Pesan Rahbar kepada Kongres Haji:
Politik Buruk Amerika dan Kejahatan Rezim Zionis adalah Masalah Pertama Seluruh Kaum Muslimin
IRAN (IQNA) - Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam sebuah pesan bertepatan dengan kongres besar haji, menyebut politik buruk arogansi dalam menciptakan permasalahan-permasalahan besar bagi umat Islam di kawasan dan kejahatan-kejahatan rezim penjajah Zionis dan penghinaan yang terus menerus ke haram Masjidil Aqsha sebagai masalah pertama seluruh kaum muslimin.
Menurut laporan IQNA, seperti dikutip dari situs Daftar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam sebuah pesan bertepatan dengan kongres besar haji, menyebut politik buruk arogansi dalam menciptakan permasalahan-permasalahan besar besar bagi umat Islam di kawasan dan kejahatan-kejahatan rezim penjajah Zionis dan penghinaan yang terus menerus ke haram Masjidil Aqsha sebagai masalah pertama seluruh kaum muslimin dan beliau mengajak para ulama dan para cendekiawan dunia Islam untuk melakukan risalahnya di hadapan insiden-insiden tersebut. “Pertemuan agung haji merupakan tempat terbaik untuk memunculkan dan menukarkan taklif sejarah ini serta meluangkan kesempatan berlepas diri, dimana merupakan salah satu praktik politik terbaik yang harus dihargai,” tegas beliau.
Demikian juga, beliau dengan mengisyaratkan insiden pahit atas meninggalnya sejumlah para jamaah haji di Masjidil Haram dan tanggung jawab berat menjamin keamanan para tamu Allah, menegaskan, menunaikan janji dan melaksanakan tanggung jawab ini merupakan keinginan definitif kami.
Teks pesan Pemimpin Revolusi Islam, yang dibacakan pada Rabu pagi, oleh Hujjatul Islam wal Muslimin Qadhi Asgar, wakil Wali Faqih dan pemimpin peziarah Iran di padang Arafah adalah sebagai berikut:
Bismillahirrahmanirrahim
Wal Hamdu lillahi Rabbil Ālamīn wa al-Shalāt wa al-Salām ala Sayyidi al-Khalqi Ajmaīn Muhammad wa Ālihi al-Thahirīn wa Shahbihi al-Muntajabīn wa ala al-Tābi’īn Lahum bi Ihsanin ila Yaumiddin.
Salam atas Ka’bah yang mulia, markas tauhid dan tempat tawaf mukminin, tempat turunnya para malaikat; dan salam atas Masjidil Haram, Arafah, Masy’ar dan Mina; Salam atas hati-hati yang khusyu’ dan lisan-lisan yang berzikir, mata-mata yang membuka wawasan dan pemikiran yang mengambil pelajaran; salam atas kalian para jemaah haji yang berbahagia, yang mendapatkan taufik untuk mengucapkan labbaik dengan menyambut seruan Ilahi dan duduk di atas jamuan penuh nikmat ini.
Kewajiban pertama adalah perenungan dalam labbaik global, sejarah dan permanen ini; Inna al-Hamda wa al-Ni’mata laka wa al-Mulka, Lā Syarīka Laka Labbaika, “Semua pujian dan sanjungan adalah milik-Nya, semua nikmat dari-Nya dan semua kekuasaan dan kekuatan terkait dengan–Nya.
Ini adalah pandangan yang diberikan kepada para jemaah di awal permulaan kewajiban penuh makna tersebut dan kelanjutan manasik ini adalah membentuk keselarasan dengannya dan setelah itu seperti ajaran abadi dan pelajaran yang tidak terlupakan di hadapan-Nya dan meminta-Nya pengaturan program-program kehidupan berdasarkan landasan tersebut.
Mempelajari pelajaran besar dan mengamalkannya merupakan sumber penuh keberkahan, yang dapat memberikan vitalitas, kehidupan dan dinamisme serta melepaskan mereka dari segala kesukaran yang menimpa, baik pada masa ini maupun semua masa. Berhala nafsu, kecongkakan dan syahwat, berhala cinta menjajah dan dijajah, berhala arogansi global, berhala malas dan tidak bertanggung jawab, dan semua berhala-berhala pengacau jiwa suci manusia, yang akan terkalahkan dengan teriakan Ibrahim ini – ketika muncul dari kedalaman hati dan terprogram - dan kebebasan, kemuliaan dan keselamatan akan duduk menggantikan ketergantungan, kesukaran dan ujian.
Saudara-saudara dan saudari-saudari para jemaah dari setiap bangsa dan negara, hendaklah mereka pikirkan kalimat yang penuh hikmah ini dan dengan pandangan mendetail tentang bencana dunia Islam, khususnya di Asia Barat dan Afrika Selatan hendaknya mereka ketahui dan kenali untuk diri mereka, sesaui dengan kapasitas dan fasilitas pribadi, lingkungan, kewajiban dan tanggung jawab kemudian mengupayakannya.
Sekarang ini politik buruk Amerika di kawasan ini – yang menyebabkan perang dan pertumpahan darah, kehancuran, pengungsian dan juga kemiskinan dan kemunduran, konflik sektarian – dari satu sisi dan kejahatan-kejahatan rezim Zionis – yang telah melakukan penjajahan di negara Palestina sampai pada puncak kekejian dan keburukan – dan penghinaan yang terus menerus ke haram suci Masjidil Aqsha dan menginjak-injak jiwa dan harta benda rakyat Palestina yang teraniaya dari sisi lain, merupakan masalah pertama kita seluruh kaum muslimin, yang mana kita harus memikirkannya dan menunjukkan taklif Islam kita di hadapan masalah tersebut. Dan para ulama agama dan para cendekiawan politik, dan budaya memiliki satu kewajiban yang cukup berat, yang ironisnya banyak dilupakan oleh mereka.
Para ulama sebagai ganti dari memadamkan api konflik sektarian, dan para politikus sebagai ganti dari mereaksi para musuh, dan para cendekiawan budaya sebagai ganti dari sibuk dengan marginal, mereka harus mengetahui rasa sakit terbesar yang dirasakan dunia Islam dan menerima risalahnya yang ada di hadapan keadilan Ilahi, bertanggung jawab untuk menunaikannya dan mengembannya. Indisen yang menyayat hati di beberapa kawasan – di Irak, Syam, Yaman dan Bahrain – dan di Tepi Barat dan Gaza dan di sebagian negara-negara Asia dan Afrika merupakan bencana yang besar bagi umat Islam, yang mana sesungguhnya merupakan konspirasi para arogan global dan kita harus memikirkan solusinya; negara-negara harus menuntutnya dari pemerintahannya dan pemerintahan harus komitmen dengan tanggung jawab beratnya.
Haji dan pertemuan agungnya merupakan tempat terbaik untuk kemunculan dan pertukaran taklif sejarah ini; dan kesempatan berlepas diri, yang harus dihargai dengan partisipasi seluruh jamaah haji dari semua tempat, salah satu praktik politik terbaik dalam kewajiban yang komprehensif ini.
Tahun ini, insiden pahit dan merugikan Masjidil Haram telah memahitkan langit-langit jemaah haji dan negara-negara mereka, persis pada masa lalu, insiden ini terjadi saat sedang berlangsungnya salat, tawaf dan ibadah, mereka kembali kepada Allah, mereka telah meraih kebahagiaan besar dan mereka dikuburkan di haram yang penuh keamanan dan rahmat Ilahi ini, Insyaallah – dan ini merupakan bela sungkawa besar bagi keluarga yang ditinggalkan – namun ini tidak akan dapat mengurangi beratnya tanggung jawab orang-orang yang mengemban keamanan para tamu Allah. Melaksanakan komitmen ini dan menunaikan tanggung jawab tersebut merupakan keinginan definitif kami.
Was Salām ala Ibādillāh as-Shālīhīn
Sayid Ali Khamenei
4 Dzulhijjah 1436 H
3366588