Beliau adalah putri khalifah pertama (Abu bakar putra Abu Qahafah, dan keturunan Amir bin kaÔÇÖab dari keluarga bangsa Quraisy). Nama Ibunya Ummu Ruman putri Amir dan julukannya adalah Ummu Abdullah. Sekitar 5 tahun setelah pengangkatan Nabi SAW sebagai rasul, di kota mekah mukaramah beliau lahir ke dunia.
Setelah wafat Khadijah istri pertama yang setia, dua tahun sebelum Hijrah ke Madinah Nabi Muhamad SAW membawa Aisyah dalam pernikahan. Satu setengah tahun setelah hijrah dan setalah perang badar, atas keinginan ayahnya di bulan syawal dia dibawa ke rumah Rosul. Kebersamaanya dengan Rosul SAW selama delapan tahun lima bulan.
Beliau selalu menunjukkan kefanatikan terhadap perilaku pribadi Nabi terutama dalam datang dan perginya Nabi SAW. Sebagian para penulis musnad mengutip sebuah kejadian darinya, seluruhnya menjelaskan kefanatikan dan reaksinya di dalam permasalahan yang berbeda berkaitan dengan Rosul. Bagi yang menginginkan info lebih bisa merujuk pada kitab Musnad Ahmad jilid enam halaman 115, 147, 151, dan 221.
Kefanatikannya juga ada terhadap para istri lain dari nabi SAW contohnya terdapat di kitab sohih muslim bab Al-Ghairah, musnad Ahmad jilid enam halaman 111, 144, dan 277. Untuk menelusuri lebih lanjut bisa merujuknya.
Peristiwa Ϻ┘ü┌® ifk
Pertama-tama kita harus memeriksa kata ifk di dalam ayat ( Ϻ┘å Ϻ┘äÏ░█î┘å ϼϺÏí┘êϺ ϿϺ┘äϺ┘ü┌® Ï╣ÏÁÏ¿Ï® ┘à┘å┌®┘à.... ( pada surat Nur.
Fahrur Razi Berkata : Ϻ┘ü┌® berasal dari kata bohong dan umpatan berlebihan dan maknanya adalah Fitnah. Kata Ϻ┘ü┌® yang berarti ÔÇ£Perihal yang dapat merubah andaÔÇØ bermakna Ϻ┘ä┘é┘äÏ¿ dengan arti membalikkan sesuatu dan memiliki arti kebohongan dan fitnah terburuk. dan yang pasti tidak ada perbedaan dalam kumpulan para Penafsir, mereka pun menetapkan bahwasanya : fitnah dan umpatan ini jatuh pada keluarga Nabi dan salah satu istri Nabi yang mulia, tujuan asli sekelompok yang menuduh itu bermaksud menjerumuskan Rosul SAW; karena menuduh istri Nabi berarti menuduh Nabi tidak efisien dalam mengurus istri-istrinya. Dan jika ini memang terjadi pada istri Nabi maka tak lain dia adalah pelaku sesungguhnya bukannya Nabi. Oleh karena itu seluruh kelompok islam menentukan istri Nabi sebagai pelaku perbuatan yang di dalam ayat ini tuhan menyebutnya Ϻ┘ü┌® dan Nabi terbebas dan bersih dari segala tuduhan. Tapi ada perbedaan dalam tafsir ayat, jatuh pada siapakah ayat tersebut? Apa perbedaan sebab turunny ayat tersebut? Dan mereka menuduh kepada siapa salah satu dari para istri Nabi SAW? Sekelompok menuduh Mariah Qabtiyah ÔÇ£Ummu IbrahimÔÇØ, dan kelompok lain menuduh Aisyah.
Fahrur Razi selalu menulis kutipan dari beberap perawi, semuanya telah meriwayatkan dari Aisyah : kapan saja Nabi SAW bepergian, beliau selalu mengundi para istrinya untuk menemaninya. Namaku terpilih dalam pertempuran Bani Mustalaq dan aku berangkat bersama Nabi, sesampai pertengahan jalan di salah satu rumah dan saya menjauh dari perkemahan islam untuk suatu urusan, saat aku kembali aku baru menyadari diriku tersesat. Untuk mendapatkannya aku malah jauh dari rombongan dan tidak menemui satu orang pun. Kemudian harapan dari ketiadaan diriku membuat mereka sadar dan mereka kembali ketempat aku tertinggal untuk mencariku. Safwan bin Muatal yang selalu membuntuti rombongan, dan selalu mengumpulkan sesuatu yang tertinggal dari rombongan. Dia melihatku, mengenaliku dan menaikkanku ke atas tunggangannya dan menyampaikanku kepada rombongan; akan tetapi orang-orang berkata yang tak seharusnya dikatakan, dan mereka menuduhku yang tidak-tidak dan biang keladinya adalah Abdullah bin Ubay. Sesuai dengan riwayat Aisyah sang wanita yang tertuduh, tuhan dengan ayat ini menolak tuduhan baginya. Dengan argument yang tidak jelas ini, kebanyakan ulama Ahlu Sunni mengetahui sebab turun ayat ini ( ayat Ϻ┘ü┌® ) tentang Aisyah. Nabi yang mulia SAW tidak memiliki keturunan dari Aisyah. Beliau dalam keadaam sakit yang berujung kewafatannya pindah ke rumah Aisyah dan dirumah itu juga terucap perpisahan dan dikuburkan. Aisyah di era khalifah shykyin ( Abu bakar ÔÇô Umar ) Di periode ini, ia selalu menerima penghormatan yang khusus. Kedudukannya sangat tinggi dibanding para istri Nabi lainnya dan ia pun dapat mengeluarkan fatwa. Sebagian ahli sejarah menulis khalifah kedua selalu memberi gaji kepada Aisyah lebih dari pada yang lain. Seperti ketika membawakannya sebuah emas, juga permata yang sangat berharga dari Iraq dan terkenal dengan keindahannya, dengan izin hadirin Umar mengirimnya untuk Aisyah. Ibn Asir berkata : Umar bin Khatab di akhir hidupnya mengajukan permohonan kepad Aisyah agar sepeninggal dirinya bisa dikubur di samping Nabi dan Abu Bakar dalam rumah Aisyah, lalu aisyah pun menyetujuinya. Aisyah di era pemerintahan Ustman Di awal pemerintahan Ustman, meskipun khalifah melakukan amalan haji tapi setelah waktu yang singkat dengan perantara penulisan Yakub dari perintah khalifah ketiga dengan dua ribu dinar dapat merubah pendapat Umar yang mana masa Umar Aisyah adalah yang terbaik dari istri nabi lainnyan menjadi setara dengan para istri Nabi lainnya dalam masalah gaji. Alamah Askari pernah menulis tentang ini : ÔÇ£ kita tahu banyak, insiden perbedaan Antara mereka berdua pada masa bagian kedua kekhalifahan Utsman dan kita pun mengetahui perbedaan ini dari satu kejadian ke jadian lainnya, walaupun satu kejadian tidak diketahui akan tetapi secara bertahap-tahap akan kelihatan hingga tampak jelas dan dari satu perilaku yang sangat kecil bisa terlihat kesenjangan di Antara perbedaan Ummul MuÔÇÖminin dengan Ustman. Sejarawan percaya pada hal-hal seperti ini contohnya mengenai Walid bin Uqbah saudara tiri Ustman memperburuk perbedaan Antara Ustman dengan Aisyah. Di era Ustman kantor dan jabatan pemerintah selalu diberikan kepada Walid bin Uqbah seorang nara pidana dan fasik, qurÔÇÖan pun selalu mengenalkannya. Walid sering melakukan dosa dengan bebas di masa pemerintahan khalifah ketiga hingga rekan nasraninya selalu diberi bagian dari uang baitul mal untuk menikmati minuman keras dan memakan daging babi. Ketika Walid terpilih menjadi pemimpin kufah, Abu Zubaid seorang penyair nasrani selalu bersamanya dan walid memeberikan rumah Aqil bin Abi Thalib kepadanya. Lebih menyedihkan ketika Abu Zubaid ingin pergi ke rumahnya Walid ia selalu masuk masjid kufah dan dari situ menuju rumah Walid. Dia selalu begadang dan berpesta pora dengannya. Dan begitu juga ketika ia mabuk berat untuk pulang kerumahnya ia sebrangi lagi masjid tersebut. Satu lagi dari pekerjan yang tidak layak dari Walid adalah menjadikan masjid sebuah fasilitas para penyihir. Walid diberi kabar ada seorang lelaki yahudi yang terkenal dengan sihirnya bernama Zararah tinggal di salah satu desa dekat jembatan babilon. Walid memerintahkan agar dia dibawa ke kufah supaya dapat menyaksikan dari dekat sihir dan trick-trik yang dia miliki. Walid pun memerintah agar orang yahudi tersebut menunjukkan keterampilannya di dalam masjid kufah dihadapan penguasa muslim dan kerabat dekatnya.
Sejarah Hidup ÔÇ£AisyahÔÇØ
Published in
Sejarah hidup istri-istri Nabi(SAW)