Membangun dan memakmurkan masjid adalah bagian dari sunnah muakkadah dan memiliki pahala yang besar. Masyarakat Muslim sangat dianjurkan untuk meramaikan masjid dan mengikuti ritual-ritual keagamaan yang diselenggarakan di sana.
Allah Swt dalam menjelaskan sifat orang-orang yang memakmurkan masjid berfirman, "Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. Maka mereka-lah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS: At-Taubah, ayat 18)
Menariknya, Allah Swt pada ayat 17 surat at-Taubah melarang orang-orang musyrik dari memakmurkan masjid dan mereka tidak memiliki kelayakan untuk melakukan perbuatan mulia itu.
Dengan melihat syarat dan sifat para pemakmur masjid, dapat dikatakan bahwa kegiatan memakmurkan masjid memiliki dua aspek individu dan sosial. Memakmurkan masjid bukan hanya membangun, memperbaiki, dan merawat rumah ibadah ini, tetapi juga meramaikannya dengan amal ibadah dan menjadi tempat untuk menghidupkan syiar-syiar agama. Oleh sebab itu, pemakmur masjid haruslah orang-orang yang beriman dan saleh sehingga masjid mampu memainkan perannya di masyarakat.
Ada banyak riwayat yang menyebutkan bahwa masjid adalah tempat yang menyeru manusia menuju Allah Swt dan mendorong pemanfaatan kelezatan dunia seperlunya saja, serta tidak bermegah-megahan. Sebab, sikap berlebihan bertentangan dengan filosofi pembangunan masjid.
Imam Ali as berkata, "Akan datang suatu masa di mana Islam itu hanya akan tinggal namanya saja, agama hanya bentuk saja, al-Quran hanya dijadikan bacaan saja, mereka mendirikan masjid, sedangkan masjid itu sunyi dari dzikir menyebut Asma Allah. Orang-orang yang paling buruk pada zaman itu ialah para ulama, dari mereka akan timbul fitnah dan fitnah itu akan kembali kepada mereka juga. Dan kesemuanya yang disebut adalah tanda-tanda hari kiamat."
Dalam sebuah riwayat, Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Di antara sesuatu yang mengadu kepada Allah di hari kiamat adalah masjid rusak dimana penduduk setempat tidak mendirikan shalat di dalamnya."
Jadi, memakmurkan masjid membutuhkan kehadiran aktif masyarakat di dalamnya dan meramaikan masjid dengan berbagai kegiatan yang sejalan dengan tuntunan agama.
Dalam buku al-Masajid wa Ahkamuha fi al-Tashri' al-Islami karya Ibrahim al-Janati disebutkan, "… Masjid bukanlah istana untuk kebanggaan, tetapi tempat untuk ketundukan, kekhusyukan, ibadah, menjelaskan adab-adab Islam, munajat, dan doa. Keagungan masjid terletak pada menghidupkannya dengan mengingat Allah, amar makruf dan nahi munkar, dan membimbing masyarakat ke jalan yang lurus, bukan karena dindingnya yang tinggi, kubah yang megah, pilar-pilar yang gagah, dan menara yang menjulang ke langit… Masjid Rasulullah di permulaan Islam meskipun sederhana, namun memiliki wibawa dan keagungan yang terkenal, kesederhanaan tidak mengurangi kedudukan dan keagungannya."
Masjid Putra di Putrajaya
Masjid Putra adalah sebuah masjid yang terletak di Putrajaya, Malaysia. Masjid ini merupakan simbol dan landmark kota Putrajaya, pusat pemerintahan administratif Malaysia. Pembangunan masjid ini dimulai pada tahun 1997 dan diresmikan dua tahun kemudian.
Masjid Putra bisa menampung 15.000 jamaah dan merupakan salah satu masjid yang paling modern di dunia. Sebuah karya tentang bagaimana desain masjid telah berevolusi di Malaysia, arsitektur Masjid Putra secara artistik memadukan desain tradisional dan gaya Melayu.
Masjid ini juga mengadopsi gaya arsitektur Islam Persia periode Safawi dan Jembatan Putra yang dibangun di komplek ini terinspirasi dari Jembatan Khaju yang terkenal di Isfahan, Iran. Dengan menggabungkan desain arsitektur Malaysia, Persia dan Arab-Islami, pintu masuk ke masjid dibuat menyerupai gerbang bangunan yang umum di masjid-masjid Iran.
Menara setinggi 116 meter dipengaruhi oleh desain Masjid Sheikh Omar di Baghdad. Inilah salah satu menara masjid tertinggi di kawasan ini dan memiliki lima tingkatan yang mencerminkan lima rukun Islam. Sementara dinding basement masjid menyerupai Masjid Raja Hassan di Casablanca, Maroko.
Masjid ini terdiri dari tiga struktur utama yaitu; aula shalat, halaman, dan berbagai ruang kegiatan dan fasilitas belajar. Ruang shalatnya sederhana namun elegan, ditopang oleh 12 pilar untuk menahan beban kubah utama yang berdiameter 36 meter. Kompleks masjid dapat digunakan untuk menggelar konferensi, seminar, dan simposium.
Halaman yang dihias dengan berbagai dekorasi air dan dipagari oleh jajaran pilar, menyediakan ruang shalat yang luas dengan pemandangan yang indah dan sejuk.
Desain sound system selaras dengan arsitektur masjid, sehingga hanya dengan menggunakan dua pengeras suara di atas mihrab, bunyinya akan didistribusikan ke seluruh ruangan dengan kualitas yang sama.
Para turis menyebutnya sebagai masjid pink karena bangunannya didominasi warna merah muda. Turis yang ingin berkunjung harus berpakaian sopan untuk memasuki kawasan wisata ini. Siapa pun boleh masuk ke kawasan ini dan pengurus masjid juga menyediakan konter peminjaman jubah di area masuk.