama mereka juga harus tetap menjaga diri dari dampak negatif yang muncul dari arus kemajuan teknologi.
Dalam pandangan Muthahhari, Islam adalah ajaran yang paling komprehensif, sempurna, dan terus hidup sepanjang zaman. Ajaran Islam juga dapat disesuaikan dengan tantangan zamannya. Kepergian Muthahhari menimbulkan kesedihan bagi semua kalangan di Iran, dari pelajar hingga pemimpin negara.
Tidak lama setelah berita kesyahidan Muthahari sampai ke telinga Imam Khomeini, bapak pendiri Revolusi Islam Iran mengungkapkan kesedihannya, "Saya tidak bisa menyembunyikan perasaan sedih mendengar berita kehilangan sosok mulia ini. Saya amat menyesalkan kepergiannya. Para penjahat telah mengambil pohon berbuah dari dunia akademis dan Islam ini, Beliau telah menyumbangkan pengabdian berharganya untuk Islam dan ilmu pengetahuan… "
Imam Khomeini melanjutkan ucapannya, "Muthahhari sangat berharga dan mulia bagi saya, sekaligus pendukung yang kuat bagi pesantren dan dunia akademis. Beliau juga pelayan yang baik dan berharga bagi bangsa dan negara ini. Di usianya yang relatif singkat, ia telah melahirkan berbagai karya abadi yang menghidupkan nurani dan kecintaan terhadap mazhab Syiah,".