Tanggal 25 Ordibehest, yang bertepatan dengan 15 Mei diperingati dalam penanggalan nasional Iran sebagai "Hari Mengenang Ferdowsi" sebagai bentuk penghormatan hari wafatnya pujangga besar negara ini dengan magnum opusnya, Shahnameh.
Abul Qasim Ferdowsi diperkirakan lahir antara tahun 329 dan 330 hijriyah atau 940-941 Masehi. Tempat kelahirannya adalah desa Paj yang berada di dekat kota Tus. Menurut catatan sejarah, kota Tus dan kota Bukhara di zaman itu merupakan pusat kebudayaan Iran. Bukhara dikenal dengan pusat keilmuan resmi yang diayomi oleh pemerintahan Abbasi, sementara Tus adalah pusat kebudayaan Iran.
Banyak sejarawan yang meyakini bahwa cinta tanah air serta kecenderungan kepada masalah budaya dan kisah-kisah legendaris di kota Tus adalah faktor utama yang membuat Abu Mansur memilih kota ini sebagai tempat untuk menulis Shahnamehnya dalam bentuk prosa. Dari kota ini pula, Daqiqi, Ferdowsi, dan Asadi Tusi, para pujangga kisah-kisah heroik berasal.
Tidak ada riwayat yang jelas tentang masa kecil Ferdowsi. Nezami Aroodi, penulis besar yang hidup sekitar satu setengah abad setelah Ferdowsi, menyebut pujangga besar ini berasal dari keluarga terpandang karena status kebangsawanan dan kekayaannya. Ferdowsi sendiri mengakui kehidupannya yang berkecukupan di masa muda.
Berbekal kondisi kehidupannya yang mapan, anak-anak dari keluarga selevel Ferdowsi berkesempatan memperoleh pendidikan yang baik untuk memperkaya diri dengan ilmu dan akhlak. Mereka juga dikenalkan dengan sejarah, budaya dan tradisi yang ada. Jiwa bebas, keunggulan, keutamaan akhlak dan kesucian lisan Ferdowsi didapatkan berkat pendidikan ini. Jika dibandingkan dengan syair-syair para pujangga di zamannya nampak keunggulan syair-syair Ferdowsi.
Ferdowsi hidup di tengah keluarga bangsawan yang terhormat. Oleh karena itu, dia tak pernah tunduk kepada penguasa manapun. Dia juga dikenal berbudi luhur seperti ksatria-ksatria besar yang kisahnya diceritakan dalam Shahnameh. Sejak kanak-kanak, penyair besar ini telah menunjukkan minatnya yang besar kepada ilmu dan pendidikan. Kecenderungan ini biasa ditemukan di lingkungan keluarga bangsawan. Dia mempelajari semua ilmu yang ada di zamannya. Selain bahasa Farsi dan bahasa Arab, dia menguasai bahasa Pahlavi yang merupakan bahasa nenek moyang bangsa Iran dan bahasa naskah-naskah sastera, budaya dan sejarah masa lalu. Sang pujangga juga menguasai filsafat Yunani. Pengetahuannya akan filsafat dapat ditemukan di sela-sela Shahnameh.
Shahnameh merupakan karya legendaris Ferdowsi yang sampai saat ini masih bersinar dan menjadi rujukan akan peradaban Iran. Shahnameh secara umum berkisah tentang legenda Iran, semangat kepahlawanan, kisah-kisah sejarah dan semi sejarah, legenda dan cerita panjang atau pendek kepahlawanan. Ferdowsi menyusun seluruh cerita tersebut dengan teliti dan seimbang di bawah kisah-kisah bangsa Iran mulai terbentuknya peradaban bangsa ini hingga masuknya Islam ke Iran.
Shahnameh Ferdowsi adalah warisan budaya bangsa dan negeri Iran yang sudah berumur seribu tahun. Buku ini bisa dikategorikan sebagai ensiklopedia logika pemikiran, sejarah dan budaya bangsa Iran. Shahnameh memuat kisah-kisah legenda dan sejarah, serta kondisi sosial, tradisi, adat istiadat, pemikiran filsafat, dan semangat kepahlawanan bangsa Iran sampai masa dinasti Sasanid. Ferdowsi menceritakan cerita tokoh-tokoh legendaris dan kisah sejarah mulai dari raja pertama yang bernama Keyumars dan diakhiri dengan kisah Fereydun.
Ada juga kisah tentang kebangkitan Kaveh si pandai besi, kematian Rostam, serangan Iskandar ke negeri Persia dan kekuasaan dinasti Sasanid. Abul Qasim Ferdowsi hidup di zaman maraknya kisah-kisah legenda di tengah masyarakat yang menyatu dengan cerita yang memang memiliki akar sejarah di Iran. Kisah-kisah itu menyebar dari mulut ke mulut dan menjadi dongeng rakyat yang gemar menghibur diri dengan kenangan akan kebesaran nenek moyang mereka.
Di malam-malam panjang musim dingin, dongeng-dongeng legenda semakin marak di tengah rakyat. Dalam setiap acara dan pesta, para perawi selalu menjadi figur yang dielu-elukan untuk bercerita tentang dongeng-dongeng kepahlawanan. Tepuk tangan meriah selalu didapat oleh para perawi setelah membawakan kisah mereka. Kisah keperkasaan Rostam membuat masyarakat berbangga, sedangkan kisah duka Siavash dan Esfandiyar akan menciptakan suasana sedih yang memancing kucuran air mata.
Menurut para ahli dan peneliti, Shahnameh Ferdowsi adalah salah satu faktor penting yang melestarikan bahasa Persia. Karena itu, Shahnameh bukan hanya buku warisan budaya bangsa Iran yang sudah berumur seribu tahun tetapi juga dokumen penting yang menunjukkan kebesaran bahasa Persia dan keagungan peradaban bangsa Iran.
Shahnameh juga disebut sebagai khazanah bahasa dan kefasihan bahasa Persia. Ferdowsi menulis mahakaryanya ini di zaman ketika negeri Persia berada di bawah kendali kekhalifahan bani Abbas. Ketika itu, bahasa yang digunakan dalam setiap pertemuan resmi adalah bahasa Arab dan sasteranya. Surat menyurat, buku-buku ilmiah dan karya-karya penulisan umumnya juga ditulis dalam bahasa Arab. Lewat karyanya ini, Ferdowsi menunjukkan bahwa bahasa Persia punya kapasitas yang besar untuk menyampaikan ide-ide pemikiran.
Shahnameh telah diterjemahkan ke berbagai bahasa Eropa. Meski ideologi dan seni Shahnameh secara detail tidak dapat ditransfer ke bahasa lain dalam bentuk terjemahan dan meski Shahnameh adalah cermin budaya sebuah bangsa yang memiliki perbedaan mendasar dengan peradaban dan adat istiadat bangsa lain, namun kebesaran Shahnameh dan kekuatan seni serta pemikiran Ferdowsi telah memberi pengaruh pada seluruh bangsa. Budayawan dunia telah menangkap pesan kemanusiaan dan pemikiran lembut Ferdowsi dan mengakuinya sebagai warisan abadi budaya manusia.
Sebagian budayawan dunia menyebut Shahnameh sebagai mahakarya budaya dan pemikiran dunia. Sebagian yang fanatik bahkan menyebutnya karya terunggul. Jan Rypka, di buku sejarah sastra Persia terkait Shahnameh menulis, “Realitanya adalah di sepanjang hamparan bumi, tidak ada bangsa yang memiliki hikayat yang agung seperti ini, yang mencakup seluruh tradisi bersejarah mereka, mulai dari era gelap legenda hingga pertengahan abad ketujuh.”
Berthels, pakar Timur Tengah asal Rusia meyakini, “Selama di dunia ada konsepsi Iran, maka nama pujangga besar yang kecintaan terhadap negaranya tak pernah pudar akan tetap abadi di dunia. Ferdowsi menulis Shahnameh dengan sepenuh jiwanya, dengan demikian ia berhak mendapatkan seluruh kecintaan dan penghormatan bangsa Iran terhadap dirinya.”
Fritz Wolff, pemikir Jerman dan penulis ensklopedia Shahnameh menilai Ferdowsi sumber inspirasi pemimpin penyair epik di dunia. Menurutnya, Shahnameh Ferdowsi tak diragukan lagi adalah sebuah mahakarya yang dalam pandangan Barat dan Eropa membuktikan budaya, peradaban dan identitas bangsa Iran. Meski Shahnameh Hakim Ferdowsi merupakan simbol keyakinan bangsa Iran, namun dengan memperlajarinya maka seseorang akan mengenal legenda, geografi, sejarah, filsafat, sastra, bahasa dan seni Iran.
Lebih lanjut Wolff menambahkan, “Karya besar sastra ini tidak terbatas waktu dan geografi tertentu. Saya meyakini bahwa Ferdowsi adalah pemimpin penyair epik di dunia. Ferdowsi dalam melantunkan syair sangat menonjol dan tidak ada filosof, sejarawan dan pujangga yang mampu menyamainya. Dengan berani saya katakan bahwa kosa kata terbaik dan terindah dari perjuangan dan kemenangan dapat ditemukan di Shahnameh Ferdowsi.”
Shahnameh berkisah tentang bangsa Iran yang selalu mengedepankan budi pekerti dalam peperangannya. Bangsa ini meyakini, selama perdamaian masih bisa diusahakan, perang mesti dihindari, dan selama tidak menyerang, musuh tidak boleh diserang. Ketika musuh sudah menyerah jangan sampai dia disakiti. Jika kemenangan berhasil diraih, para tawanan harus diperlakukan dengan baik, perempuan dan anak-anak harus diamankan, kota-kota dan permukiman tidak boleh dihancurkan dan jenazah korban yang tewas dari pihak lawan juga mesti dihormati. Inilah tatakrama bangsa Iran dalam peperangannya.
Ferdowsi hingga kini harum namanya, karena berjasa melestarikan warisan budaya peradaban ribuan tahun silam. Setiap tahun, di hari wafatnya Ferdowsi digelar berbagai acara baik di makam Ferdowsi sendiri atau di universitas dan lembaga-lembaga kebudayaan Iran. Sebagaimana kisah-kisah heroik dalam Shahnameh yang menjadi legenda, Ferdowsi sendiri menjadi pujangga yang melegenda.