Filosofi Bara’ah Dalam Ritual Haji

Rate this item
(0 votes)
Filosofi Bara’ah Dalam Ritual Haji

Saat ini jutaan umat Islam dari seluruh dunia memadatiTanah SuciMekkah untuk melaksanakan manasik haji. Sebuah manasik yang menampilkan persatuan dan solidaritas di tengah umat. Para pengikut semua mazhab-mazhab Islam hadir di Tanah Suci dan berbeda dengan propaganda miring gerakan-gerakan Takfiri dan terorisme, mereka melangkah seirama dan tidak saling mengkafirkan. Sebaliknya, para jamaah sangat kompak untuk menunaikan rukun-rukun haji. Allah Swt telah mewajibkan kaum Muslim yang mampu secara fisik dan materi untuk melaksanakan ibadah haji. Hal ini untuk menjaga manasik haji dari ancaman penyimpangan dan melestarikan persatuandi tengah umat.
 

 

Filosofi dan rahasia kewajiban haji sejauh ini masih sedikit yang tersingkap. Musuh-musuh Islam juga memanfaatkan perbedaan pandangan di antara kaum Muslim untuk menciptakan krisis dan menghancurkan negara-negara Islam. Akan tetapi, kemunculan Sang Juru Selamat (Imam Mahdi as) di akhir zaman akan membuat masyarakat dunia memahami secara utuh tentang filosofi dan rahasia ibadah haji. Pada masa itu, umat manusia akan melakukan tawaf bersama Imam Mahdi as untuk menunaikan kewajiban penghambaan dan ketaatan kepada Allah Swt.

 

Salah satu dari manasik penting haji adalah bara’ah atau berlepas tangan dari orang-orang musyrik. Kegiatan ini termasuk dari ritual yang sudah dilupakan dalam pelaksanaan ibadah haji dan Imam Khomeini ra, pendiri Republik Islam Iran telah menghidupkannya kembali. Para jamaah haji Iran juga harus mengambil risiko besar untuk melestarikan ritual bara’ah. Pada tahun 1986, rezim Al Saud menentang pelaksanaan ritual bara’ah oleh rombongan haji Iran dan ratusan jamaah dari berbagai negara terbunuh di tangan tentara Arab Saudi. Lebih dari 400 jamaah haji Iran meninggal dunia dalam penumpasan itu.

 

Selama tiga dekade lalu, Al Saud dengan segenap upayanya tetap tidak mampu menghapus ritual bara’ah dari manasik haji.Berbeda dengan pandangan para penentang dan pengkritik kegiatan ini, perlu diluruskan bahwa bara’ah dari kaum musyrik adalah bukan sesuatu yang diciptakan oleh Imam Khomeini ra. Bara’ah merupakan ajaran al-Quran yang bermakna pernyataan kebencian dan pemutusan hubungan dengan orang-orang musyrik dan musuh-musuh kaum Muslim. Orang-orang musyrik juga tidak terbatas pada era kemunculan Islam saja.

 

Kemusyrikan dan permusuhan akan tetap ada sejalan dengan penyebaran agama Islam ke seluruh penjuru dunia. Oleh karena itu, ritual bara’ah dan pengenalan terhadap musuh tetap diperlukan oleh umat Islam. Dalam berbagai ayat al-Quran, di samping mencela habis-habisan perbuatan syirik dan kaum musyrik serta menjelaskan akibat buruk perilaku mereka, juga menekankan pentingnya memutus hubungan dengan kaum musyrik dan melawan mereka. Para nabi juga berlepas tangan dari orang-orang musyrik dan menyatakan kebencian mereka terhadap syirik. Al-Quran adalah kitab keabadian dan perintah-perintahnya juga berlaku sampai hari kiamat.

 

Dalam sejarah Islam, deklarasi universal bara’ah untuk pertama kalinya dilakukan setelah kaum musyrik melanggar perjanjian, yang telah mereka ikrarkan dengan Rasulullah Saw pasca penaklukan kota Mekkah pada tahun kedelapan Hijriyah. Sebelumnya, mereka sudah menandatangani perjajian untuk tidak terlibat konfrontasi dan permusuhan. Ayat-ayat di permulaan surat at-Taubahjuga menyinggung kasus pelanggaran perjanjian itu. Imam Ali as atas perintah Rasulullah Saw telah membacakan ayat-ayat bara’ah pada pelaksanaan musim haji tahun kesembilan Hijriyah.

 

Berdasarkan ayat-ayat itu, kaum musyrik tidak berhak lagi memasuki kawasan Baitullah dan tidak dibolehkan mengikuti ritual haji. Selain itu, segala bentuk perjanjian yang pernah dijalin antara kaum kafir dan umat Islam dibatalkan. Pernyataan bara’ah atau pemutusan hubungan dan berlepas tangan atas perbuatan orang-orang kafir adalah sebuah prinsip agama. Dengan kata lain, kaum Mukmin harus bersikap tegas dan jelas serta menentukan posisinya yang jelas di hadapan kaum kafir. Agama Islam memang tidak melarang umatnya menjalin perjanjian dengan kaum kafir, asalkan perjanjian itu tidak membuat mereka terhina.

 

Pengumuman bara’ah merupakan salah satu peristiwa penting sejarah kenabian. Dengan cara ini, pemerintah Islam ditegakkan dan seruan global agama ini dimulai, perwakilan Rasul Saw juga dikirim untuk menemui para pemimpin negara-negara lain. Oleh karena itu, penggagas deklarasi bara’ah dari kaum musyrik adalah pribadi Rasulullah Saw sendiri. Beliau ingin mengajarkan kaum Muslim untuk mandiri dan menolak hegemoni orang-orang kafir, seperti yang diperintahkan oleh al-Quran, “Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang mukmin.”

 

Pengumuman bara’ah dari kaum musyrik pertama kali dilakukan pada musim haji atas perintah Rasulullah Saw. Mengingat sunnah dan sirah Rasul Saw berlaku sepanjang zaman, maka ritual ini tetap dilaksanakan pada musim haji. Meski bara’ah tidak mengenal momen tertentu dan setiap individu Muslim harus senantiasa menyatakan kebencian dan berlepas tangan dari orang-orang musyrik. Namun, pertanyaan di sini adalah mengapa bara’ah ditekankan pada musim haji? Waktu dan momen yang paling tepat untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dari bara’ah itu sendiri adalah pada waktu pelaksanaan ibadah haji di Mekkah.

 

Imam Khomeini ra ketika menjelaskan filosofi bara’ah mengatakan, “Syaitan besar, sedang, dan kecil harus diusir dari wilayah suci Islam.Kita harus menghancurkan semua berhala dengan pekikan, jeritan, tuntutan keadilan, dan perkumpulan yang aktif di tengah kaum Muslim di Mekkah al-Mukarramah dan juga melempar syaitan-syaitan khususnya Syaitan Besar (Amerika Serikat).”

 

Lalu, apa yang dimaksud dengan syirik? Syirik adalah lawan dari tauhid. Tauhid ialah keyakinan kepada Tuhan Yang Esa dan tidak ada sumber keberadaan di alam ini kecuali berasal dari-Nya. Sementara syirik adalah kepecayaan kepada kekuatan-kekuatan bayangan. Kekuatan semu ini bisa berupa berhala hawa nafsu atau patung berhala seperti, Hubal, Lata, dan Uzza,yang disembah oleh masyarakat Hijaz sebelum pengutusan Rasulullah Saw. Berhala itu mungkin juga berbentuk kepemimpinan tirani dan rezim-rezim ilegal yang mendominasi umat manusia. Imam Khomeini ra menyebutmodel kekuasaan seperti itu sebagai “berhala modern.”

 

Islam mengajak umatnya untuk menjadi manusia yang tulus dalam mengesankan Allah Swt yakni, tidak menyembah berhala hawa nafsu, patung berhala, dan juga kekuasaan.Kaum Mukmin memandang Tuhan sebagai satu-satunya pemilik kekuasaan dan untuk itu, mereka hanya taat kepada-Nya. Mereka melihat Sang Pencipta sebagai satu-satunya pendatang keberuntungan dan kemudharatan.Oleh sebab itu, mereka hanya memohon bantuan kepada Allah Swt dan juga takut kepada-Nya. Mereka sama sekali tidak bersandar pada kekuatan selain Allah Swt dan juga tidak takut pada kekuatan lain kecuali kekuasaan-Nya.

 

Di era modern, Imam Khomeini ra telah membuktikan hal itu dan beliau tidak gentar untuk menghadapi kekuatan-kekuatan arogan. Imam Khomeini ra – dengan bersandar pada kekuasaan Allah Swt – telah menghancurkan berhala-berhala modern dan bangkit menentang Amerika Serikat. Beliau berhasil mengantarkan Revolusi Islam di Iran ke gerbang kemenangan dan secara tegas menyatakan bahwa AS tidak mampu berbuat apa-apa.

 

Menyembah hawa nafsu atau patung berhala dan sikap tunduk pada kekuatan arogan, merupakan sebuah bahaya besar yang mengancam dunia Islam. Bara’ah dari kaum musyrik jika disuarakan secara serentak oleh kaum Muslim, maka pekikan ini akan membuat mereka terbebas dari kekuatan-kekuatan arogan dan hegemoni adidaya dunia. Sumber semua petaka yang menghancurkan dunia Islam saat ini adalah hegemoni kekuatan arogan, khususnya AS. Hegemoni kekuatan arogan telah menyengsarakan kaum Muslim. Satu-satunya jalan untuk mengakhiri penderitaan ini adalah mewujudkan persatuan dan solidaritas umat.

 

Persatuan tentu saja tidak tercipta lewat slogan, tapi harus diwujudkan dengan mencerabut akar-akar syirik dari tengah masyarakat Islam. Selama berhala hawa nafsu belum dihancurkan dan bara’ah dari kaum musyrik dengan arti yang sebenarnya belum diwujudkan, maka persatuan umat tidak akan tercipta dan masalah dunia Islam tidak akan terpecahkan. Dunia Islam menghadapi masalah yang sangat kompleks, seperti gerakan-gerakan Takfiri dan terorisme yang melakukan kejahatan atas nama Islam. Padahal Islam datang untuk menolak mereka.

 

Kongres haji dan bara’ah merupakan sebuah kesempatan, di mana kaum Muslim bisa mengenal gerakan-gerakan Takfiri dan terorisme yang dibentuk oleh negara-negara arogan dan Barat. Mereka harus memperkenalkan esensi hakiki agama Islam dan berlepas tangan dari gerakan-gerakan Takfiri yang melakukan kejahatan atas nama Islam.

Read 2542 times