Pada bagian ini akan dibahas tentang perilaku dan sifat-sifat yang mampu membangun hubungan persahabatan dengan orang lain. Menemukan cara untuk menjalin persahabatan merupakan ketrampilan paling penting yang harus dikuasai oleh segala kalangan masyarakat bagi kehidupan sosialnya. Karena bila faktor-faktor ini hilang dari kehidupan manusia, maka motor penggerak masyarakat akan mati dan dengan sendirinya kegembiraan dan kegairahan akan tercerabut dari masyarakat. Dalam pandangan Islam, hanya Allah yang mampu menciptakan keakraban dan persahabatan. Hanya Dia yang menaburkan bibit cinta dalam hati manusia.
“Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin, dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Anfal: 62-63)
Hal ini tidak bertentangan dengan kondisi dimana Allah meletakkan faktor-faktor khusus yang mempengaruhi terjalinnya persahabatan dan dengan izin-Nya tercipta keakraban dan persahabatan antara manusia. Dari sini, dengan mempelajarinya dan memanfaatkan faktor-faktor ini manusia menguasai seni menjalin hubungan dengan sahabatnya. Mereka memiliki kemampuan menebar benih persahabatan pada hati orang-orang yang sejalan dengannya. Bahkan boleh jadi, kebanyakan akar dari masalah sosial terkait menjalin persahabatan kembali pada ketidakmampuan manusia mengenal faktor-faktor ini.
Sesuai secara psikologis
Sering terjadi kita bertemu dengan seseorang yang memiliki sifat dan jiwa yang sama, sekalipun demikian kita tidak banyak mengenalnya. Kesamaan ini membuat kita ingin menjalin hubungan dengannya. Sebab dari keinginan ini adalah kesamaan jiwa. Dalam riwayat Ahlul Bait, masalah ini disampaikan dengan pentakbiran yang beragam. Sebagai contoh, dalam sebagian riwayat disebutkan kesamaan psikologi, sebagian lainnya kesamaan alami dan yang lainnya menyebut kesamaan hati. Tapi semua mengisyaratkan tentang kesamaan jiwa manusia dan kesamaan alami yang dimiliki manusia.
Tabiat setiap manusia akan cenderung menjalin hubungan dengan orang lain yang memiliki kesamaan lebih banyak dengan dirinya. Itulah mengapa mengakrabkan dua orang yang memiliki perbedaan kejiwaan sangat sulit.
Imam Ali as menyinggung masalah ini dan berkata, “Anakku! Hati memiliki pasukan yang senantiasa siap. Mereka melihat yang lain dengan kasih sayang, dengan dasar ini mereka bermunajat dan menyikapi musuh juga dengan cara ini. Oleh karenanya, bila engkau menyukai seseorang, sekalipun ia tidak memulai untuk mendekatimu, maka engkau bisa berharap padanya. Sementara bila engkau tidak menyukai seseorang, padahal orang itu tidak berbuat buruk padamu, maka jauhilah dia.”[1]
Dengan demikian, penting bagi kita untuk menjalin persahabatan dengan orang lain yang memiliki kesamaan. Sebuah peribahasa Persia menyebut burung merpati dengan merpati, sementara elang dengan elang. Karena bila seorang mukmin ingin menjalani kehidupannya dengan penuh keimanan, ia tidak boleh bersahabat dengan orang yang akan menyeretnya pada keburukan.
Dalam ucapannya yang lain, Imam Ali asmengatakan, “Orang berakal bergaul akrab dengan yang sama dengannya.”[2]
Sumber: Dousti va Doust Dashtan dar Quran va Rivayat, Mohammad Hemmati, Markaz Pezhouhesh-ha Eslami Seda Va Sima, Qom, 1392 Hs.